Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kalajengking membuat hewan itu menjadi buah bibir. Jokowi mengungkapkannya dalam pidato di acara Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Nasional 2018 pada 30 April 2018 di Jakarta. Kata Jokowi saat itu, jika ingin menambah kekayaan, carilah dari racun kalajengking. Jokowi bahkan menjelaskan jika harga racun kalajengking di dunia mencapai Rp 145 miliar per liternya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, banyak pula orang yang takut dengan kalajengking. Ketakutan pada kalajengking disebut Arachnophobia. Kalajengking adalah serangga yang tergolong invertebrata pada kelas chelicerata, sama seperti laba-laba dan tungau. Ada lebih dari 1.500 spesies kalajengking di dunia dan sekitar 25 spesies berbahaya bagi manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Psychology Today, satu dari tiga wanita takut dengan serangga seperti kalajengking dan laba-laba, dan perbandingan ini mungkin juga terjadi pada pria. Tetapi pria jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengakuinya.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang takut “binatang spesifik” - termasuk kalajengking - memiliki kepekaan jijik yang jauh lebih tinggi. Mereka bereaksi lebih sensitif terhadap hal-hal yang menjijikkan, dan tidak menyukai hal itu lagi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak fobia serangga berdasar pada reaksi jijik (hubungan eksternal) daripada ketakutan yang menakutkan dalam pengertian tradisional.
Faktor-faktor yang membuat orang takut kepada kalajengking adalah sengat yang beracun, serangga kanibal, postur yang mengintimidasi, ukurannya kecil dan pandai berkamuflase. Pada saat reproduksi, serangga mamal ini dapat melahirkan ratusan anak dalam satu waktu.
Secara biologis, ketakutan adalah bagian dari reaksi primal manusia yang murni untuk bertahan hidup. Orang yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap kalajengking dapat dikategorikan mengalami ‘Fobia Spesifik’. Biasanya orang yang ketakutan terhadap sesuatu yang akan mengalami gejala seperti serangan panik ketika dia tidak mampu menghindari sumber ketakutannya.
Menurut Andri, dokter spesialis kejiwaan di OMNI Hospitals, orang yang mengalami fobia spesifik terhadap apapun akan menghindari untuk melihat, bersentuhan bahkan membayangkan hal yang ditakuti. Ketika gagal untuk menghindari fobianya, mereka akan mengalami gejala-gejala kecemasan akut seperti jantung berdebar, sesak nafas, keluar keringat dingin, kepala terasa ringan hingga penurunan tekanan darah sampai pingsan. Paling sering pasien akan mengalami serangan panik atau reaksi histerikal yang biasanya sering membuat pasien tidak bisa mengendalikan diri.
Tidak banyak dari orang dengan fobia spesifik yang berobat ke psikiater atau psikolog. Mereka kebanyakan akan menghindari saja kondisi yang dapat memicu fobianya. Jika kondisi yang bisa memicu fobianya adalah sesuatu yang umum dan sering dihadapi, misalnya takut nasi, jeruk atau hal umum lainnya, maka orang tersebut akan berobat. Salah satu teknik terapi yang umum dilakukan adalah dengan desensitisasi atau terapi pemaparan.
Terapi ini biasanya akan diawali dengan teknik relaksasi atau terkadang memerlukan pengobatan dengan obat antidepresan atau anticemas agar saat respon cemasnya datang, pasien tidak mengalaminya secara berlebihan.
PSYCHOLOGY TODAY | PSIKOSOMATIK.NET | BULWARKPESTCONTROL | ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU