Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Garam dan Katarak

2 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggemar makanan yang ekstraasin dianjurkan agar berhati-hati. Bukan hanya hipertensi yang mengintip Anda, tetapi juga katarak, penyakit mata berkabut yang memicu kebutaan. Kesimpulan ini diperoleh dari penelitian Robert Cumming, ahli mata dari University of Sydney, Australia.

Fokus penelitian Cumming, yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology, dua edisi yang lalu, memang tak cuma garam. "Kami memetakan penyebab katarak pada warga Australia usia menengah ke atas," kata Cumming kepada Dewi Anggraeni dari TEMPO.

Peserta penelitian adalah 3.654 warga Blue Mountain, Sydney, yang berusia setengah abad. Pada 1992-1994, Cumming memotret lensa mata responden untuk menentukan tipe katarak. Jenis katarak merujuk pada wilayah berkabut: katarak nuklir mengenai lensa tengah, kortikal berarti di bagian muka, dan posterior subkapsular berarti melemahnya penglihatan di bagian belakang lensa. Secara berkala, Cumming mengukur tekanan darah dan mengedarkan kuesioner mengenai kebiasaan konsumsi makanan. Langkah ini untuk memastikan adanya kaitan beberapa nutrien sebagai faktor pemicu katarak.

Hasilnya, konsumsi garam (lazim disebut sodium) memang tidak berkaitan dengan katarak nuklir ataupun kortikal. Tetapi, Cumming menemukan kaitan antara konsumsi garam dengan katarak subkapsular. Dibandingkan dengan responden yang memakan garam tingkat rendah, responden yang terbiasa makan garam berlebihan berisiko terkena katarak subkapsular dua kali lipat. Layak dicatat, "Ini adalah jenis katarak yang paling kuat daya pembutaannya," kata Cumming.

Secara teoretis, lensa mata membutuhkan mekanisme transpor ion elektrolit (zat nutrisi bermuatan listrik) dengan sangat aktif. Ion-ion keluar masuk lapisan luar lensa untuk mempertahankan lensa agar tetap optimal—tidak kelewat kering atau basah. Cumming memperkirakan, konsumsi garam yang berlebihan mengganggu mekanisme transpor ion. Akibatnya, "Transparansi lensa mata tercemar dan berkabut," katanya.

Cumming juga menemukan bahwa vitamin A, niacin, riboflavin, dan thiamin (ketiganya adalah variasi vitamin B) sanggup menghambat katarak nuklir. Konsumsi lemak tak jenuh (berasal dari tumbuhan) juga dapat menurunkan risiko terkena katarak kortikal. Namun, belum ditemukan secara spesifik nutrien yang mampu menghambat katarak posterior subkapsular.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus