Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hati-hati Trigliserida

2 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jangan buru-buru lega bila kolesterol darah Anda normal. Ada satu lagi yang perlu diwaspadai, yakni trigliserida. Lemak jenis ini juga sanggup menaikkan risiko kematian akibat serangan jantung.

Bahaya trigliserida ditemukan oleh Melissa Austin, ilmuwan dari University of Washington School of Public Health and Community Medicine, Amerika Serikat, yang meneliti lemak tersebut. Hasil penelitian ini diberitakan dalam Journal of the American Heart Association, edisi pekan lalu.

Riset Austin memakan waktu tak kurang dari 20 tahun. Caranya, sejak 1970-an, Austin mengumpulkan data kesehatan 101 keluarga yang punya riwayat penyakit kardiovaskuler. "Ada yang kolesterolnya normal tetapi trigliseridanya tinggi. Sebaliknya, ada juga yang kadar kedua jenis lemaknya tinggi," kata Austin seperti dikutip CNN, pekan lalu. Selama 1980-an hingga 1990-an, Austin mengikuti riwayat kesehatan dan kematian 685 anggota keluarga responden.

Ternyata, kolesterol yang normal bukan jaminan untuk terhindar dari kematian akibat serangan jantung. Riset ini membuktikan bahwa trigliserida meningkatkan risiko kematian akibat serangan jantung dua sampai tiga kali lipat. "Ini adalah bukti ilmiah pertama," kata Austin.

Bercermin dari riwayat kesehatan responden, Austin menganjurkan perubahan strategi pencegahan serangan jantung. Selama ini, kolesterol dituding sebagai penyebab utama serangan jantung. Hanya sedikit perhatian yang diarahkan kepada trigliserida. Sebenarnya, trigliserida bersumber dari lemak tak jenuh—berasal dari tumbuhan, seperti santan—yang berguna bagi kesehatan. Tetapi, kalau jumlahnya berlebihan, lemak tak jenuh memicu peningkatan trigliserida. Seperti halnya kolesterol, timbunan trigliserida berpotensi menyumbat aliran darah (arterosklerosis). Akibatnya, pembuluh darah yang tersumbat itu memperlambat pasokan darah ke jantung, hinga akhirnya bermuara pada kematian.

Namun, karena sejak dulu kolesterol diyakini sebagai biang serangan jantung, industri farmasi agresif mengiklankan obat-obat penurun kolesterol. Alhasil, banyak yang sekadar minum obat, tanpa mengimbangi dengan perbaikan gaya hidup seperti olah raga dan pengurangan berat badan. Nah, model jalan pintas seperti inilah yang harus diubah. Menurut Austin, program penurunan berat badan jauh lebih efektif menurunkan lemak yang mengganggu. Bahkan, "Trigliserida bisa turun mengesankan hanya dengan diet sederhana. Tak perlu diet ketat," kata Austin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus