Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Giliran perawat dibajak

Akan diresmikannya 4 rs swasta di jakarta, mendorong tenaga perawat dan dokter pindah dari tempat yang lama. uang dan jabatan sebagai daya tarik. persi akan bersidang.

12 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PIMPINAN beberapa rumah sakit di Jakarta kini cemas -- mereka bakal kehilangan tenaga perawat berpengalaman dan sudah dididik bertahun-tahun. Kehadiran rumah sakit baru dituding sebagai biang larinya puluhan perawat dari rumah sakit yang sudah mapan itu. Ada empat rumah sakit swasta akan diresmikan. Antara lain RS Graha Medika di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, RS Puri Cinere, Medistra Hospital, dan sebuah lagi di Sunter. Rumah sakit baru berkapasitas 600 tempat tidur itu memerlukan sekitar 700 tenaga perawat. Ini belum terhitung yang mengadakan perluasan, seperti RS Tebet dan RS Mitra Keluarga. Dari RS Sumber Waras, ada 20 orang perawat yang berhenti. Cuma, mereka tak memberi tahu pindah ke rumah sakit lain. Namun, ada yang bilang, mereka akan meneruskan belajar di sekolah bidan. Nasib serupa juga menimpa RS MMC, Kuningan, Jakarta Selatan. Hampir 15% tenaga perawat -- yang dididik khusus -- keluar mendadak. Itu diketahui Desember tahun lalu, sewaktu mereka mengajukan berhenti secara serentak. Sedangkan RS St. Carolus kehilangan sekitar 10% tenaga perawat. Sayang, pimpinan kedua rumah sakit tersebut menolak memberi keterangan. Dan yang termasuk disorot adalah RS Graha Medika, yang dibuka Maret nanti. Tenaga yang diserap (nonmedis dan medis) berjumlah 350 orang. Untuk tahap pertama, direkrut 150 tenaga perawat, 15 dokter spesialis, 10 dokter umum, dan 100 paramedis nonperawat. "Dari 12 dokter spesialis yang bergabung dengan kami, lima sudah full time," ujar Dr. H. Tadjoedin, Direktur Utama RS Graha Medika, kepada Nunik Iswardhani dari TEMPO. Berdiri di tanah 12.000 m persegi, rumah sakit ini memiliki 225 tempat tidur. Untuk tahap awal, hanya sekitar 175 tempat tidur. Lokasi Kebun Jeruk dipilih karena di sana ada 20 permukiman. RS yang pendanaannya dari Bank Bali sebesar Rp 25 milyar ini dilengkapi dengan fasilitas mutakhir. Misalnya, ada alat mammograph untuk memeriksa buah dada. Dr. Tadjoedin mengatakan, pembajakan tenaga seperti diberitakan di koran itu tidak benar. Sejak 9 Februari 1990, ia sudah memasang iklan mencari tenaga berpengalaman. Umumnya, perawat yang datang beralasan: rumahnya dekat, ada asrama, ada jaminan kesehatan dan sistem renumerasi. "Kriteria membajak ini kan tak jelas," kata eks Ketua Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan (Irsjam) itu. "Dengan dibukanya empat RS itu, memang, tak terhindarkan adanya perpindahan tenaga medis, terutama nondokter. Kalau tenaga dokter prosesnya agak lama," ujar dr. Albert Lembong, Direktur Medistra Hospital. Kapasitas rumah sakit ini 115 tempat tidur dan diresmikan pertengahan tahun nanti. Dibangun dengan dana Rp 33 milyar dari PT Astra, Medistra membutuhkan 380 tenaga perawat. Untuk tahun pertama, direkrut 30% sampai 50%. Secara bertahap, jumlah tenaga itu akan dipenuhi kalau Bed Occupancy Rate (BOR)-nya mencapai 90%. Angka itu baru bisa kelihatan dalam waktu 2-3 tahun. Pertengahan November lalu, Medistra juga memasang iklan. Tenaga medis dan nonmedis yang diperlukan akan diisi perawat lulusan sekolah perawat yang belum semua bisa terserap. Misalnya, lulusan dari RS St. Carolus, Sumber Waras, maupun RS Cikini. Paling-paling hanya 10% tertampung di sana. "Jadi, saya yakin, nanti, banyak tenaga yang menganggur bisa terserap," Lembong menambahkan. Perpindahan tenaga perawat, kata Lembong, "Itu manusiawi." Mereka ingin gajinya lebih besar, atau ada kenaikan pangkat di tempat baru. Medistra memberi gaji Rp 150 ribu per bulan bagi perawat lulusan SPK (Sekolah Pendidikan Keperawatan). Sedangkan untuk lulusan Akademi Perawat sekitar Rp 200 ribu per bulan. Itu sudah termasuk tunjangan. Toh Soewardjono Surjoningrat, yang memimpin RS Puri Cinere, agak berang. Tindakan RS baru itu -- merekrut tenaga baru dengan cara bujuk-membujuk -- tak etis. "Tapi, ketentuan yang mengaturnya belum ada," katanya. Mengapa mereka tidak bekerja sama dengan RS yang memiliki SPK maupun Akper? RS Puri Cinere, yang September nanti diresmikan, justru melakukannya dengan cara itu. Di rumah sakit spesialis ini, yang nanti punya 126 tempat tidur, juga dibuka pendidikan untuk perawat. Menurut bekas Menteri Kesehatan itu, dari sekolah perawat yang ada di Indonesia belum cukup memenuhi kebutuhan. Cuma, ia tidak bisa menjelaskan rasio kebutuhan dokter dan perawat dibandingkan dengan jumlah pasien yang ditangani. Hingga saat ini, pihak pemerintah belum bertindak mengatasi pembajakan tenaga itu. Yang bertanggung jawab adalah Persi ( Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia). "Jika mereka tak berhasil mengatasinya, barulah Departemen Kesehatan turun tangan," ujar Menteri Kesehatan Adhyatma. Sebenarnya, tenaga perawat yang pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain sering terjadi sejak beberapa tahun lalu. Kali ini jumlahnya tergolong tinggi. "Sulit mengatasi masalah ini, karena Persi juga memperhatikan otonomi rumah sakit," ujar Nico Lumenta, Sekjen Persi. "Tapi memang kurang etis mengambil perawat dalam jumlah yang besar dari rumah sakit lain." Pengurus Persi akan bersidang pekan ini. Pemikiran berdasarkan pada ketentuan yang berlaku maupun dari ERSI (Etika Rumah Sakit Indonesia) nanti akan dibuat untuk memecahkan masalah tersebut. "Seharusnya, sewaktu mendirikan, pemilik RS yang baru ini sudah memikirkan sumber daya manusianya," Nico menambahkan. Nada serupa juga datang dari dr. Robert Imam Suteja. "Dan itu jangan mengganggu RS lama, apalagi kalau kehilangannya mendadak dalam jumlah besar," katanya. Namun, menurut Kahumas RS Sumber Waras itu, larinya tenaga tadi bukan guncangan bagi RS ini, karena memiliki sekitar 600 perawat. Rudy Novrianto, Sri Indrayati, G. Sugrahetty, dan Dwi S. Irawanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus