Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Hati-hati, COVID-19 Perparah Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

Dokter mengingatkan untuk mewaspadai penyakit jantung bawaan pada anak kala pandemi Covid-19. Simak penjelasannya.

30 Januari 2021 | 11.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
ilustrasi jantung (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data statistik, sebanyak 40.000 dari 4 juta bayi di Indonesia mengidap penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yang dibawa anak sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna sejak masih janin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peningkatan jumlah anak-anak dengan penyakit jantung bawaan yang dapat bertahan hidup sampai dewasa terjadi karena dunia bedah, medis, anestesi, dan perawatan jantung intensif berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Ketika memasuki fase dewasa, pasien akan membutuhkan pemantauan reguler dan intervensi bedah lanjutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spesialis penyakit jantung anak dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Prof. dr. Ganesja Harimurti SpJP (K), mengatakan COVID-19 dapat memperparah kondisi penyakit jantung bawaan anak.

“Gejala COVID-19 pada anak biasanya demam ringan, batuk, ingusan, dan nyeri tenggorokan. Biasanya juga disertai gejala masalah perut seperti muntah dan diare. Perjalanan infeksi COVID-19 lebih parah pada anak-anak dengan kelainan penyerta, termasuk yang sebelumnya dioperasi jantung. Meskipun belum ada laporan kematian,” ujar Ganesja.

Oleh karena itu, dia meminta agar anak diajarkan menaati protokol kesehatan di mana pun berada, mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Jika anak dengan penyakit jantung bawaan terinfeksi COVID-19, maka perlu dilihat dulu mana yang perlu ditangani lebih dulu.

“Apakah penyakit jantung bawaan atau akibat dari infeksi COVID-19-nya. Setelah tahu, baru kita ambil tindakan,” terangnya.

Penyakit jantung bawaan, kondisi terjadinya satu atau lebih kelainan maupun masalah dengan struktur atau fungsi jantung sejak lahir (kongenital). Pada kasus penyakit jantung bawaan dapat terjadi kemungkinan kondisi abnormal terhadap fungsi jantung di dalam tubuh, misalnya penyumbatan aliran darah, perlambatan aliran darah, atau jalur aliran darah yang tidak semestinya.

“Saat jantung janin mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, terdapat kemungkinan terjadinya gangguan yang menyebabkan jantung janin tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” tambahnya.

Penyakit jantung bawaan adalah kondisi heterogen dengan spektrum kompleksitas yang bervariasi dan tingkat keparahan yang sangat luas. Penyakit jantung bawaan terdapat pada 9 dari 1.000 bayi baru lahir hidup dan 50 di antaranya memerlukan intervensi.

“Oleh karena itu, pasien dengan penyakit jantung bawaan harus ditindaklanjuti di dalam klinik khusus dengan tim multidisiplin yang dapat mengantisipasi berbagai masalah secara khusus kepada setiap individu,” paparnya.

Penanganan dan penatalaksanaan penyakit jantung bawaan sangat tergantung pada jenis penyakit jantung yang terjadi pada bayi atau anak. Secara garis besar, penyakit jantung bawaan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe.

Tipe pertama disebut penyakit jantung bawaan biru (sianotik). Penanganannya adalah dengan pemberian obat secara tepat dan cepat untuk memastikan tidak adanya kegawatan di jalan napas dan pernapasan pasien serta pemberian cairan pada tahap awal dalam jumlah banyak dan cepat.

Sementara itu, tipe kedua disebut penyakit jantung bawaan tidak biru (nonsianotik), yaitu penyakit jantung bawaan yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. Penyakit jantung bawaan nonsianotik bisa terjadi tanpa gejala atau dalam kondisi berat menimbulkan gejala gagal jantung, yang ditandai dengan sesak yang memberat saat beraktivitas, bengkak, batuk panas berulang, gangguan pertumbuhan, dan kekurangan gizi.

“Deteksi penyakit jantung bawaan pada anak dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tandanya sejak awal, antara lain tumbuh kembang terganggu, batuk panas, cepat lelah, sianosis (kulit membiru), dan bising jantung,” jelasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus