Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Aids

Aids sedang berkembang di as dan singapura. kepanikan terhadap aids mengubah sikap hidup sehari-hari dan bisnis. di filipina dianjurkan penggunaan kondom untuk mencegah aids. (kl)

26 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI lobi hotel di Singapura, tiba-tiba saya bertemu seorang teman - Ken Sudarto, seorang praktikus periklanan. Melihat orang cantik lalu lalang dengan cheong sam terbelah tinggi, mau tak mau pembicaraan menuju ke arah sublimasi perbuatan. Ken bercerita tentang seorang pria Amerika yang datang ke sebuah body-rub parlor (ini istilah baru untuk massage parlor) di Bangkok. "Saya mau gadis yang punya AIDS," kata pria Amerika itu kepada mama-san. Mama-san gusar bukan kepalang. Pria itu diusirnya. "Gila! Di sini bersih. Tak ada herpes. Tak ada AIDS. Ayo, pergi sana!" Pria itu pergi ke parlor yang lain. Ia meminta hal yang sama, gadis yang punya AIDS. Untung, di tempat itu mama-san lebih entrepreneurial. "Oh, jangan takut. Di sini semuanya ada. Ada herpes. Ada GO. AIDS, yang paling baru, pun sudah ada," kata mama-san. Pria itu diantar ke sebuah kamar. Diam-diam mama-san mengutus seorang gadisnya menemui pria itu. "Katakan saja bahwa kau punya AIDS. Tamu kita yang satu ini memang agak aneh," kata mama-san. Gadis itu menurut, lalu pergi ke kamar menjumpai tamu yang satu itu. "Ya, sayalah yang punya AIDS," katanya kepada tamu. Setelah semuanya beres, dan sang tamu mengenakan pakaiannya kembali, gadis itu tak tahan menyembunyikan kedustaannya. "Well, aku tak tahu maumu. Tetapi sebenarnya aku bersih, tak punya AIDS," kata si gadis. Tamu itu hanya memandang gadis itu dengan tatapan kosong. "Aku juga tak tahu mengapa kau berbohong. Tetapi sekarang kau sudah punya AIDS." Grrr! Tapi, terus terang, grrr itu ternyata hanya sejenak. Ada ketakutan yang diam-diam meruyak. Kita begitu enak bergurau tentang AIDS, padahal kita pun sadar bahwa tak seorang akan kalis dari bencana itu. Dunia memang makin lama makin merupakan tempat yang mengerikan untuk hidup. Ada bahaya nuklir, ada pencemaran asam, ada AIDS. Mau ke mana? Ketakutan akan AIDS, paling tidak, memang membuat manusia mau tak mau mengubah cara hidup dan cara pergaulannya. Sejak "wabah" herpes genitalis yang katanya belum bisa disembuhkan, masyarakat Amerika yang permisif tiba-tiba berubah menjadi masyarakat alim yang penuh curiga. It takes two to tango, kata orang sono. Dan begitulah herpes maupun AIDS ditularkan. Tetapi herpes dan AIDS tak hanya berhenti pada dua orang. Soalnya, tango-nya di mana-mana, dan dengan siapa-siapa, sehingga happy tango ini dengan cepat menyebarkan segala jenis penyakit akibat hubungan seksual. Di Singapura pun ada kecenderungan baru. Dulu boleh dikata tak ada orang di depan hotel menawarkan gadis teman tidur. Sekarang gejala itu tampak cukup nyata, pun di hotel-hotel kelas atas yang mestinya rikuh dengan praktek semacam itu. Ken, yang tadi duduk setengah jam sebelum bertemu saya, menceritakan begitu banyak transaksi yang terjadi di sekeliling lobi yang luas itu. Semula saya pikir itu karena negative growth yang sedang dialami Singapura. Ekonomi sedang buruk, dan orang memakai alternatif kedua untuk mempertahankan hidup. Ternyata, ada teori lain - dan itu saya dengar dari seorang sopir taksi. "Bisnis mesum pun lagi payah," katanya. "Itu gara-gara semua orang takut AIDS." Jadi, mereka sekarang harus melakukan teori pemasaran ofensif. Kalau tidak, komoditi tak akan laku. Rock Hudson mati. AIDS. Berita dunia. Orang jadi semakin tercekam, apalagi mereka yang agak sembrono bergaul. Demam sedikit pun sudah cemas - jangan-jangan bukan flu, tetapi AIDS. Kalau kita sedikit beragama, barangkali kita percaya bahwa semua ini mungkin hanyalah cara Tuhan untuk menata kembali kehidupan manusia. Orang Belanda bilang: tak usahlah kita main gila, apa yang kita lakukan saja sebenarnya sudah cukup gila. AIDS masa kini mungkin sama dengan sampar masa lalu ketika Camus menulis novelnya. Begitu mendengar AIDS, bulu kuduk berdiri. Seorang balita, yang karena transfusi darah mendapat AIDS, mengakibatkan para orangtua murid yang lain tak berani mengirim anaknya ke sekolah karena takut ketularan. Seorang pengusaha real estate di Los Angeles mengatakan bahwa pemilik apartemen sekarang tak berani lagi menyewakan kamar kepada kaum homo, takut virus AIDS menyebar ke seluruh pondokan. Sebuah restoran mahal di Pittsburgh terpaksa tutup karena tamu tak mau datang lagi setelah mendengar bahwa juru masak restoran itu mengidap AIDS. Di Miami dikabarkan, para pasien menuntut dokter gigi mengenakan sarung tangan plastik karena mengetahui bahwa AIDS juga dapat ditularkan melalui cairan ludah. Kalau orang Asia dibikin panik oleh RUU Jenkin, orang Amerika sendiri sebenarnya sedang kalut dan panik menghadapi AIDS. Kepanikan itu mengubah kebiasaan hidup sehari-hari. Kini orang mulai takut digunting rambutnya oleh penata rambut homo. Restoran di daerah homo di New York dan kota-kota besar di pantai barat Amerika mengalami penurunan luar biasa. Warung kopi dan bar pun mengalaml kelesuan: semua orang kini memilih segera pulang ketimbang nongkrong di bar dan warung kopi yang memungkinkannya berkenalan dengan orang baru yang mungkin membawa AIDS. Sepasang suami-istri menulis surat kepada Ketua Kamar Dagang New Orleans, memprotes restoran-restoran Prancis yang chis yang mempekerjakan para pelayan homo. Di rumah-rumah sakit pun kini dokter kerepotan meyakinkan semua orang yang akan mendapat transfusi darah bahwa darah yang akan ditransfusikan itu sudah diperiksa dan bebas virus AIDS. Jelas bahwa kepanikan karena AIDS telah banyak mengubah tingkah. Jelas pula bahwa perubahan tingkah secara langsung mempengaruhi bisnis. Dalam situasi ekonomi yang serba alon dan tidak pasti seperti sekarang, kita tentu tak ingin ada geger dan kepanikan lain yang dapat mempengaruhi ekonomi. AIDS punya potensi menyebar panik. Jadi, perlu dicegah. Departemen Kesehatan punya cara mencegah masuknya demam kuning ataupun hama yang lain. Di Filipina, pemerintah tak malu-malu mengeluarkan pengumuman agar penduduknya selalu menggunakan kondom bila berhubungan dengan teman yang baru. Kita memang harus berbuat sesuatu, sebelum sesuatu itu berbuat terhadap kita - dan menyentakkan kita dengan kabar buruk: AIDS sudah ada di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus