Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Ratusan sekolah yang tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menerapkan sahabat pendamping (buddy) pada masa orientasi sekolah tahun ajaran baru 2019 ini. Cara baru ini diterapkan untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan verbal maupun non verbal saat proses penerimaan siswa baru sekolah. "Program Buddy atau sahabat ini kami terapkan di seluruh sekolah yang ikut dalam GSM, untuk di Tangerang ada sekitar 200 sekolah," ujar pendiri GSM Muhammad Nur Rizal disela sela acara Festival Pendidikan di Q-Big BSD City, Selasa 30 April 2019.
Baca: Jumlah Sekolah Ramah Anak Anti Bullying di DKI Akan Ditambah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rizal menjelaskan, buddy atau sahabat adalah cara baru mengenalkan ekosistem sekolah dengan gaya yang menyenangkan dimana siswa senior menjadi teman pendamping siswa yunior. "Bukan guru yang melakukan tapi siswanya, pada program ini kami juga ingin menciptakan empaty learning educational," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empaty learning educational, kata Rizal, bisa menjadi pintu masuk siswa untuk memahami keberagaman orang lain sehingga akan menimbulkan rasa empati terhadap orang lain. "Dengan cara ini aksi bully dan tindakan tidak menyenangkan lainnya bisa dihindari," ujarnya.
Rizal menargetkan semua sekolah negeri yang bukan favorit dan berada dipinggiran mengadopsi bagaimana platform GSM ini mampu membangun kesadaran guru dan stakeholder pendidikan bahwa fokus pendidikan di era disrupsi ini harus berubah dari penilaian dan standarisasi lebih pada karakter. "Dan perubahan ini harus dilakukan dengan cepat dan sungguh-sungguh, maka dari itu mereka tidak menunggu perubahan yang datang dari akar rumput.
Tujuan GSM ini, kata Rizal, untuk membangun manusia Tangerang serta Indonesia secara luas memiliki mindset pikir, karakter dan kompetensi yang dibutuhkan di era revolusi industri digital ini, dimana hal itu dimulai dari sekolah meluas hingga ke masyarakat.
Dengan bantuan kebijakan strategis pemerintah, Rizal berharap kedepannya tidak akan ada lagi rapor merangking siswanya, tidak akan memberikan ujian pada anak usia 6 hingga 8 tahun, dan akan melakukan evaluasi dengan memberikan feedback pada siswa. "Lingkungan dunia memaksa kita untuk menyiapkan sekolah bukan sebagai ajang kompetisi,
melainkan untuk menyiapkan masa depan generasinya dengan memberikan lebih ruang dan waktu bagi siswa bereksplorasi, belajar sendiri dengan sistem pembelajaran berbasis penyelesaian masalah yang rumit dan mendorong siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat," katanya.
Sejak dimulai November 2017 lalu, Gerakan Sekolah Menyenangkan saat ini telah diikuti ratusan sekolah negeri bukan unggulan dan berada di pinggiran Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
Di Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang GSM bekerjasama dengan pengembangan Sinar Mas Land dalam mengembangkan Gerakan Sekolah Menyenangkan ini. "Support kongkrit kami adalah fasilitator dan menyiapkan pendampingan-pendampingan pada guru," kata Syukur Lawigena, Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk anak perusahaan Sinar Mas Land.
Baca: Kisah Menyentuh Perempuan Usia 99 Tahun Putuskan Kembali Sekolah
Syukur mengatakan Gerakan Sekolah Menyenangkan bersinergi dengan rencana pengembangan kawasan di Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang yang saat ini tengah digarap perusahaan pengembang itu. "Kami sedang mengembangkan sebuah kota, mengembangkan sumber daya manusia. Pembangunan kawasan membutuhkan sumber daya manusia yang handal, kreatif dan beretika," kata Syukur.