Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hipertensi Di Usia Dini

Tekanan darah tinggi kini menyerang kelompok usia lebih muda. Dapat diatasi dengan gaya hidup sehat.

9 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASKARIATNE Probo Dewi Yamin mendadak menerima seorang pasien pria muda beberapa pekan lalu. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, itu mengatakan pria tersebut menderita serangan jantung akut. “Usianya baru 27 tahun,” ujar perempuan yang akrab disapa Paska itu, Jumat tiga pekan lalu.

Paska menduga pasiennya itu mendapat serangan jantung gara-gara tekanan darahnya tinggi terus-menerus. Saat diperiksa, angka sistoliknya di atas 170 milimeter merkuri (mmHg). Padahal normalnya batas atasnya adalah 140 mmHg. Menurut Paska, pria itu mengatakan tak ada riwayat hipertensi dari keluarganya, tapi mengaku merokok dan mengkonsumsi narkotik. “Jadi penyebabnya murni karena gaya hidup,” ujar Paska. Tim dokter memasang dua ring untuk membantu memulihkan jantung pasien tersebut.

Pasien Paska itu hanya satu dari banyak anak milenial—berusia 23-38 tahun—yang menderita hipertensi. Beberapa tahun belakangan, gangguan tekanan darah tak hanya diderita orang tua, tapi juga menyasar orang muda. Jumlah penyandangnya, baik di Indonesia maupun dunia, meningkat dari tahun ke tahun.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yakni melebihi 140/90 mmHg. Gangguan ini tak bisa disepelekan. “Hipertensi menjadi penyebab kematian terbesar, baik di negara maju maupun negara berkembang,” tutur Presiden Perhimpunan Hipertensi Indonesia Tunggul Situmorang.

Tekanan darah yang tinggi dalam jangka lama, kata dia, merusak pembuluh darah dan semua organ tubuh. Kerusakan ini menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit, seperti stroke, gagal ginjal, kebutaan, disfungsi seksual, gagal jantung, dan serangan jantung. Namun kebanyakan orang baru sadar menderita darah tinggi saat sudah terjadi komplikasi. Padahal, bila terdeteksi sejak dini, komplikasi bisa dihindari. Bahkan hipertensi pun bisa dijauhi.

Ada dua penyebab hipertensi pada usia muda, yaitu adanya masalah pada tubuh, seperti gangguan fungsi tiroid atau penyakit parenkim ginjal, yang menyumbang lima persen penyebab tekanan darah tinggi, serta gaya hidup, yang menyebabkan 95 persen munculnya tekanan darah tinggi.

Gaya hidup yang memicu hipertensi pada kaum muda antara lain merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, kurang aktivitas fisik, serta kurang konsumsi buah dan sayur. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah orang yang melakukan kebiasaan yang memicu tekanan darah tinggi terus meningkat (lihat infografis). “Misalnya, sekarang segala keperluan bisa didapat dengan ponsel, jadi malas bergerak,” tutur Paska.

Ia mengatakan stres menjadi salah satu penyebab tingginya angka hipertensi pada anak muda. Stres di tempat kerja gampang muncul antara lain karena baru mengerjakan tugas mendekati tenggat dan terlibat konflik dengan rekan kerja. “Ketika stres, denyut jantung akan bertambah kencang dan tak teratur,” ujar dokter spesialis saraf Adre Mayza. Hal itu membuat tekanan darah meningkat. Studi menunjukkan stres karena pekerjaan dan konflik dengan teman kerja meningkatkan risiko hipertensi pada usia 18-30 tahun.

Banyak penelitian juga membuktikan marah membuat tekanan darah meningkat. Di antaranya studi yang dilakukan Susan A. Everson-Rose dari University of Minnesota Twin Cities, Minnesota, Amerika Serikat, dan rekannya yang dipublikasikan pada November 1998. Mereka menggunakan skala ukur kemarahan Spielberger. Hasilnya, untuk setiap peningkatan satu poin kemarahan, risiko tekanan darah tinggi naik 12 persen.

Kebiasaan minum kopi juga dianggap berisiko membuat tekanan darah melonjak. Sebuah penelitian tentang hubungan konsumsi kopi dengan tekanan darah, yang dilakukan The Singapore Chinese Health Study, menghasilkan kesimpulan mengejutkan. Orang yang minum kopi kurang dari segelas per minggu atau minum tiga gelas atau lebih per hari memiliki risiko lebih rendah menyandang hipertensi ketimbang orang yang minum kopi segelas per hari.

Kafein yang terkandung dalam kopi menyebabkan tekanan darah meningkat. Tapi, jika kopi dikonsumsi kurang dari segelas per minggu, efek kafein tersebut tak terasa karena jumlahnya terlalu kecil. Pengaruhnya baru terasa kalau kopi diminum rata-rata segelas per hari. Namun, jika konsumsinya tiga gelas atau lebih, kekuatan kafein tersebut justru menurun. “Karena ternyata, ketika kopi dikonsumsi lebih dari tiga gelas, zat antioksidan yang ada dalam kopi membentengi efek kafein tersebut,” kata Paska.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan ginjal-hipertensi, Djoko Wibisono, jajanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG) dan garam juga menyebabkan tekanan darah meningkat. “Garam akan menarik cairan ke dalam darah sehingga tekanan darah makin tinggi,” ujarnya.

Gaya hidup sehat dapat menghindarkan orang dari serangan hipertensi. Menurut guru besar dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suhardjono, tekanan darah tinggi dapat dihindari dengan olahraga teratur 30 menit setiap hari dan lima kali dalam sepekan, lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta menghindari rokok dan alkohol. Stres pekerjaan pun bisa dihindari dengan manajemen waktu yang lebih baik. Stres juga bisa diturunkan dengan tidur cukup, meditasi, dan relaksasi.

Djoko juga mengingatkan agar mengurangi konsumsi garam dan MSG—cukup satu sendok teh per hari. “Masalahnya, dalam makanan yang kita, beli enggak disebutkan berapa garam yang dimasukkan. Jadi kita sendiri yang mesti membatasi apa yang masuk ke tubuh,” ujarnya.

Deteksi dini juga penting dilakukan. Sebaiknya periksa sebelum tubuh merasakan gejala karena, menurut Suhardjono, setengah penderita tak menyadari dirinya menyandang hipertensi. “Setengah dari mereka yang tahu bahwa dirinya hipertensi tak mau diobati karena merasa sehat. Padahal tanpa keluhan pun tetap harus diobati karena risikonya kematian,” katanya.

Untuk mereka yang dicurigai menderita hipertensi, dalam Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019, yang diluncurkan Perhimpunan Hipertensi Indonesian pada akhir Februari lalu, para dokter sepakat menyarankan agar pemeriksaan tekanan darah juga dilakukan secara mandiri di rumah. Ketika diperiksa tenaga medis, tekanan darah sebagian orang normal. Padahal, saat di luar, tekanan darah mereka tinggi karena tekanan darah akan berubah sesuai dengan kondisi, baik emosi maupun fisik. “Apalagi sekarang sudah ada alat pengukur tekanan darah yang lebih mudah, jadi seharusnya tidak ada hambatan,” ujar Paska.

NUR ALFIYAH

 


 

Separuh penderita tak mengetahui dirinya menyandang hipertensi.

Separuh orang yang tahu dirinya menderita hipertensi tidak berobat.

Pada separuh orang yang berobat, hipertensinya tak terkontrol dengan baik.

 

Indonesia

» 25,8% penduduk berusia lebih dari 18 tahun menyandang hipertensi (Riskesdas 2013)

» 34,1% penduduk berusia lebih dari 18 tahun menyandang hipertensi (Riskesdas 2018)

» Rp 2,665 triliun beban BPJS pada 2014 untuk penyakit jantung

» Rp 2,165 triliun beban BPJS pada 2014 untuk penyakit gagal ginjal

 

Faktor risiko berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018

» Prevalensi perokok pada remaja (10-18 tahun) meningkat dari 7,2% menjadi 9,1%.

» Konsumsi alkohol dari 3% menjadi 3,3%.

» Proporsi aktivitas fisik yang kurang dari 26,1% menjadi 33,5%.

 

Dunia

» Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menyebutkan sekitar 1,13 miliar atau 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi.

» Hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.

» Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.

» Jumlah penderita hipertensi meningkat setiap tahun; diperkirakan pada 2025 akan mencapai 1,56 miliar orang.

 

NUR ALFIYAH, BERBAGAI SUMBER

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Nur Alfiyah

Nur Alfiyah

Bergabung dengan Tempo sejak Desember 2011. Kini menjadi redaktur untuk Desk Gaya Hidup dan Tokoh majalah Tempo. Lulusan terbaik Health and Nutrition Academy 2018 dan juara kompetisi jurnalistik Kementerian Kesehatan 2019. Alumnus Universitas Jenderal Soedirman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus