Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Hidup Sehat

14 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Depresi Memperburuk Penderita Jantung

HUBUNGAN stres dan depresi dengan kesehatan jantung memang sudah banyak diketahui publik. Penelitian terbaru yang dimuat di Archives of General Psychiatry edisi September ini memperkuat tautan tersebut. Temuannya, pasien penderita depresi yang juga menderita sakit jantung lebih berumur pendek dibanding orang yang hanya menderita depresi. Mereka memiliki risiko meninggal dua kali lebih besar.

Pasien dengan risiko terbesar adalah yang menderita depresi berat saat dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung. Penelitian ini menyebutkan satu di antara lima penderita serangan jantung terdampak depresi berat dalam beberapa minggu setelah serangan. Kondisi pasien akan bertambah parah bila depresinya tidak juga mereda setelah enam bulan. Dengan demikian, kecenderungannya meninggal setelah bulan ketujuh juga besar.

Dalam penelitian ini, tim yang dipimpin Dr Alexander H. Glassman dari Columbia University dan New York State Psychiatric Institute di Kota New York, Amerika Serikat, meneliti catatan kesehatan 361 orang partisipan dalam studi tentang efek obat antidepresi pascaserangan jantung. Hasilnya, pasien dengan depresi berat yang bertahan hingga enam minggu pascaserangan—tidak peduli apakah mereka mengkonsumsi obat antidepresi atau tidak—memiliki risiko kematian lebih tinggi. ”Depresi merupakan sindrom dengan berbagai gejala fisik. Depresi dan penyakit jantung itu ibarat jalan dengan dua arah, saling memberikan pengaruh,” kata Glassman.

Jangan Sepelekan Depresi Ringan Remaja

SUDAH banyak contoh di sekitar kita tentang remaja yang terkena depresi. Meskipun masih tergolong ringan—mungkin akibat tekanan tugas sekolah atau teman sepergaulan—depresi di kalangan anak baru gede jangan disepelekan. Menurut penelitian terbaru yang dimuat di British Journal of Psychiatry edisi September ini, remaja yang mengidap depresi ringan cenderung menderita depresi berat dan kegelisahan ketika dewasa.

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Columbia University Medical Center dan New York State Psychiatry Institute ini bukan main-main. Sebab, tim peneliti lembaga ini telah mewawancarai 755 remaja pada kisaran usia 16 tahun tentang gangguan mood, kegelisahan (anxiety) dan gangguan makan (eating disorder), perilaku mengganggu (disruptive behavior), dan pengalaman dengan kekerasan (substance abuse) pada 1983.

Ternyata responden yang diwawancarai sekitar 26 tahun lalu dan ditengarai menderita depresi ringan, setelah berusia 20-an dan 30-an tahun, tetap menderita depresi, bahkan makin parah. ”Penelitian ini membuktikan, diperlukan penanganan benar pada depresi ringan yang menimpa anak remaja,” kata Jeffrey Johnson dari Columbia University.

Tidak Sekadar Dua Kali Sehari

MENGGOSOK gigi dua kali sehari, siapa yang tidak tahu. Tapi, tahukah Anda, ternyata ”dua kali” itu bukan sembarangan. Waktunya kudu benar agar mendapat gigi yang sehat. Itu kata penelitian yang dilakukan sebuah merek pasta gigi.

Waktu yang tepat adalah sesudah sarapan dan sebelum tidur. Sikat gigi sesudah sarapan untuk membersihkan sisa makanan setelah makan. Sedangkan yang menjelang tidur untuk menghancurkan mikroorganisme di mulut, yang bertambah dua kali lipat saat malam hari. ”Risiko terkena karies (gigi berlubang) lebih besar bila tak sikat gigi,” kata Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia Zaura Rini Anggraeni.

Sayangnya, masyarakat banyak melakukan kesalahan, bahkan di negara maju seperti di Eropa. Hal itu dijelaskan Peter Soer, Senior Vice President Oral Care & Vitality, Unilever, dalam kampanye Brush Day+ Night dari Unilever Oral Care untuk wilayah Asia, di Singapura, pekan lalu. Menurut Zaura, berdasarkan hasil penelitian Dinas Kesehatan, 91 persen masyarakat melakukan sikat gigi dua kali sehari, tapi hanya tujuh persen yang melakukannya dengan benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus