Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Duet Agen Berwajah Ganda

Setelah di film Closer, Julia Roberts dan Clive Owen bertemu lagi di sebuah film yang lebih ringan, seru, dan jenaka. Siapa yang menipu dan siapa yang tertipu?

14 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUPLICITY
Sutradara: Tony Gilroy
Skenario: Tony Gilroy
Pemain: Julia Roberts, Clive Owen, Tom Wilkinson, Paul Giamatti
Produksi: Universal

DUBAI, 4 Juli 2003, menyajikan segala kesempatan bagi agen CIA Claire Stenwick (Julia Roberts) dan agen MI6 Ray Koval (Clive Owen) untuk membentangkan segala strategi: termasuk bergelut di tempat tidur demi mendapatkan info. Tetapi ronde pertama, Koval kalah. Di tempat tidur di sebuah hotel di Dubai, Stenwick berhasil membuat Koval terjerembap oleh obat tidur. Stenwick berhasil menilap berbagai info yang dibutuhkannya.

Kamera melesat ke Amerika, beberapa tahun kemudian. Claire Stenwick dan Ray Koval bertemu kembali. Masing-masing sudah bekerja sebagai intel di dua perusahaan yang bersaing. Maklum, ketika Perang Dingin sudah lama usai, banyak intel yang akhirnya lebih suka bekerja di konglomerasi raksasa karena mereka ingin pensiun dengan rumah di pinggir pantai sembari memegang gelas dengan payung kecil berwarna.

Adapun kedua perusahaan dipimpin oleh CEO yang berseteru: Howard Tully (Tom Wilkinson), yang memimpin Burket and Randle, versus Dick Garsil (Paul Giamatti), yang memimpin Equikrom. Dan kedua mantan agen ini punya persamaan: selain cocok di tempat tidur, mereka hanya melekat pada perusahaan besar itu untuk duit. Kedua perusahaan ini gemar menggunakan cara apa pun demi menjadikan perusahaannya meraih tingkat teratas di Amerika.

Persoalannya, apakah Claire dan Ray yang bekerja di perusahaan yang bersaing itu memang betul ikut berseteru, atau mereka tengah bersandiwara. Apakah Claire tengah menipu Ray, atau sebaliknya Ray yang sedang mengelabui Claire? Atau pasangan ini tengah membentangkan strategi membohongi kedua perusahaan raksasa agar mereka bisa meraup duit dan menghilang ke sebuah vila di pinggir pantai pada masa pensiun?

Sutradara Tony Gilroy, yang debutnya dalam film Michael Clayton (dan skenarionya dalam trio Bourne) telah membuat dirinya dikenal sebagai sineas thriller (politik/spionase) terkemuka saat ini, mengambil ritme yang lebih ringan seperti film Ocean Eleven: seru, tegang sekaligus jenaka dan penuh humor.

Setiap langkah Claire dan Ray memang selalu menjadi teka-teki: siapa yang membohongi dan siapa yang dibohongi. Tetapi yang lebih lezat dalam film ini adalah karena kedua agen ini sebetulnya juga teman tidur yang sudah mulai melibatkan perasaan. Mereka sudah terlatih untuk tak pernah percaya pada siapa pun sehingga pada detik-detik terakhir film pun kita masih terus bertanya apakah mereka betul-betul saling mencintai atau itu bagian dari strategi intelijen belaka.

Julia Roberts sebagai Claire Stenwick tampil dalam seni peran yang sangat matang. Ketika Claire diberi tugas menginterogasi salah satu anggota staf perempuan yang ditiduri oleh Ray, dia terpaksa mendengar semua pengalaman seks perempuan itu dengan Ray. Kita bisa melihat wajah Claire yang datar dan dingin, yang mencoba menyembunyikan rasa murka dan luka. Untuk beberapa detik, kita lalu menyimpulkan: dia sudah jatuh cinta pada Ray. Tapi benarkah?

Itulah istimewanya Tony Gilroy. Dia selalu berhasil membawa penontonnya pada satu perjalanan petualangan yang menjanjikan kegairahan selama proses hingga akhir. Di setiap terminal, Gilroy akan menyediakan ranjau yang mengejutkan (yang tak boleh disebutkan dalam resensi apa pun) atas nama suspense dan pada akhir film dia akan menyediakan bom akhir.

Yang menarik, film thriller ini sama sekali tidak membutuhkan peluru, mesiu, atau setitik darah pun. Senjata Gilroy justru ada pada kekuatan dialog pasangan Julia Roberts dan Clive Owen. Pertukaran pemikiran, ejek-mengejek, saling interogasi dan saling periksa itu adalah peluru dan belati yang menghunjam pada setiap adegan.

Dan pada saat kita mengira film sudah berakhir dengan bahagia, Gilroy menjatuhkan bom berikutnya.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus