Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAYLA beruntung mulai bisa bicara. Sebelumnya, akibat gangguan pendengaran, gadis cilik empat tahun itu seperti orang bisu. Maklum, menurut Profesor Helmi, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), anak mulai bisa bercakap karena bisa mendengar orang lain berbicara. Jadi, ada batas usia seorang anak tak bisa bicara. Orang tua wajib curiga bila si buah hati masih saja diam padahal teman-teman sebayanya sudah cerewet. ”Jika didiamkan, tidak dilatih mendengar, pada usia tertentu walau dibantu alat bantu dengar, seperti cochlear implant, tak ada gunanya lagi,” tutur guru besar THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu kepada Tempo, pekan lalu.
Menurut Helmi, usia delapan tahun adalah batas kemampuan otak bisa mengerti percakapan. Lebih dari umur itu, anak sudah tidak mampu mengerti bahasa verbal. Namun, jika sudah menerima stimulus pendengaran, seperti alat bantu dengar, sampai usia 12 tahun pun masih bisa ditolong.
Kayla adalah pasien pertama di Indonesia yang dipasangi implan pendengaran pada kedua telinganya, atau simultaneous bilateral cochlear implant. Di Malaysia, sudah ada 300 orang pasien implan, namun belum ada yang di dua sisi telinga.
Di Indonesia baru 28 orang yang dipasangi susuk cochlear tunggal. Maklum, harga alat bantu dengar ini mahal: US$ 22 ribu hingga 26 ribu, atau Rp 220 juta sampai 260 juta. Itu masih ditambah ongkos operasi sekitar Rp 40 juta. ”Kalau di Singapura, ongkos operasinya saja Rp 100 juta,” kata dokter Eko Teguh Prianto, asisten tim Profesor Helmi.
Cochlear implant memiliki cara kerja yang berbeda dibanding alat bantu dengar biasa yang berfungsi seperti loudspeaker atau pengeras suara. Alat bantu dengar biasa cuma bisa efektif bagi orang yang mengalami ketulian hingga 60 desibel. Sedangkan yang hingga 100 desibel, pendengarannya tetap minim walau memakai alat bantu dengar. Audiogram orang berpendengaran normal terletak antara nol dan 20 desibel. Di atas angka itu, kemampuan kondisi telinga dipertanyakan.
Pemasangan implan dapat dilakukan pada beberapa jenis penderita. Misalnya pada anak-anak yang lahir tanpa bisa mendengar dan punya kelainan bawaan (congenital deafness). ”Kelainan tidak mendengar sejak lahir itu jenis yang terbanyak,” ujarnya.
Implan bisa juga untuk orang dewasa atau yang tidak mendengar setelah pernah bisa mendengar, misalnya akibat keracunan obat, gangguan aliran darah ke telinga dalam, infeksi, dan radang otak. ”Cairan otak itu punya hubungan langsung dengan cairan dalam telinga. Jika ada infeksi otak menjalar ke telinga, itu juga bisa menyebabkan tuli,” tutur Helmi.
Alat bantu dengar atau susuk cochlear terdiri atas komponen dalam dan luar (lihat infografis Cara Kerja dan Tahap Pengobatan). Untuk pemasangannya, dokter melakukan operasi pada tulang temporal, yang menggantikan fungsi ”rumah siput” sebagai organ pendengaran. Komponen implan diletakkan di bawah kulit di belakang telinga. Faktor waktu operasi juga menentukan. Pasien anak tak boleh terlalu lama dibius. ”Untuk dua sisi telinga, kami sudah bisa dalam waktu tiga jam. Pembiusan memiliki risiko, karena itu kecepatan operasi menjadi penting,” ujar Helmi.
Sejak disetujui Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA), pasien anak yang dipasangi implan semakin banyak. Pada 2009, sekitar 150 ribu anak di seluruh dunia telah menerima cochlear implant. Di Amerika Serikat, sekitar 30 ribu orang dewasa dan lebih dari 30 ribu anak mendapat operasi implan rumah siput. ”Di Indonesia, pasien termuda berusia 19 bulan, di Amerika, Eropa, Australia yang termuda 6 bulan,” katanya.
Ide membantu pendengaran orang tuli sebenarnya sudah dimulai pada 1790. Saat itu Alessandro Volta, pengembang listrik dan baterai, membuat stimulasi listrik di sistem pendengaran. Saat itu Volta meletakkan batang-batang besi di telinganya sendiri dan menghubungkan ke sirkuit atau kumparan 50 volt. Dia mengalami guncangan dan mendengar suara seperti sup mendidih.
Lalu usaha yang sungguh-sungguh mendekati metode pengobatan pendengaran dilakukan dokter bedah Prancis dan Aljazair Andre Djourno dan Charles Eyries 167 tahun kemudian. Sebuah kabel terbuka dengan bunyi seperti suara jangkrik yang dihasilkan dari sebuah kumparan dicobakan di kulit dekat telinga. Secara klinis percobaan itu berhasil, sampai sebuah perusahaan menawarkan pembuatan alat bantu tersebut. Namun Djourno menolak dengan alasan dunia akademis tidak boleh dinodai kepentingan bisnis.
Pada 1978, cochlear implant tunggal pertama kali ditanam ke telinga pasien di Australia. Lalu alat itu dikembangkan secara massal ke seluruh dunia. Sedangkan pemasangan pada dua sisi telinga baru terjadi lima tahun lalu di Rumah Sakit Melbourne, Australia, dan awal Agustus tahun ini di Indonesia. Selain rumah sakit swasta yang memiliki peralatan lengkap untuk bedah telinga, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya memiliki tim dokter yang mampu memasang cochlear implant pada dua sisi telinga. ”Enggak perlu ke luar negeri lagi,” kata Helmi.
Menurut Helmi, yang terpenting dari pemasangan susuk cochlear itu adalah pascaoperasi. ”Bantuan orang tua berperan penting pada kecepatan anak bisa mendengar dan berbicara pascaoperasi,” ujarnya. Dokter Eko menunjuk beberapa pasien yang berkembang cepat. Amel, pasien usia tiga tahun yang dipasang cochlear implant satu telinga, sudah bisa mengaji dan menyanyi dalam waktu satu tahun. ”Karena ibunya aktif ikut terapi,” katanya. Kayla, yang dipasangi dua implan kiri-kanan, mengalami perkembangan 60 persen lebih baik daripada pasien yang dipasang sebelah.
Ahmad Taufik
Cara Kerja Cochlear Implant
Tahap Pengobatan
TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV TAHAP V
Komponen luar, terdiri atas speech processor, mikrofon, dan pemancar (transmitter). Komponen tersebut bekerja dengan cara mengubah gelombang suara yang ditangkap mikrofon menjadi gelombang listrik.
- Orientasi pengenalan cochlear implant kepada orang tua
- Evaluasi audiologi pasien
- Evaluasi medis pasien, fisik, dan THT klinis
- Diskusi hasil tes, jika diperlukan pemindaian (CT scan atau MRI)
- Pemindaian tulang temporal
- Diskusi dengan orang tua tentang harapan dan dukungan pada pasien
- Pemeriksaan klinis untuk memastikan tidak ada indikasi kemungkinan terjadi penolakan tubuh bila dioperasi (kontra-praoperasi)
- Vaksinasi
- Evaluasi psikologis untuk menilai kemampuan kognitif di luar faktor pendengaran
- Tes lain, misalnya evaluasi mata dan saraf
- Konseling tentang risiko operasi, penentuan hari dan tanggal operasi, serta pemberian jadwal pascaoperasi.
- Operasi
- Pascaoperasi
Memfungsikan implan (switch on implant), 4-6 minggu pascaoperasi, setelah luka operasi sembuh
- Pemasangan alat eksternal dan pemroses bicara (speech processor)
- Program aktivasi selama 2-4 jam
- Rehabilitasi aural dan terapi bicara
- Evaluasi persepsi bicara, kemampuan menangkap kata-kata dan berbicara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo