Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sendi Perempuan Lebih Rentan
OLAHRAGA penting, tapi Anda kudu hati-hati, terutama bagi perempuan. Studi terbaru dari West Point, Amerika Serikat, menunjukkan perempuan yang berolahraga lebih rentan mengalami robek sendi dibanding pria. Dari 175 ribu responden yang diteliti, ditemukan robek sendi depan pada atlet perempuan lebih tinggi dua hingga enam kali lipat dibanding laki-laki.
Kecelakaan sendi pada atlet wanita bisa mengakibatkan cacat lutut. Kecacatan itu disebabkan oleh faktor hormon, termasuk hormon yang timbul selama tahap ovulasi saat siklus haid (menstruasi). Nah, karena banyaknya remaja putri yang giat berolahraga demi menjaga kelangsingan tubuh, diperkirakan pasien radang sendi meningkat 50 persen, 20 tahun mendatang.
Kerusakan lebih jauh akibat kecelakaan waktu olahraga bisa diatasi dengan tindakan sederhana: rest, ice, compression, dan elevation (RICE)—istirahat, kompres dengan es, ditekan pada bagian yang cedera, dan diganjal untuk melancarkan peredaran darah.
Cara lain untuk mengatasinya adalah dengan bedah ringan dini. Namun Anda harus menunggu dua sampai empat pekan sejak kecelakaan, sebelum dibedah. Dua tindakan tersebut, seperti dimuat di New England Journal of Medicine pekan lalu, mampu menormalisasi keadaan hormon pasien.
Obat HIV Made in Iran
MUNGKIN ini berita mengejutkan dari negeri para mullah, Iran. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan Iran tahun lalu, jumlah kasus HIV/AIDS di Iran mencapai sekitar 14 ribu orang dan 1.700 orang meninggal akibat penyakit ini. Penularannya, 63 persen melalui jarum suntik, 28 persen dengan penyebab yang tak diketahui, selebihnya karena kontak seksual.
Karena makin banyaknya jumlah orang terinfeksi virus penurunan kekebalan tubuh itulah para ahli di sana berusaha keras membuat obat penangkalnya. Tahun lalu ilmuwan Iran menemukan obat berbahan tumbuh-tumbuhan yang mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh manusia untuk melawan HIV/AIDS, yang diberi nama Imod. ”Obat itu mampu mengontrol virus AIDS serta meningkatkan imunitas tubuh,” kata Menteri Kesehatan Iran Baqeri Lankarani, seperti dikutip kantor berita resmi IRNA. Namun obat herbal ini lebih baik digunakan bersama obat antiretroviral (ARV), obat wajib penyandang HIV/AIDS.
Obat herbal tersebut diproduksi setelah dilakukan penelitian selama lima tahun dan diujicobakan pada 200 orang pasien. Sejak obat itu digunakan tahun lalu, Iran berhasil mengerem kasus pasien terinfeksi HIV/AIDS sebesar delapan persen. Penggunaan Imod juga bisa membuat pengidap HIV/AIDS di sana melepaskan diri dari ketergantungan terhadap ARV yang dipasok dari luar Iran, yang harganya tak terjangkau masyarakat kalangan bawah. Tak salah jika Indonesia, yang saat ini kekurangan pasokan ARV, bisa melirik obat dari Iran.
Harapan Baru Penderita TB
PENDERITA tuberkulosis yang sering kali berisiko kehilangan pipa saluran pernapasannya kini tak perlu khawatir. Ahli bedah Spanyol menemukan tisu yang mengamankan organ saluran penghubung paru dengan pernapasan bagian atas.
Tisu atau jaringan itu berasal dari batang tenggorokan (trachea) orang yang sudah meninggal. Trachea dari donor yang sudah dicuci dan dibaluri kolagen protein itu berfungsi merangsang sel yang ada dalam tubuh penderita. Dalam waktu empat jam setelah transplantasi batang tenggorokan, jaringan ”asing” itu segera berfungsi. Setelah sebulan, jaringan mulai bisa menyuplai darah sendiri. Menurut Profesor Paolo Macchiarini dari Hospital Clinic of Barcelona, Spanyol, jaringan tersebut telah menyatu sempurna dengan organ tubuh penderita sehingga bisa digunakan dengan normal, empat bulan kemudian. Temuan ini dipublikasikan BBC Health pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo