Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Kesehatan

10 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayi Tabung Makin Terjangkau

Tak perlu ke luar negeri untuk melakukan program bayi tabung. Di Indonesia, teknologi program ini sudah tak kalah canggih. Klinik Kesuburan Teratai Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara, yang baru diresmikan akhir November lalu, misalnya, menawarkan punya anak dengan teknik in vitro fertilization (IVF). Dalam teknik ini, sel sperma dan sel telur dipertemukan dalam cawan petri, sehingga terjadi pembuahan, baru kemudian ditempatkan di rahim istri.

Teknik lain adalah intra cytoplasmic sperm injection (ICSI). ”Cukup satu sel sperma saja disuntikan ke dalam sel telur yang sudah matang,” ujar Indra N.C. Anwar, dokter spesialis kebidanan dan kandungan kilinik bayi tabung swasta itu. Sebagai perbandingan, untuk membuahi satu sel telur pada program bayi tabung konvensional diperlukan 50-100 ribu sel sperma. Teknik ICSI ini juga memungkinkan sel sperma yang diambil yang terunggul.

Untuk ikut program ini, dibutuhkan dana sekitar Rp 50 juta. Tapi biaya ini bisa ditekan hingga Rp 20 juta jika menggunakan metode natural cycle, yaitu pengambilan sel telur dilakukan alamiah selama siklus menstruasi. ”Cuma, harus lebih sabar,” katanya.

Perceraian Merusak Lingkungan

Menanam pohon, buang sampah dengan benar, menggunakan energi dengan bijak adalah contoh perbuatan yang membuat lingkungan kita lebih hijau. Itu semua orang sudah paham. Tapi, tahukah Anda bahwa mempertahankan perkawinan juga tindakan bersahabat bagi lingkungan? ”Perceraian berefek negatif terhadap lingkungan,” kata Jianguo ”Jack” Liu, peneliti dari Michigan State University.

Logikanya, makin banyak orang bercerai, makin banyak pula rumah tinggal. ”Listrik, makanan, sampah, dan lain-lain, juga lebih banyak,” ujar Liu, seperti dikutip situs HealthDay, Selasa pekan silam.

Liu mendapat kesimpulan ini secara tidak sengaja. Mulanya dia meneliti kawasan cagar alam panda di Cina. Nah, di area tersebut juga tinggal 4.000-an orang. Dalam tiga dekade, jumlah panda menurun drastis. Ternyata itu disebabkan makin banyaknya rumah tinggal—lingkungan tersebut makin tidak hijau, bising, banyak sampah. ”Setelah diteliti, makin banyaknya rumah tinggal adalah karena perceraian, yang membuat suami dan istri tinggal terpisah,” tutur Liu. Penelitian yang dimuat di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences edisi Desember ini juga memuat data besaran konsumsi listrik, air, energi, tanah, dan lain-lain akibat makin banyaknya kebutuhan rumah tinggal di beberapa negara akibat perceraian.

Madu Redakan Batuk Anak

Sedikit madu sebelum tidur dapat mengurangi batuk anak. Madu juga terbukti lebih manjur ketimbang obat batuk. Demikian hasil penelitian terbaru Pennsylvania State University, AS terhadap 130 anak yang menderita batuk, antara 2 dan 18 tahun. ”Madu, terutama yang hitam, mengandung zat antioksidan dan punya kemampuan melawan mikroba,” kata Ian Paul, si peneliti.

Agar Anak Suka Sayur dan Buah

Membiasakan anak-anak menyukai sayuran dan buah adalah hal yang tidak mudah. Bila Anda ingin si buah hati suka makan buah dan sayur, hal itu harus dimulai dari si ibu. Bila ibu mengkonsumsi banyak sayur dan buah selama hamil dan menyusui, bayi mereka akan lebih mudah menerima rasa buah dan sayur ketika mereka harus makan makanan lunak. Ini adalah penelitian terbaru Julie Mennella dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, Amerika Serikat.

Mennella meneliti 45 bayi berusia empat hingga delapan bulan yang sudah terbiasa diberi makan sereal tapi tidak terbiasa dengan buah dan sayur. Bayi tersebut dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama diberi kacang polong, sedangkan kelompok kedua mendapat kacang polong dan buah peach, keduanya selama delapan hari.

Ternyata bayi yang mudah menerima kacang polong dan peach adalah bayi yang mendapat air susu ibu. Ibu mereka juga terbiasa mengkonsumsi sayur dan buah selama hamil. ”Makanya bayi-bayi itu sudah kenal rasa sayur dan buah melalui air susu ibunya,” tutur Mennella, seperti dikutip situs HealthDay, Selasa pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus