Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kram kaki atau kejang otot pada kaki adalah berkontraksinya otot-otot betis atau otot-otot telapak kaki secara tiba tiba. Otot sendiri merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat penggerak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Evinur dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam laman resmi Universitas Muhammadiyah Surabaya menyebutkan bahwa kram kaki banyak dikeluhkan ibu hamil, terutama pada trimester ketiga, bentuk gangguan berupa kejang pada otot betis atau otot telapak kaki. Kram kaki cenderung menyerang pada malam hari selama 1-2 menit. Walaupun singkat,tetapi dapat mengganggu tidur, karena sakit yang menekan betis atau telapak kaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dasar fisiologis untuk kram kaki sendiri belum diketahui dengan pasti. Selama beberapa tahun, kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan kalsium yang tidak tidak seimbang antara rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh. Salah satu dugaan lainnya adalah bahwa uterus yang membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada saraf sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah.
Solusi dalam mengatasi kram pada otot kaki yaitu ketika kram terjadi, yang harus dilakukan adalah melemaskan seluruh tubuh terutama bagian kaki, dengan cara menggerak-gerakkan pergelangan tangan dan mengerut bagian kaki yang terasa kaku. Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar dengan tumit untuk mencegah kram mendadak, meningkatkan asupan kalsium, meningkatkan asupan air putih, dan melakukan senam ringan.
Meski sebenarnya kram pada otot kaki adalah hal yang lumrah, namun frekuensi terjadinya yang sering dapat menjadi gejala penyakit yang lebih berbahaya seperti penyakit jantung dan stroke. Pasalnya, kram kaki bisa jadi tanda adanya penyakit arteri perifer yang bisa berisiko pada kesehatan jantung dan otak.
Seseorang yang mengalami penyakit arteri perifer merasa sakit karena adanya simpanan lemak di arteri kaki yang menghambat aliran darah ke otot. Hal ini juga terjadi pada arteri yang mengalir ke jantung dan otak. Masalah ini menyebabkan seseorang penderita penyakit jantung perifer lebih berisiko mengalami serangan jantung atau stroke dibanding orang lain.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi Rumah Sakit Umum JA Hiroshima di Hatsukaichi, Jepang, juga menemukan bahwa kram otot relatif lazim pada pasien dengan penyakit liver kronis. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa pasien wanita, penderita diabetes, dan mereka yang memiliki penyakit ginjal kronis di atas penyakit liver kronis cenderung mengalami kram otot.
Karena itu, jika Anda sering mengalami kram kaki, sebaiknya segera periksa dan konsultasikan ke dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
NAUFAL RIDHWAN ALY