Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jangan diglek berbarengan

Setelah diteliti, ternyata kurkumin pada jamu bisa merontokkan khasiat obat modern, parasetamol. disertasi Dr. Imono Argo Donatus.

5 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI orang Indonesia, banyak cara untuk memulihkan kesehatan. Ada obat-obatan modern, jamu, ramuan tradisional lainnya, jampi-jampi .... Masalahnya jadi sedikit rumit bila obat dari apotik diminum, jamu juga diminum. Menurut Dr. Imono Argo Donatus, 43 tahun, dosen Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, meminum jamu bisa menurunkan khasiat obat modern. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dituangkan dalam disertasinya berjudul, "Antar Aksi Kurkumin Dengan Parasetamol: Kajian terhadap Aspek Farmakologi dan Toksikologi Perubahan Hayati Parasetamol." Tesis ini dipertahankan di depan Senat Terbuka UGM, Selasa pekan lalu. Untuk penelitiannya, Imono memilih jamu "terlambat bulan", "pegel linu", dan "galian singset". Alasannya, tiga jamu ini paling banyak dikonsumsi masyarakat. Selain itu, komponen terbesarnya adalah rimpang temulawak dan kunyit -- sama-sama mengandung zat warna kuning yang disebut kurkumin. Kurkumin antara lain berkhasiat sebagai senyawa antihepatotoksik -- keracunan hati -- dan antiradang. "Kita tahu masyarakat banyak yang mengonsumsi obat tradisional, juga obat modern. Padahal masyarakat kurang informasi terhadap efek penggunaan kedua jenis obat tersebut jika digunakan berbarengan," ujar Imono yang terbiasa meminum jamu masuk angin itu. Untuk melihat proses antaraksi -- perubahan khasiat dan keberacunan obat tertentu, karena hadirnya obat lain -- selain kurkumin, dipilih obat modern parasetamol (berkhasiat mengurangi rasa sakit dan penurun panas) yang penggunaannya cukup luas. "Lebih kurang 190 merek obat mengandung parasetamol," kata Imono. Khasiat parasetamol, seperti obat pada umumnya, bergantung pada efektivitas perubahan hayati (metabolisme) obat di dalam sel-sel hati. "Tapi, jika ada kurkumin dalam tubuh, keefektifan perubahan hayati parasetamol terganggu," kata Imono yang mendapat predikat cum laude untuk tesisnya. Dalam penelitian yang dilakukannya atas mencit (tikus kecil), Imono memberikan kurkumin dalam dosis tinggi. Dosis ini tidak hanya meningkatkan daya khasiatnya, tetapi juga meningkatkan keberacunannya (toksikologi). Pada mencit, dampak antaraksi tadi menyebabkan sel-sel hati hewan itu rusak keracunan. "Jika ini terjadi pada manusia yang tidak sehat, bisa mempercepat kematiannya," lanjut Imono. Dr. Suwijiyo Pramono, Kepala Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, tidak sepenuhnya sepakat atas hasil penelitian Imono. Diakuinya, "Khasiat parasetamol agak menurun jika diminum berdekatan waktunya dengan minum kurkumin." Tapi diingatkannya, karena sifat ekskresi -- pelarutan yang cepat, maka kemungkinan antaraksi itu kecil. "Kurkumin hanya bertahan 24 jam di dalam tubuh," katanya. Menurut Pramono lagi, jamu yang kandungan kurkumin-nya banyak hanyalah jamu ekstrak berbentuk pil atau kapsul. "Jadi, peminum jamu tidak kebal terhadap obat modern," katanya. Tak urung ia memuji upaya Imono, apalagi selama ini belum pernah ada penelitian terhadap antaraksi obat tradisional dengan obat modern.Rustam F. Mandayun dan Heddy Lugito (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum