PENATA tari Brenda Way menyajikan karyanya di Gedung Kesenian Jakarta, 4 dan 5 November lalu. Karya-karyanya itu dipentaskan Oberlin Dance Company dari San Francisco. Akhir September lalu, Elisa Monte juga tampil di gedung yang sama. Kendati keduanya dari Amerika Serikat dan sama-sama "modern", penyajian mereka berbeda. Elisa Monte dengan suami dan partner tarinya, David Brown, ke Indonesia dalam anjangsana budaya. Mereka mengadakan pementasan bersama seniman tari dari Indonesia, khususnya dengan Sardono W. Kusumo yang menjadi tuan rumahnya, yang juga telah memberi sumbangan besar dalam penataan visual. Sedangkan Linda Hoemar (mulai belajar menari pada Farida Feisol) membawakan karya tari Elisa dengan gerak-gerak yang cermat pada berbagai segmen tubuhnya. Elisa, David, Sardono, dan Linda berlatih bersama di Bali. Dan pemandangan latihan ini disorotkan di sepenuh layar belakang pentas, dalam sides dan film. Sementara itu, tari-tarian hasil latihan itu disajikan di depannya maka terwujudlah kedalaman dimensi waktu, dan penglihatan akan hakikat proses mencari. Oberline Dance Company menyajikan pertunjukan yang "terkemas selesai" atau sudah siap santap. Penonton tak perlu lagi tahu dan berpikir tentang resep dan kegiatan dapur. Keempat tari yang disajikan pada 5 November itu seluruhnya karya Brenda Way, berjudul Entropics, Natural Causes, Format II, dan Laundry Cycle: The Long and the Short. Musik untuk karya-karya ini merupakan pesanan khusus -- kecuali Format II yang memang tak bermusik. Nilai karya-karya tersebut sepenuhnya pada komposisi, baik gerak, suara, maupun paduan antara keduanya. Komposisi ini terutama digarap untuk gerak. Sedangkan kostum, tata pentas, dan pencahayaan semata berfungsi sebagai pendukung: memberikan aksentuasi, suasana, kesan tertentu, sesuai dengan tema tarian. Yang pertama, Entropics, bersuasana tropis ujung-ujung daun palma bergoyang di para-para pentas, dan para penari mengenakan kostum yang mengesankan turis-turis di pantai. Celana pendek yang kombor, baju atas tak berlengan dan longgar, atau celana sport dan kutang. Yang paling menonjol dalam karya ini -- beda dengan ketiga yang lain -- adalah penekanan pada pengolahan gerak yang bersifat undulating atau menggeliat, melantur, lentur, dan meliuk berkelanjutan. Sifat gerak yang demikian itu terutama pada torso, dengan melibatkan keseluruhan tulang punggung, maupun juga disertai garapan geliatan pada bahu kiri dan kanan secara bergantian. Tangan dan lengan pun diluweskan. Meskipun karya ini diiringi musik yang bersumber pada berbagai instrumen dan synthesizer, tercipta suasana keterlenaan, seperti kediaman dalam menyerap alam. Ini terjalin melalui bagian demi bagian karya ini -- yang menyangkut komposisi untuk satu penari, bertiga, berlima, seluruhnya, yang terkadang juga memperlihatkan pasangan-pasangan dalam pertautan, antara lain laki-laki dengan laki-laki. Ini mungkin impresi koreografernya mengenai tamasya di alam "ketimuran". Tarian kedua, Natural Causes, mempunyai enam bagian yang masing-masing diberi judul tersendiri. Musik dibuat oleh Rhiannon, yang juga membunyikan komposisi suara-suara dengan vokalnya sendiri. Virtuositas penyuaraannya patut dihargai tersendiri. Namun, pada bagian Stuck Duets, suara-suara itu begitu akrobatik sehingga di samping menimbulkan kesan aneh. Juga lucu, dan menjadi terasa tidak sejalan dengan komposisi gerak yang lugas. Bagian berikutnya, Parallel Player, lebih memperlihatkan kesejajaran sana-sini yang sengaja mengecoh. Misalnya, ketika penyanyi menyuarakan marcing three by three di pentas, tampak tiga penari yang bergerak rampak, namun komposisi bergulir terus mengikuti kebutuhannya sendiri. Sementara itu, nyanyian juga seperti mengikuti kebutuhannya sendiri pula, meneruskan arus ritmiknya diiringi kata-kata "marcing six by six 7 by 7 8 by 8", dan komposisi tari tak lagi mengacu ke angka-angka tersebut. Yang sangat mengambil perhatian dari karya ini adalah awalnya, prologue. Di situ, seorang penari yang tampil dihubungkan dengan sisi kanan pentas oleh rentangan garis putih melebar berupa kain putih selebar 3/4 torso, yang ujungnya melilit di tubuhnya. Ia bergerak ke tengah, dan lilitannya bertambah. Dan bagian ini diakhiri dengan masuknya dia ke sisi kiri pentas, tetapi kain itu akhirnya lepas dari tubuhnya. Format II merupakan permainan irama, menggambarkan suatu kegiatan studio. Dua penari laki-laki berdasi bergerak atas pengarahan dua penjaga waktu yang duduk di kursi, masing-masing mengarahkan seorang penari. Mula-mula bersamaan. Kemudian kedua penari, meski bersama-sama bergerak di pentas, masing-masing mengikuti petunjuk yang berbeda, baik gerak maupun waktunya. Suasana studio diperlihatkan pula oleh tirai-tirai sekat samping pentas yang diikat sehingga memperlihatkan lampu-lampu sorot yang ada di belakangnya. Karya terakhir, Laundry Cycle, yang diilhami cucian dalam mesin pengering, bersifat meriah dan kocak. Dengan kostum dasar putih kesembilan penari bergantian maupun bersamaan ditampilkan berulang, setiap kali mengenakan baju tambahan warna-warna yang longgar dan mudah dicopot. Dalam proses tarian, baju tambahan ini dicopot -- kelanyakan oleh penari yang lain -- dilempar untuk memenuhi udara dan lantai. Dan yang menimbulkan rasa geli adalah gerak penari wanita yang mengangkat dan menimang penari laki-laki. Dalam hal ini, ada dua kemungkinan: koreografernya mau melucu, atau bukan. Dia menampilkan langgam unisex dalam komposisinya yang memang tak membedakan peran lelaki dan wanita. Barangkali, yang pertamalah yang dimaksud, karena kostum laki-laki dan perempuan jelas dibedakan. Demikianlah gambaran sebuah sajian tari, yang merupakan bagian kecil "diplomasi" kebudayaan AS, tertuju pada seluruh penjuru dunia. Edi Sedyawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini