Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kanker lawan kanker

Dr.steven rosenberg dari amerika serikat merintis pembuatan vaksin kanker. dengan rekayasa genetik, vaksin dibuat melalui sel kanker. bisa menghasilkan tnf untuk menyerang sel kanker.

19 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini dicoba kemanjuran vaksin kanker. Dengan rekayasa genetik, vaksin ini dibuat melalui sel kanker. SISTEM pertahanan tubuh pada manusia ternyata punya mekanisme melawan kanker. Inilah pangkal kasus kanker yang ajaib, yaitu tumor bisa hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun, dalam kondisi biasa, pertahanan tubuh menghadapi kanker itu sangat lemah. Mekanismenya harus diperkuat agar efektif menghancurkan kanker. Percobaan itu yang dilakukan Dr. Stever Rosenberg. Awal pekan lalu ia mendapat izin dari Institut Kesehatan Nasional di Amerika Serikat untuk melakukan percobaan itu. Karena penelitiannya di laboratorium dinilai berhasil, ahli kanker ternama ini boleh mencoba pada manusia. Ia, dalam percobaannya, akan menyuntikkan semacam vaksin yang diharap mampu menguatkan perlawanan pasien menghadapi kanker. Pembuatan vaksin itu dirintis Rosenberg bersama timnya sejak beberapa waktu lalu. Awalnya ia "menggali" sel-sel tumor dari tubuh 30 pasien kanker ganas. Mereka yang dikategorikan tidak punya harapan hidup lagi itu ada yang menderita kanker kulit, kanker ginjal, dan kanker perut yang sudah merambat ke seluruh tubuh. Di laboratorium, Rosenberg membiakkan sel kanker setelah ia mengubah struktur genetik sel-selnya. Di inti sel ini Rosenberg menyelipkan dua gen. Yang satu, gen pembawa format produksi semacam hormon yang dinamai tumor necrosis facto (TNF). Yang lain, gen pembawa forma produksi Interlukin-2 (II-2). TNF adalah racun pembunuh sel kanker, dan II-2 merupakan protein yang merangsang sel darah putih untuk menyerang sel kanker. Dalam percobaan laboratorium pada binatang percobaan tikus, tim Rosenberg menemukan sel kanker yang sudah direkayasa itu mujarab. Kekebalan tubuh tikus melawan kanker meningkat. Sel yang digarap ini segera menyerang sel kanker, dan membunuhnya. Karena cenderung menyerang sel kanker dalam sistem pertahanan tubuh, sel kanker dengan gen TNF yang disuntikkan itu disebut vaksin. Sifatnya memang seperti vaksin. Bedanya, vaksin yang sudah dikenal berfungsi mencegah penyakit, sementara vaksin kanker digunakan dalam proses pengobatan. Percobaan yang dilakukan pada tikus itu akan dicoba Rosenberg pada manusia. Yang menerima sel hasil rekayasa adalah 30 pasien tadi. Jadi, mereka akan menerima sel-sel kanker mereka sendiri. Mula-mula Rosenberg, dengan timnya, akan menyuntikkan vaksin yang tak lain sel kanker dengan gen TNF. Penyuntikan dilakukan di beberapa bagian tubuh yang paling dirambati sel-sel kanker. Vaksin yang disuntikkan, menurut Rosenberg, akan menghasilkan TNF dalam jumlah banyak. TNF segera menyerang sel kanker di sekitarnya. Sel dengan gen TNF ini jadi giat dan aktif karena ditanam di antara sel kanker. Vaksin tadi bahkan diperhitungkan memacu sistem pertahanan tubuh melawan kanker. Kebangkitan sistem ini ditandai dengan meningkatnya jumlah sel darah putih yang khas. Sel darah ini tangguh dan bersifat menyerang sel kanker karena terbentuk di lingkungan berkanker. Tiga minggu setelah penyuntikan, Rosenberg akan mengoperasi bagian tubuh tempat ia menyuntikkan vaksin sel kanker itu. Kemudian, sel darah putih yang terbentuk dan terhimpun di sini akan dialirkan ke seluruh tubuh agar segera berfungsi melawan kanker. Dalam pengoperasian itu Rosenberg melakukan pula penggalian, seperti mengumpulkan sel darah putih yang terbentuk tadi. Inilah, menurut dia, senyawa tubuh yang penting dalam menaklukkan kanker. Dengan kultur jaringan, sel darah putih ini dibiakkan di laboratorium. Sel darah putih buatan laboratorium itu nanti disuntikkan lagi kepada pasien. Walau demikian, hasil seluruh percobaan itu masih ditunggu. Percobaannya konon punya kelemahan karena sulit menumbuhkan sel-sel kanker yang sudah direkayasa dalam tubuh. Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa sel itu tumbuh sebentar, kemudian mati. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus