Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kaum Adam di atas 50 tahun yang bolak-balik ke peturasan pada malam hari untuk pipis, sampai 4-8 kali, mesti waspada. Kebiasaan yang mengganggu tidur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang tidak beres di prostat. Apalagi, setelah buang air kecil, masih ada sisa urine menetes.
"Bisa jadi, itu gejala kanker prostat," kata Aru Wisaksono Sudoyo, ahli onkologi medik senior dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, di Jakarta, Sabtu dua pekan lalu. Ia menyampaikan hal itu dalam pertemuan ilmiah "ÂKenali dan Waspadai Kanker ÂProstat" bersama spesialis bedah urologi dari FKUI-RSCM, Profesor Dokter Rainy Umbas.
Gejala kanker prostat yang lain adalah kesulitan memulai buang air kecil atau menahan kencing, aliran air seni lemah atau terganggu, ada perasaan nyeri atau terbakar saat pipis, dan ada darah pada air seni atau air mani. "Sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi juga salah satu gejalanya," kata Umbas, President of Indonesian Society of Urologic Oncology.
Kanker prostat, yakni keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat—yang letaknya di bawah kandung kemih dan di depan anus—dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk-bentuk sel kelenjar prostat, atau prostatic intraepithelial neoplasia (PIN).
Hampir separuh dari orang yang memiliki PIN berusia di atas 50 tahun. Perubahan tersebut ada yang masih tingkat rendah (hampir normal), tapi ada juga yang tinggi (abnormal). Apabila hasil biopsi atau pengambilan jaringan menunjukkan PIN levelnya tinggi, kemungkinan besar terdapat sel kanker di dalam prostat.
Kanker prostat adalah penyakit yang paling sering diderita pria di negara-negara Barat. Di Asia, baru dalam 10 tahun terakhir ini terlihat peningkatan angka kejadian, termasuk di Indonesia. Data dari rumah sakit besar di Jakarta, yaitu RSCM dan RS Kanker Dharmais, menunjukkan kenaikan jumlah penderita kanker prostat hampir tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Di Tanah Air, insiden kanker prostat diperkirakan terjadi pada tujuh dari 100 ribu orang. "Kanker prostat sudah menjadi penyebab kematian akibat kanker yang ketiga di Indonesia," kata Umbas. Kanker ini juga menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di atas 74 tahun.
Pada tahap awal, kanker prostat tidak memunculkan gejala khas. Namun, karena usia merupakan faktor risiko kanker prosÂtat, pria berusia lanjut—di atas 50 tahun—dianjurkan melakukan pemeriksaan colok dubur saban tahun untuk deteksi dini. Bagi yang memiliki riwayat keluarga yang kanker prostat, pemeriksaan colok dubur sebaiknya dilakukan sejak usia 40 tahun. Selain usia dan riwayat keluarga, peningkatan kadar hormon testosteron dan diet tinggi lemak merupakan faktor lain terjadinya kanker prostat.
Penanganan penderita kanker prostat disesuaikan dengan tingkat keganasan yang diukur dari usia harapan hidup. Untuk yang memiliki harapan hidup lebih dari 10 tahun, perlu operasi; adapun di antara 5 dan 10 tahun dengan radioterapi. Sedangkan pasien yang usia harapan hidupnya kurang dari 5 tahun, atau tak dapat menerima operasi ataupun radioterapi, tindakan yang tepat adalah kemoterapi. "Kemoterapi biasanya dilakukan bila kanker telah resisten terhadap terapi lainnya, seperti terapi hormon," kata Aru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo