Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepintas suasana ruangan itu seperti adegan kompetisi masak MasterChef. Koki-koki ternama berdiri di depan ruangan, sedangkan sekitar 20 orang bersiap menjalankan instruksi di depan kompor dan alat masak masing-masing.
Bedanya, peserta yang sedang bersiap memasak itu adalah pasien kanker. April lalu, mereka berkumpul di pusat belanja kuliner dan perkakas masak Tools of the Trade di Bukit Timah, Singapura. "Kami mendatangkan koki ternama buat mengajar mereka memasak menu yang sehat tapi sedap buat penderita kanker," kata ahli gizi Parkway Cancer Center, Singapura, Fahma Sunarja, kepada Tempo, Jumat tiga pekan lalu.
Kelas masak itu menjadi agenda bulanan sejak Parkway menggandeng delapan chef buat menerbitkan buku Awakening the Appetite pada Desember tahun lalu. Fahma, yang jadi salah satu penulis buku tersebut, mengatakan ide buku ini adalah memberikan resep-resep memasak menu sehat buat penderita kanker tapi tetap bisa menggugah selera makan.
Selama mengepalai departemen nutrisi Parkway dua tahun terakhir, Fahma menemukan kebanyakan penderita kanker mencari aman dengan makan masakan serba direbus. "Satu-dua kali mungkin tahan, tapi kalau sebulan lebih lama-lama mereka malah malas makan," ujarnya.
Fahma berkali-kali ditemui penderita kanker yang kebingungan memilih makanan. Saran dari kerabat dan keluarga soal yang boleh dan tidak boleh dimakan malah makin bikin pusing tujuh keliling. Ujung-ujungnya, mereka meminta dibuatkan daftar menu makanan.
Fahma berkeliling ke berbagai restoran, tapi yang tersedia menu buat penderita hipertensi dan diabetes, sedangkan bagi penderita kanker nihil. Ketika mencari di toko buku pun lebih banyak menu ala Barat, yang belum tentu pas di lidah orang Asia.
Ahli gizi asal Bandung ini menjelaskan makanan berperan penting bagi tubuh yang berperang melawan kanker, terutama saat perawatan. Pasien harus menjaga bobot badan dan energi agar kuat menjalani perawatan yang menguras tenaga, seperti kemoterapi dan radioterapi. Makanan sehat juga berguna untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Salah satu caranya adalah menjaga asupan protein, yang bisa membantu regenerasi sel darah merah dan darah putih. Masalahnya, rata-rata penderita kanker kekurangan protein karena kurang makan daging. "Ada persepsi makanan yang sehat itu sayur, sehingga mereka antidaging," ujarnya.
Memang ada jenis daging yang harus dihindari pengidap kanker, seperti daging kalengan atau daging mentah yang mengandung karsinogen, zat pemicu kanker. Tapi itu bukan berarti mereka hanya menyantap sayur dan makanan rebus tanpa rasa.
Masalahnya, mencari makanan yang bisa membangkitkan selera pasien kanker bukan perkara gampang. Selera makan mereka sering terganggu akibat penyakit dan pengobatan yang dijalani.
Menurut dokter spesialis kanker Khoo Kei Siong, teknologi perawatan kanker memang sudah canggih dengan adanya pengobatan terarah pada sel kanker (targeted therapy). "Itu bisa mengurangi efek samping," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Gleneagles Singapura ini.
Tapi ia mengakui efek yang tak diinginkan tetap bisa muncul. Salah satunya gangguan terhadap sistem pencernaan. Pengobatan kanker, baik dengan obat, operasi, kemoterapi, maupun radioterapi, memang bisa membuat pasien mual, mulut kering, radang mulut, diare, konstipasi, dan dehidrasi.
Tak jarang terjadi juga perubahan rasa pada lidah, yang disebabkan oleh gangguan pada sel-sel di daerah mulut yang memang sangat sensitif terhadap dampak kemoterapi. "Perubahan rasa ini bisa sangat mengganggu pasien," kata Fahma. "Mereka bisa mendadak tidak lagi doyan makanan yang biasanya sangat disukai."
"Sehabis kemoterapi, mualnya bukan main. Mencium nasi saja mau muntah," kata Widiarti Rahayu, 46 tahun, mantan penderita kanker serviks. Tiga tahun lalu, Widi, begitu guru ini biasa disapa, menjalani terapi penyinaran dan kemo. Mual dan diare menyergap di akhir sesi pengobatan yang lebih dari 30 kali itu.
Ia memang terbantu oleh obat antimual yang diresepkan. Tapi lidahnya menagih makanan-makanan segar, sedangkan ia keburu takut bakal makin memperburuk kondisi badan yang lemas luar biasa selepas radioterapi. Widi akhirnya memilih makanan rebus, yang dianggapnya aman buat usus yang ikut terpapar radiasi saat pengobatan kanker leher rahimnya.
Sampai sekarang ia masih teringat deritanya harus menahan liur kala makan bersama. Ia cuma menelan makanan hambar, sementara keluarganya menandaskan piring-piring berisi hidangan gurih dan pedas. "Kadang saya ingin sekali makan nasi padang," ujarnya.
Menurut Fahma, makan bersama memang bisa jadi beban buat pasien kanker. Selera makan mereka merosot drastis ketika membandingkan "menu spesial"-nya dengan hidangan lain di meja makan.
Fahma berpendapat makanan pasien kanker bisa beragam, bahkan lengkap dengan hidangan pencuci mulut. Buat yang kehilangan selera makan, menunya bisa diakali dengan memakai berbagai rempah yang punya rasa dan wewangian kuat, seperti daun mint, basil, atau kunyit. Makanan ini sebaiknya dihidangkan panas saat wanginya naik bersama uap air. Tak ada salahnya juga membubuhkan garam selama tak ada masalah dengan tekanan darah tinggi.
Sedangkan mereka yang mual bisa diberi makanan kering, seperti biskuit dan roti. Triknya, hindari makanan berminyak, berkrim, atau baunya kuat, yang bisa menambah mual. Kalaupun ingin menyajikan masakan rebus, Fahma menyarankan merebus daging dalam waktu lama sehingga didapat kaldu yang lebih punya rasa kuat pada lidah.
Menumis dengan sedikit minyak zaitun atau menggoreng di wajan antilengket tanpa minyak pun bisa jadi alternatif. Agar ada efek digoreng, ikan bisa "digoreng" di wajan tanpa minyak, lalu diteruskan dengan memanggangnya di oven. Dengan cara ini, bagian luarnya terasa garing dan ikan matang hingga ke dalam.
Meski bebas berkreasi, Fahma mengingatkan, pasien kanker dilarang makan daging mentah serta masakan yang digoreng, dibakar, atau dipanggang di atas bara. "Intinya, makanan pasien kanker tidak harus serba rebus dan tanpa rasa," kata lulusan University of Otago, Selandia Baru, ini. "Penderita kanker juga boleh menikmati makanan yang kaya rasa dan warna."
Oktamandjaya Wiguna (Singapura)
Hindari yang Berpengawet
Berikut ini daftar bahan makanan yang sebaiknya dihindari penderita kanker karena mengandung karsinogen.
- Makanan yang diawetkan, seperti daging kalengan dan kornet.
- Daging bakar atau dipanggang di atas arang, seperti sate.
- Daging mentah atau diproses setengah matang.
- Daging atau ikan yang diasap.
- Daging olahan, seperti sosis atau burger.
- Daging yang diasinkan, termasuk ikan asin.
- Kerang karena dagingnya mengandung residu polutan di air laut.
- Makanan yang digoreng.
Jenis perawatan kanker, efek samping, dan cara mengatasi
Kemoterapi
Perubahan rasa
Anoreksia
Radioterapi
Imunoterapi
Bone Marrow dan transplantasi sel punca
Mual dan muntah
Diare
Konstipasi
Oktamandjaya Wiguna, Sumber: buku Awakening The Appetite (Vivian Pei & Fahma Sunarja)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo