Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Desainer Wignyo Rahadi kembali merancang koleksi menggunakan tenun Pringgasela. Sebelumnya, koleksi dari bahan yang sama, motif Sundawa Tenun Pringgasela Nusa Tenggara Barat (NTB) ditampilkan dalam Indonesia Creative Week 2017 pada bulan November.
Delapan koleksi terbaru Wignyo Rahadi ini ditampilkan dalam fashion show yang menjadi bagian dari rangkaian acara pameran "Pesona Busana dan Aksesoris Nusantara 2018" yang digelar di Gedung Kementrian Perindustrian, Jakarta, pada 13 - 16 Maret 2018. Koleksi ready to wear yang bertajuk In-Lines akan ditampilkan dalam Indonesia Kain Party di Tokyo Jepang, April mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
(Dok. PR)
Wignyo Rahadi berharap kain tenun Pringgasela bisa lebih cepat dikenal publik, baik dalam dan luar negeri. "Saya melihatnya seperti itu. Kain yang bagus, kalau dibawanya di dalam negeri saja, itu akan dipandang sebelah mata," ujar Wignyo Rahadi dalam sesi wawancara media, Rabu 14 Maret 2018. "Tapi begitu dibawa ke luar, dan orang luar merespons, barulah di sini akan sama merespons," simpulnya.
Lebih lanjut Wignyo Rahadi menjelaskan, hal ini dilakukan sebagai bagian dari kepentingan branding yang lebih cepat, mengingat tenun Pringgasela saat ini memang masih sangat minim dikenal publik.
Agar respons yang diterima positif, Wignyo Rahadi mendekatkan rancangan koleksinya kepada selera publik Jepang. Koleksinya beberapa hadir dalam bentuk menyerupai kimono atau dengan aksen obi (sabuk pinggang khas busana Jepang). Selain itu, Wignyo Rahadi sebelumnya pun telah melakukan riset kecil - kecilan, bahwa kain dengan warna tanah dan pewarnaan alam khas tenun Pringgasela juga digemari pasar Jepang.
Baca juga: Kain Tenun Endek, Si Cantik dari Bali

"Kain tenun ini, dari segi warna, bisa diterima tidak sih di negara itu? Ini yang harus dipahami dulu. Kebetulan saya ada beberapa kawan pecinta kain di Tokyo, kami selalu diskusi, dan setelah show pertama, mereka merespons baik (tenun Pringgasela). Jadi saya memang membuat motif, desain, yang disesuaikan dengan market sana," ujar Wignyo Rahadi yang sebelumnya sudah beberapa kali fashion show di Jepang.
Tenun Pringgasela sendiri dibuat dengan menggunakan alat tenun tradisional gedogan serta pewarnaan alam dari tumbuhan seperti akar, batang kayu, dan daun. Sedangkan nama Pringgasela merupakan nama sebuah desa di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang merupakan sebuah sentra tenun ikat.