Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontroversi seputar hubungan mengkonsumsi telur-mengandung kolesterol tinggi-dengan risiko terkena stroke belum juga menemukan titik terang. Beberapa studi menyebut terdapat hubungan positif di antara keduanya. Namun penelitian lain justru menyatakan mengkonsumsi telur dapat menurunkan risiko stroke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontradiksi itu dicoba kembali dijawab dalam studi terbaru oleh para ilmuwan di University of Eastern Finland. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa asupan kolesterol makanan yang cukup tinggi atau sama dengan mengkonsumsi satu butir telur per hari tak ada kaitannya dengan peningkatan risiko terkena stroke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, mereka menyatakan tak ditemukan dampak signifikan terhadap orang pembawa gen fenotipe 4 apolipoprotein E (APOE4), yang sangat peka terhadap efek kolesterol. Gen APOE4 biasa dijumpai pada penduduk Finlandia. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, pekan lalu.
Bagi kebanyakan orang, kolesterol makanan tak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kadar kolesterol serum mereka. Namun, bagi pembawa gen APOE4-yang mempengaruhi metabolisme kolesterol-efek kolesterol makanan pada kadar kolesterol serum dapat berakibat cukup fatal.
Itu sebabnya selama ini pembawa gen APOE4 disarankan mengkonsumsi makanan rendah kolesterol untuk menjaga kesehatan. Bahkan mereka dianjurkan untuk tidak memakan kuning telur. Hanya, selama ini belum ada kepastian apakah cara tersebut diperlukan dan bermanfaat untuk menekan kadar kolesterol.
Di Finlandia, prevalensi pembawa gen APOE4, yang merupakan varian herediter, sangat tinggi. Sekitar sepertiga populasi Finlandia adalah pembawa gen tersebut. Namun data tentang hubungan asupan tinggi kolesterol makanan dengan risiko stroke pada kelompok populasi ini belum tersedia.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan data diet 1.950 sukarelawan pria berusia 42 hingga 60 tahun yang tak memiliki riwayat penyakit jantung. Data digunakan sebagai awal Studi Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik Kuopio, KIHD, yang dilakukan pada 1984-1989, di University of Eastern Finland.
Sebanyak 1.015 partisipan memiliki data fenotipe APOE, yang 32 persen di antaranya diketahui sebagai pembawa APOE4. Selama 21 tahun pengamatan, 217 relawan terkena stroke. Namun studi ini menemukan bahwa baik kolesterol makanan maupun konsumsi telur bukan penyebab stroke, bahkan untuk pembawa gen APOE4.
Temuan menunjukkan asupan kolesterol sedang atau konsumsi telur sebutir per hari tidak berkaitan dengan risiko stroke. Bahkan risiko itu juga rendah pada orang yang secara genetik cenderung memiliki efek kolesterol makanan yang lebih besar terhadap kadar kolesterol serum.
Kontrol makanan dalam penelitian cukup ketat. Para sukarelawan memiliki asupan kolesterol harian rata-rata 520 miligram dan mereka mengkonsumsi rata-rata satu butir telur per hari. Hanya, kelemahan penelitian ini adalah dampak di luar batasan tersebut tak dapat ditentukan, misalnya bagaimana bila asupan kolesterol makanan lebih dari 520 mg.
Dalam penelitian ini, sekitar seperempat dari total kolesterol makanan yang dikonsumsi berasal dari telur, yang mengandung 200 mg kolesterol. Selain itu, generalisasi penelitian ini dipatahkan oleh fakta bahwa populasi penelitian tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan ukuran populasi penelitian relatif kecil.
Karena itu, temuan penelitian ini harus diverifikasi dalam kelompok yang lebih besar serta pada orang dengan riwayat penyakit kardiovaskular yang sudah ada. Sebab, mereka yang pernah terkena serangan jantung hingga saat ini disarankan untuk membatasi konsumsi telur dan asupan kolesterol.
SCIENCEDAILY | UNIVERSITY OF EASTERN FINLAND | FIRMAN ATMAKUSUMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo