Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Konsultasi Pasien Udara

Beberapa radio swasta mengadakan siaran ruang kesehatan, mengundang para dokter untuk memberi jawaban/penjelasan masalah kesehatan kepada para pendengar. al. di radio cakrawala, radio pelita, & nusantara jaya.(ksh)

5 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah sudut ruangan berukuran 1 x 2,5 meter, seorang dokter menjawab berbagai pertanyaan pasiennya. Dengan suara yang dilambatkan, agar uraian bisa sepenuhnya dimengerti, dokter itu dengan sabar menjelaskan berbagai ihwal keluhan yang diutarakan padanya. Namun, tak ada seorang pun pasien di depan mejanya. Dokter tua itu, farmakolog terkemuka Prof. Dr. Iwan Darmansjah, memang tak sedang buka praktek. Di sudut ruang studio itu, ia bertindak sebagai pembicara siaran kesehatan Radio Cakrawala, sebuah radio swasta di Jakarta, Rabu pekan lalu. Di kepalanya melingkar headphone dengan sebuah microphone di depannya. Siaran konsultasi kesehatan itu, yang diselenggarakan setiap hari Rabu pukul 10.00-11.00, merupakan salah satu acara baru. Mulai mengudara sejak 23 September lalu, siaran itu menjadi terasa istimewa karena farmakolog terkenal tampil sebagai pembicara tetapnya. Mata acara itu sebenarnya ditumpangkan pada ruang Pesona Wanita, acara yang sudah lama ada, yang umumnya disiarkan pagi dan siang hari. Mengapa dipilih ruang wanita? "Umumnya kaum wanita pendengar setia kami," ujar Firdaus Buchori, kepala Bagian Siaran Radio Cakrawala. Berdasarkan riset, menurut Firdaus, 75% pendengar radio adalah wanita. Di samping itu, biasanya wanita bertanggung jawab atas kesehatan keluarga. Lalu bagaimana tanggapan pendengar pada acara kesehatan itu? Menurut Lanny, pengasuh ruang Pesona Wanita di radio itu setiap minggu terdaftar sekitar 10 kasus, 70% masuk lewat telepon dan 30% masuk lewat surat. Karena itu, tak heran bila selama siaran berlangsung, telepon tak henti-hentinya berdering dari pendengar yang minta beberapa bagian pembicaraan dalam siaran dijelaskan lebih terinci. Dalam keadaan serupa ini, konsultasi dengan komunikasi langsung pun terjadi. Menurut Firdaus Buchori, siaran kesehatan di radionya sudah berlangsung sejak Januari lalu. Tapi masih berupa ceramah-ceramah kesehatan. Acara ceramah itu sendiri disusun oleh Yayasan Lembaga Konsumen (YLK). Berbagai topik dikemukakan, dan beberapa dokter terkenal diundang sebagai pembicara. Di antaranya tokoh IDI dr. Kartono Mohamad, yang dalam ceramahnya membahas soal vitamin. Dalam masa enam bulan, minat terhadap ceramah itu berkembang, dan belakangan, menurut Firdaus, pertanyaan pun berkembang ke arah konsultasi - sekitar 50 surat masuk sebulan. Karena itu, pada akhirnya diputuskan untuk membuka siaran konsultasi langsung. Tapi siaran kesehatan bukan cuma ada di Cakrawala. Beberapa radio swasta lain juga membuka acara yang sama. Misalnya Radio Pelita, yang ruang kesehatannya diasuh para mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, dan Radio Nusantara Jaya. Radio Nusantara, misalnya, memulai acara itu sejak Februari lalu. Siaran diasuh oleh sejumlah dokter muda dariberbagai bidang spesialisasi. Juga diselenggarakan pagi hari dan pada ruang wanita. Pilihan waktu ini tentu saja beralasan. "Kan habis pulang belanja, kaum ibu biasanya iseng-iseng mendengarkan siaran," ujar Johan, kepala Bagian Siaran Radio Nusantara. Lalu apa saja yang ditanyakan ibu-ibu itu? Menurut Johan, dari 15 kasus yang masuk tiap minggu melalui surat dan telepon, masalah yang ditanyakan masih soal-soal biasa. Masalah keluarga berencana, penyakit anak-anak, seperti amandel, sakit gigi, panas tinggi, bahkan kebiasaan mengompol. Berdasarkan observasinya, Johan berpendapat, siaran kesehatan di radio bisa menguntungkan masyarakat karena konsultasi ini gratis. Selain memang ada pasien yang tak mampu membayar dokter, beberapa pendengar memberi alasan malas ke dokter. Malah ada juga yang takut ke dokter. "Karena itu, banyak yang kemudian memilih konsultasi lewat radio," ujar Johan. Konsultasi semacam ini biasanya kemudian berkembang dengan kunjungan pasien ke studio. Beberapa pasien datang untuk konsultasi lebih lanjut. Karena itu, di Radio Nusantara Jaya misalnya, terdapat semacam klinik tempat para dokter melakukan pemeriksaan lebih jauh. Tapi pemeriksaan gratis ini sangat dibatasi - agar tidak melampaui batas-batas ketentuan praktek dokter dan pembukaan klinik. Bila terdapat kasus berat, para pendengar disarankan pergi ke dokter atau ke rumah sakit. Melalui saran semacam ini pula Radio Nusantara, menurut Nurhayati Sriyono, penanggung jawabnya, pernah membantu dua pendengar tak mampu menjalani operasi - melalui solidaritas pendengar lain. Yang seorang menjalani operasi kanker dan yang lain menjalani operasi mata. Betapapun lengkapnya jawaban, diagnosa penyakit termasuk yang dihindari para dokter radio itu. Pada siaran Rabu pekan lalu itu, misalnya, Prof. Iwan menyarankan seorang penanya pergi ke dokter keluarga, memeriksakan keluhan benjolan pada payudaranya. Namun, untuk hal-hal yang umum, Iwan menjawab pertanyaan wanita itu, umpamanya perihal payudara yang mengeras pada masa haid. "Itu wajar dan dialami setiap wanita," katanya. Dalam kesempatan lain, menjawab pertanyaan pendengar, Iwan juga memberi berbagai penjelasan populer. Antara lain masalah minyak tanah sebagai obat Iwan - yang terkejut mendapat pertanyaan itu - menegaskan, sampai kini, minyak tanah tidak termasuk zat yang dipakai dalam ilmu pengobatan. Baik sebagai zat pendukung apalagi langsung. Dengan keras farmakolog terkemuka itu menyarankan agar tidak menggunakan minyak tanah sebagai obat, sambil mengutarakan bahwa zat itu bisa menimbulkan kematian bila masuk ke paru-paru. Di tengah simpangsiurnya informasi kesehatan, yang antara lain muncul dari iklan obat yang serampangan dan isu seperti pada kasus minyak tanah itu, para dokter memang membutuhkan alat publikasi untuk meluruskan pendapat. Salah satunya, mungkin, siaran radio itu. Jim Supangat Laporan Yusroni Henridewanto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus