Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kuliner Betawi kini harus bersaing dengan hidangan mancanegara semisal bobba, ramen, dan tteokbokki, yang kian diminati seiring kian populernya budaya mancanegara di Indonesia.
Hal tersebut dikatakan oleh Founder Akademi Kuliner Betawi (AKB) Fadjriah Nurdiarsih dalam Live Instragram "Kupas Tuntas Kuliner Betawi", Minggu 28 Juni 2020. Padahal, jika ditelusuri Betawi punya banyak kuliner khas yang otentik, mulai dari kue atau jajan pasar, hidangan utama hingga minuman.
"Betawi punya soto Betawi biasanya ada yang pakai susu atau santan atau ada yang percampuran keduanya. Nah kalau yang kuahnya merah pengaruh dicampur sambal, tetapi biasanya disajikan dengan kuah putih yang creamy karena campuran susu full cream biasanya," ucapnya.
Selain soto, sayur yang selama ini dikenal sebagai pelengkap lontong atau ketupat bernama sayur babanci juga menjadi salah satu hidangan utama khas Betawi. Sayur babanci atau ketupat babanci bukanlah sayur, bahkan tidak ada sayurnya sama sekali, "Katanya nama babanci diambil dari “perilaku” sayur ini yang tidak jelas alias banci; gulai tidak, kare tidak, soto juga tidak," selorohnya.
Baca: Lebaran Betawi, Saatnya Berburu Kuliner Silang Budaya
Lalu ada gado-gado sebagai hidangan asli tanah Betawi. Tidak ada yang tahu persis asal muasal sajian unik ini. Tapi, bila ingin menikmati gado-gado yang lezat, ada di Melawai dan di Cikini.
Kemudian ada kudapan bernama kue kembang goyang yakni jajanan lawas yang hingga saat ini masih digemari masyarakat. Nama ‘kembang goyang’ berasal dari bentuknya yang menyerupai kelopak kembang dan proses membuatnya digoyang-goyang, sampai adonan terlepas dari cetakan.
Kembang goyang terbuat dari bahan dasar tepung beras atau tepung ketan. Seiring perkembangan, kue ini pun mengalami penambahan varian rasa yang membuat penampilan kembang goyang terlihat begitu menarik.
Untuk kategori minuman, Betawi punya bir pletok. Walaupun mengandung kata bir, bir pletok tidak mengandung alkohol. Minuman ini berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah. Warga Betawi banyak mengkonsumsinya pada malam hari sebagai penghangat. Minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi.
Bir pletok terbuat dari campuran beberapa rempah atau dikenal empon-empon seperti jahe, serai, daun pandan wangi. Agar warnanya lebih menarik, biasanya menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas. Sempat ada yang bilang karen buatnya di wadah dan dicampur maka menimbulkan bunyi pletok-pletok," ujar Fadjriah.
Lantas mengapa makanan betawi tidak populer di generasi anak muda? "Karena yang kita tahu generasi sekarang sukanya yang lucu-lucu packing-nya. Misalnya suatu produk dikemas kekinian dengan kata-kata menarik dan sedang hits. Tren seperti itu lebih bisa diterima di kalangan anak muda," ucapnya.
"Sebenarnya makanan betawi juga bisa dikemas lebih menarik, misal dodol betawi aneka rasa dengan bentuk yang lebih kecil. Ada kreasi baru yang akhirnya ditambahkan pada makanan itu sehingga menyentuh kalangan yang lebih muda dan keperluan pemasaran," tambahnya.
Seporsi gado-gado dari Sate Khas Senayan di Palza FX Sudirman. TEMPO/Bram Setiawan
Sejauh ini masih belum banyak yang bisa dikemas, misal kerak telor yang disajikan hangat tapi dikreasikan lebih modern. Atau menyajikan bir pletok dengan botol kemasan kopi kekinian dengan ekstrak rasa cappucino dan strawberry float.
"Dalam hal pengemasan kita bisa terinspirasi dari masuknya minuman boba dan ramen yang bisa mengambil hati orang Indonesia. Perlu ada strategi pemasaran dengan platform tertentu yang dikelola anak muda," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini