Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hidup Rosidi Roslan, 43 tahun, kini terasa lebih "enteng" dan menyenangkan. Koleganya sekantor menyebut wajahnya semakin cerah dan terlihat lebih muda. Keluarganya menilai Rosidi tampak kian bugar. Pujian dipanen pria asal Padang itu setelah bobot tubuhnya terpangkas lebih dari 15 kilogram dalam empat bulan terakhir. Dengan berat badan 79,9 kilogram dan tinggi 168 sentimeter, tubuh Rosidi memang terlihat lebih proporsional.
Sebagian timbunan lemak minggat dari tubuh setelah pegawai negeri sipil yang tinggal di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, ini melakoni diet REST, singkatan dari Rendah Energi Seimbang Teratur. Diet itu baru diperkenalkan ahli gizi Rita Ramayulis lewat buku berjudul Slim is Easy, yang meluncur ke pasar pada Maret lalu.
Dengan diet REST, Rosidi dan siapa pun yang menjalaninya tak perlu mati-matian "menyiksa diri". Inilah yang membedakan REST dengan diet lain. Frekuensi makannya tetap tiga kali sehari. Ia pun masih tetap bisa menyantap makanan favoritnya, mi instan, hampir saban hari. Padahal, saat menjalani jenis diet lain sebelum ini, Rosidi pantang tergoda menyantap penganan berbahan terigu. "Asyik banget bisa makan apa saja tapi berat badan turun," katanya Kamis pekan lalu.
Konsep diet REST dibikin Rita karena prihatin melihat banyak kliennya yang mengeluh tersiksa setelah melakoni sejumlah program penurunan berat badan populer seperti Obsessive Corbuzier’s Diet (OCD), vegetarian, diet golongan darah, dan food combining. Tak cuma berat, aneka diet itu juga berefek negatif pada tubuh. Misalnya menurunnya daya tahan, defisiensi vitamin, dan gangguan metabolisme. Penggerusan asupan makanan secara tiba-tiba membuat sistem dalam tubuh berantakan.
Ide utama dari diet ini sederhana: harus ampuh menurunkan berat badan tapi pada saat yang sama bisa berkompromi dengan kebiasaan makan seseorang. "Yang berbahaya dari beberapa diet yang ada selama ini adalah beragam pantangannya. Karena banyak dilarang ini-itu, orang cenderung bosan dan akhirnya meninggalkan diet itu dan beratnya kembali naik. Karena itu, diet REST tidak menganjurkan pelakunya terlalu ketat membatasi makanan," ujarnya dia saat ditemui dua pekan lalu di Kebayoran, Jakarta Selatan.
Idealnya, kata ahli gizi Universitas Pembangunan Nasional, Firlia Ayu Arini, diet memang tidak boleh terlalu ketat. "Risiko" dari diet yang tak terlalu ketat ini adalah penurunÂan berat badan tidak terlalu drastis. Seperti halnya diet REST, yang tidak menjanjikan bobot tubuh menurun ekstrem, sebesar 0,5-1 kilogram sepekan. "Enggak jadi masalah berat badan turun sedikit-sedikit. Diet yang menawarkan penurunan berat badan drastis biasanya punya banyak dampak samping," katanya pekan lalu.
Dokter spesialis gizi Inge Permadhi sependapat dengan Firlia. Menurut dia pekan lalu, diet gizi seimbang seperti diajarkan Rita memang lebih baik bagi tubuh dibanding diet populer lain. Sebab, diet tersebut tidak kejam memberlakukan larangan yang keras. Diet ekstrem disebut Inge berbahaya karena yang terbakar dalam metabolisme bukan hanya lemak, melainkan juga cadangan glikogen dan karbohidrat. Efeknya malah massa otot yang mengecil.
Melangsingkan diri dengan bahagia adalah tujuan Rita mengenalkan diet REST. Karena itu, pasien tak perlu berpuasa dalam waktu tertentu atau menghinÂdari makanan favorit secara radikal. Dua hal itu bisa dihindari karena prinsip diet REST adalah mengasup makanan dengan DER atau densitas energi rendah, yakni makanan yang massanya berat tapi mengandung kalori rendah.
Diet ini sebenarnya "mengakali" sistem penimbunan lemak dalam tubuh. Ketika tubuh mengkonsumsi kalori dan itu tidak terpakai sebagai energi, kalori itu akan tersimpan sebagai lemak. Maka, agar kurus, orang bisa melakukan dua hal: membakar lemak dengan olahraga atau mengurangi asupan makanan lewat diet. Tapi mengurangi asupan makanan berisiko membuat perut keroncongan. Untuk mengakali hal ini, kita bisa makan makanan yang bermassa berat tapi tidak mengandung banyak kalori.
Nasi adalah makanan yang mengandung densitas energi tinggi. Dalam 100 gram nasi putih terdapat 170 kalori. Agar menu dalam piring berdensitas rendah, kita perlu mengurangi nasi hingga separuhnya dan menggantinya dengan sayuran yang berdensitas rendah. Dalam 50 gram sayur, terdapat 10 kalori saja. Dengan demikian, dalam satu piring itu hanya ada 95 kalori. "Jadi sama-sama membuat kenyang tapi kalorinya tidak tinggi. Maka, tanpa sadar, bobot tubuh akan berkurang," kata Rita.
Prinsip DER diterapkan Rosidi saat menyantap mi instan favoritnya. Sementara biasanya Rosidi menghabiskan dua mangkuk mi instan, dengan prinsip DER kini ia hanya memesan satu mangkuk tapi porsi sawi dalam menunya ditambah. Rosidi lalu menutup makannya dengan jus apel tanpa gula, agar jumlah energinya sama dengan dua mangkuk mi instan.
Bila pelaku diet itu suatu ketika "kecolongan" alias kurang disiplin, Rita menganggapnya bukan persoalan besar. Syaratnya, pasien mau menebus kekhilafannya esok hari, misalnya dengan memperbanyak olah fisik. Maka pasien tetap nyaman dan tidak merasa dihukum.
Lalu apa bedanya REST dengan diet food combining? Sementara diet food combining melarang makan setelah pukul 20.00, tidak demikian dengan REST. Makan malam bukan masalah bagi pelaku diet REST asalkan prinsip DER tidak ditinggalkan. Soalnya, dalam diet REST, proses eliminasi bahan makanan bisa berlangsung kapan pun. Semakin banyak serat yang diasup, proses eliminasi pun berlangsung semakin sering. Sedangkan dalam diet food combining, proses eliminasi terjadi setelah pukul 20.00.
Diet REST juga meminta pelakunya menerapkan frekuensi makan yang teratur. Dengan jam makan pasti, pencernaan tubuh pun membaik. Kerja organ pencernaan juga lebih efisien karena enzim sudah mengenal jam makan.
Prinsip diet REST lain adalah mengkonsumsi air mineral sesuai dengan bobot tubuh. Dalam prinsip umum, orang diminta minum 2 liter air per hari. Dalam diet REST, kita dianjurkan mengkonsumsi 50 cc air per 1 kilogram berat badan. Jadi mereka yang beratnya 60 kilogram diharuskan minum 3 liter air per hari. Waktu minum yang dianjurkan dosen Politeknik Kesehatan Jakarta ini adalah sebelum, selagi, dan setelah makan. Kebiasaan itu dipercaya membuat lambung merasa kenyang sesaat sehingga emoh menimbun banyak makanan. Alternatif selain air mineral adalah kuah sayur dan jus tanpa gula.
Pola diet bikinan Rita dikatakan Rosidi tak membuatnya tersiksa dibanding diet lain. Ia, misalnya, pernah rutin menjalani puasa Daud (sehari puasa sehari tidak) tapi berat badannya langsung melonjak begitu tak disiplin. Diet vegetarian juga pernah dijajal, tapi tak bertahan lama. Pasalnya, begitu tergoda mengkonsumsi bahan pangan hewani, berat badannya naik lagi. Adapun diet OCD, yang pernah menurunkan berat badannya 6 kilogram selama sebulan, dianggap Rosidi membosankan karena melarang dia makan pada jam-jam tertentu.
Agar diet tidak membosankan, Rita juga mengimbau pelaku diet REST menambah aktivitas fisik yang sederhana. Atau, istilah Rita, mengenyahkan gaya hidup bermalas-malasan. Misalnya dengan memperbanyak jalan kaki dan bergerak, mengurangi duduk, memilih naik tangga alih-alih eskalator, ataupun melakukan peregangan di tengah kerja. Jika tubuh sudah segar, secara alamiah seseorang akan ogah menyantap makanan berlemak, yang bisa mengganggu kebugarannya.
Dokter spesialis bidang olahraga Michael Triangto menekankan pentingnya olah fisik sebagai penopang diet pasien. Menurut Michael, dengan memasukkan olahraga ke program penurunan berat badan, diet tak bakal terlalu menyiksa. Target mengurangi 500 kalori per hari, misalnya, bisa diakali tak hanya dengan mengurangi makanan sejumlah itu, tapi bisa juga dengan melakukan latihan yang membakar 300 kalori, selain mengurangi asupan 200 kalori makanan.
Memanfaatkan olahraga sebagai alternatif menurunkan berat badan juga dianggap Michael bisa mencegah seseorang dari kejenuhan berdiet. Sebab, jika itu yang terjadi, berat badan malah mudah kembali naik bahkan bertambah lebih dari sebelumnya. "Enggak perlu berlebihan mengurangi makan selama rutin melakukan latihan. Ubah pola pikir dan pintar-pintar saja mencari alternatif pembakaran kalori," kata Michael.
Isma Savitri
Diet REST
Diet REST singkatan dari Rendah Energi Seimbang Teratur. Prinsip diet REST adalah mengasup makanan dengan DER atau densitas energi rendah, yakni makanan yang massanya berat tapi mengandung kalori rendah.
100 gram nasi putih 170 kalori
Nasi mengandung densitas energi tinggi. Agar menu dalam piring berdensitas rendah, kita perlu mengurangi nasi hingga separuhnya dan menggantinya dengan sayuran.
Dalam diet REST, kita dianjurkan mengkonsumsi 50 cc air per 1 kilogram berat badan.
Menu diet rest
60 kilogram = 3 liter air minum
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo