MEMAKAI stagen belum tentu membuat langsing. Malahan berbahaya.
"Sebab akan mudah terserang hernia femoralis," kata Ahmad Watik
Pratiknya, 35 tahun, dalam disertasinya akhir Mei. Ahli anatomi
yang kemudian menekuni bidang Ilmu Bedah pada FK-UGM ini
berkesimpulan: "memakai stagen berarti mengurangi fungsi otot
perut (hipofungsi) sehingga otot mengecil dan melemah (atrofi
otot)." Akibatnya hernia femoralis pun akan mencuat dari pangkal
paha.
Ia mendasarkan pendapatnya ini setelah melakukan penelitian
terhadap para penderita hernia alias burut jenis ini selama 3
tahun (1979-1981). Sasarannya adalah sejumlah penderita di
desa-desa di Bali dan Yogyakarta. Para penderita diketahui
adalah wanita-wanita yang hampir tak pernah lupa memakai stagen,
baik untuk melangsingkan tubuh maupun hanya karena kebiasaan
saja.
Pernah turut dalam pasca sarjana di Universitas Mahidol, Bangkok
(Muangthai) untuk memperdalam Ilmu Saraf Dasar, Pratiknya telah
menganalisa data klinis hampir 3.000 penderita hernia di 4 rumah
sakit (RS UGM, RS Panti Rapih, RS PKU Muhammadiyah dan RS
Bethesda) di Yogya dan RSUP Denpasar Bali. Ia juga meneliti
langsung hampir 350 penderita hernia femoralis (burut pada paha
ke bawah lipat paha).
Selain itu, Pratiknya juga memeriksa 54 mayat dan 100 pasang
tulang panggul (os coxae) wanita pemakai stagen. Ia tertarik
meneliti bidang ini karena penderita hernia femoralis tinggi
sekali di Indonesia. "Meski di luar negeri banyak wanita yang
menderita penyakit ini," kata Pratiknya' "dari segi frekuensi,
jumlah di Indonesia lebih tinggi." Di luar negeri, penderita
hernia inguinale (burut pada paha ke atas lipat paha) lebih
tinggi ketimbang hernia femoralis. Di Indonesia, sebaliknya.
Otot di perut, mempunyai dua fungsi yang pokok. Pertama, untuk
menggerakkan tubuh seperti membungkuk, berdiri, miring, dan
sebagainya. "Dengan memakai stagen," katanya, berarti mengurangi
fungsi otot perut." Fungsi kedua, untuk menopang isi perut.
Karena ada stagen, fungsinya juga diambil alih. otot perut yang
nganggur ini kemudian mengganggu hubungan struktural antara otot
dinding perut (musculoligamentosa obliquus externus abdominis)
dan ligamentum inguinale (jaringan liat berwarna putih yang
menghubungkan tulang yang satu dengan yang lain dan antara
tulang dengan otot). Dari pemeriksaan terhadap 54 mayat dan 100
pasang tulang panggul membuktikan bahwa kalau satu sendi
hubungan struktural lemah, juga akan melemahkan yang lain.
Dengan melemahnya ligamentum, lubang (pintu) hernia pun mudah
menjadi lebar. "Ini juga memudahkan usus atau alat dalam lain
keluar dari rongga perut," kata Pratiknya. Dan terjadilah
hernia. Selama tidak timbul komplikasi, penyakit hernia tidak
begitu mengganggu -- sebab cuma berupa benjolan. "Tapi kalau
benjolan itu berisi usus yang nyelonong dari tempatnya semula,
"ini yang berbahaya." Usus yang tidak bisa masuk lagi dan kalau
terjepit usus bisa bocor yang berakibat fatal. Untuk jenis
hernia femoralis kemungkinan terjepitnya usus lebih besar
dlbandingkan dengan hernia ingulnale -- antara 7 sampai 18 kali
lebih bcrbahaya.
Penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa kasus reponibel
(usus bisa keluar masuk) mencapai angka tertinggi. Menyusul
kasus irreponibel (usus keluar dan tidak bisa masuk kembali).
Yang paling sedikit adalah kasus incarceratio (usus terjepit).
Penelitian Pratiknya menghasilkan sebaliknya. Bukan saja 80%
penderita yang datang ke RS sudah dalam keadaan komplikasi,
tapi dari jumlah itu 68,8% telah dalam keadaan incarceratio.
Baru menyusul yang irreponibel (22,8%) dan reponibilis (8,4%).
Biasanya tahap komplikasi manapun harus disembuhkan dengan
operasi.
"Anggapan bahwa dengan memakai stagen, seseorang bisa langsing,
adalah keliru," ungkap Ahmad Watik Pratiknya. Memang bisa
menampilkan bentuk tubuh yang lebih baik. Tapi kelangsingan
hanya pada saat stagen dipakai, "begitu dibuka, perut menjadi
besar karena otot perut menjadi lemah." Lagi pula, stagen di
Indonesia tidak elastis seperti stagen "Barat" yang biasa
disebut korset.
Doktor kelahiran Banjarnegara (Jawa Tengah) ini kemudian
menandaskan: "Tapi saya tidak cenderung melarang wanita memakai
stagen." Dia kemudian menganjurkan cara-cara mengamankan perut
yang dililit stagen. Yaitu dengan aktivitas fisik, dengan
melatih otot perut, antara lain senam. Tindakan lain ialah
segera pergi ke dokter begitu timbul benjolan di pangkal paha.
Memang stagen bukan satu-satunya penyebab hernia femorallis.
Pratiknya menyebut beberapa faktor yang cukup dominan lainnya.
Antara lain faktor usia, tingginya angka kehamilan dan aktivitas
fisik yang kurang. Tiga faktor itu, meskipun si ibu tidak
memakai stagen, secara alami bisa melemahkan otot perut.
Disertasi Pratiknya yang berjudul "Peran struktur
musculoligamentosa dalam patogenesis hernia femoralis", "pantas
mendapat pujian," kata Prof. Dr. Heyder bin Heyder, Ahli Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang yang
menjadi anggota tim penguji. Bahkan tambah Prof. Heyder,
"Pratiknya telah membawa suatu penglihatan baru terhadap
timbulnya hernia fermoralis." Ia memang lulus dengan cumlaude.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini