Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiba-tiba saja musang menjadi pusat perhatian dunia. Binatang malam yang dalam bahasa Latinnya Paradoxurus hermaphroditus itu menjadi tertuduh pemicu kebangkitan SARS tahap kedua di Cina. Penelitian terbaru menemukan bahwa virus corona di tubuh musang jenis ini—atau sering dikenal sebagai kesturi—sama dengan virus SARS di tubuh manusia.
Temuan ini menambah panjang daftar hewan penular virus mematikan itu. Selain musang, hewan yang masuk daftar penyebar virus ini adalah kecoa, tikus, kucing, anjing, dan babi. "Virus itu memang bisa menular pada banyak binatang, termasuk binatang mengerat," kata Albert Osterhaus, pakar virus dari Pusat Kedokteran Erasmus di Rotterdam, Belanda, kepada AFP.
Survei oleh Pusat Pengendalian Penyakit di Guangzhou memperkuat dugaan bahwa musang memang rumah yang nyaman bagi virus SARS. Tahun lalu, lembaga ini mensurvei 1.000 pedagang binatang liar di provinsi itu. Hasilnya, 336 pedagang terjangkit SARS. Separuh lebih dari mereka, seperti dilaporkan Guangzhou Evening News, adalah saudagar musang liar
Data itulah yang menjadi alasan bagi pemerintah Guangzhou untuk membantai binatang yang mirip blasteran musang dan kucing tapi berbulu cokelat lembut itu. Musang jenis ini (disebut juga "musang topeng" karena susunan warna bulu wajahnya mirip topeng) bisa beranak-pinak beberapa kali dalam setahun. Bagi rakyat Cina, daging musang cocok untuk santapan pengusir dingin di musim hujan dan salju. "Musang jenis ini paling enak dimakan di musim dingin, saat mereka sangat gemuk dan penuh daging," kata warga Guangzhou kepada koran London, Telegraph. "Dagingnya bisa direbus atau dibikin sup. Seekor musang cukup untuk seluruh keluarga."
Meskipun pembantaian musang terus berlangsung, toh tak semua warga Cina percaya binatang yang masih saudara jauh kucing itu penyebar virus SARS. "Saya telah memelihara musang selama tiga tahun. Tak satu pun karyawan saya jatuh sakit," kata Zhang Licheng, saudagar yang siap dengan stok 399 musang.
Tak hanya dagingnya yang lezat, musang ini juga diincar karena kulitnya lazim digunakan sebagai bahan jaket. Bahkan sekresi dari bagian kelaminnya, yang dikenal sebagai musk, juga bisa diolah menjadi parfum. Sungguh hewan yang komplet, bisa jadi jaket, santapan yang lezat, tapi juga penular virus pembunuh.
L. Burhan (berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo