Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta -Istilah kalender Jawa konon muncul pertama kali diperkenalkan oleh Empu Hubayun, sekitar pada tahun 91 Sebelum Masehi.
Kemudian sekitar pada tahun 50 Masehi Sri Mahapunggung I atau yang lebih akrab disapa dengan sebutan Ki Ajar Padang I, melakukan perubahan terhadap huruf atau aksara dan diikuti juga dengan perubahan dalam sastra Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman asy-syirah.uin-suka.com, seiring berjalannya waktu, penanggalan-penanggalan dalam kalender Jawa mulai banyak dipengaruhi unsur luar. Yakni sejak warga India yang beragama Budha masuk ke Indonesia sekitar pertengahan Maret tahun 78 Masehi.
Selain dipengaruhi oleh warga India, sistem penanggalan Jawa ratusan tahun kemudian juga dipengaruhi oleh penanggalan dari Arab yang memakai perhitungan dari tahun kalender Hijriah, yang berasal dari kata Hijrah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, saat masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma di Mataram pada abad 17 Masehi, sultan Agung mulai menyeragamkan penggunaan kalender Jawa pada tahun 1633 Masehi atau 1555 Saka menjadi sistem penanggalan Hijriah yang berbasis peredaran bulan.
Lalu setelah diperlakukannya kalender Jawa, Sultan Agung membuat dekrit yang mewajibkan penggunaan kalender hijrah diseluruh wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram (Islam).
Kalender Islam atau Hijriah dan kalender Jawa sendiri sebenarnya memiliki kesamaan yaitu setelah Sultan Agung menetapkan untuk menyeragamkan dua kalender tersebut, sejak saat itu kalender Jawa mulai mengikuti hari-hari peringatan seperti yang ada di kalender Hijrah.
Selain itu, fungsi dari penggabungan dua kalender tersebut bermasuk agar kalender Hijriah dapat melengkapi kalender Jawa yang masih belum lengkap. Sehingga kalender Jawa sekarang juga dikenal dengan sebutan kalender Jawa Islam.
Secara garis besar, adanya penggunaan kalender Jawa Islam di dalam masyarakat Jawa, masih didasari dengan adanya sebuah kepercayaan dan keyakinan dalam menggunakan adanya kaidah dalam kalender Jawa Islam tersebut. Demikian menurut digilib.uin-suka.ac.id.
ASMA AMIRAH
Baca : 5 Perbedaan Kalender Hijriah dan Kalender Masehi