Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mala Petaka Racun Serangga

Keluarga yaswari di desa tamansari, banyumas, yang terserang penyakit kudis (scabies) mencoba mengobatinya dengan racun pembasmi serangga, diazinon. akibatnya dua anaknya darmin dan suyoto tewas.

4 Januari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YASWARI kesal. Sudah berulang kali ia berusaha mengobati penyakit kudis yang menyerang keluarganya, tapi selalu gagal. Kudis, atau scabies, memang melanda seluruh keluarga. Selain Yaswari dan Sairah, istrinya, juga Raswen anak sulungnya yang berumur 14 tahun, Sukinah, Darmin, Suyoto, dan anaknya yang bungsu Kirtam yang masih bayi. Di tengah perasaan putus asa itu, Yaswari mendengar cerita rekannya, Warkum, bahwa kudis dan penyakit kulit lainnya bisa disembuhkan dengan mengoleskan racun pembasmi serangga. Maka, Yaswari memutuskan untuk mencoba. Awal November lalu ia mencoba mengoleskan racun pembasmi serangga, Diazinon. "Soalnya, sudah berbagai obat saya coba, malah sudah tiga kali ke puskesmas, dikasih obat salep," kata Yaswari, "tapi gudig saya dan anak istri saya belum juga hilang." Karena itu, buruh tani harian dari Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, merasa tak punya kemungkinan lain kecuali percaya pada nasihat Warkum. Dan, setelah meminta Diazinon pada tetangganya, Sumarno, yang baru saja menyemprot sawahnya, Yaswari pun mulai mengobati keluarganya - juga gudignya sendiri. Bagaimana cara dia mengobati? "Saya oleskan dengan bulu ayam pada bagian yang luka," katanya. Yaswari mula-mula mengobati lukanya sendiri dan istrinya - yang menderita kudis di bagian kaki. Ternyata, tidak apa-apa, dan pengobatan pun diteruskan, pada Raswen, Darmin, dan Suyoto. Diazinon dioleskan ke seluruh tubuh karena gudig merata di sekujur tubuh ketiga anak itu. Lalu terjadilah mala petaka itu. Darmin yang pertama kali mengeluh pusing. Menyusul dua saudaranya, Raswen dan Suyoto. Tubuh ketiganya pun lemas, dan dari mulut mereka keluar air liur. Yaswari dan istrinya segera sadar anak-anak mereka keracunan--dan segera pula memberi mereka air asam yang dicampur garam dan minyak kelapa. Toh Darmin dan Suyoto tak tertolong keduanya tewas 15 menit kemudian. Di tengah kepanikan, kedua orangtua itu segera minta pertolongan tetangga untuk menolong Raswen. Anak itu pun segera dilarikan ke RS Purwokerto - anak ini selamat setelah dirawat tiga hari. "Saya tak menyangka kalau jadinya begini," keluh Yaswari terbata-bata ketika ditemui dua pekan lalu. Ia mengisahkan pula, ia dan istrinya juga diserang rasa pusing. Tapi, kata Yaswari lagi, keduanya tak sampai pingsan atau lemas. Sementara itu, Sukinah, anak wanita mereka, selamat karena kebetulan sedang pergi mengaji. Juga bayi mereka tak sampai kebagian Diazinon karena reaksi keracunan sebelumnya segera terlihat pada ketiga kakaknya - dan pengobatan segera dihentikan Yaswari. Dokter puskesmas Karanglewas, dr. Budi Supriyatno, membenarkan bahwa Darmin dan Suyoto meninggal karena keracunan. Dokter ini membenarkan pula, keluarga itu sudah berulang kali datang kepadanya untuk mengobati scabies yang mereka alami. "Tapi keluarga itu kurang telaten dalam memakai salep," ujar Budi, "penyakit kulit itu sebetulnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dalam dua hari kalau diobati dengan benar." Sementara itu, dr. Sudiyono, ahli penyakit kulit dan kelamin RS Purwokerto, menjelaskan, keracunan terjadi karena Diazinon langsung masuk ke darah melalui kulit atau luka garukan. "Keracunan bisa juga dari luar, bukan hanya melalui pencernaan saja," ujar ahli itu. Raswen anak sulung Yaswari bisa selamat, menurut Sudiyono, karena batas ambang keracunan ditentukan oleh berat badan. Sedangkan dua adiknya, karena kulit anak-anak yang lebih muda lebih tipis, tak bisa tertolong. "Racun jadi mudah meresap," kata ahli penyakit kulit itu. J.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus