Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mau cantik jadi menderita

Kasus Ny. Kusmiyati yang ingin langsing, selama 2 bulan disuntik obat pelangsing & awet muda oleh dr. shirley haryanto. akhirnya malahan menderita beberapa penyakit. (ksh)

26 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAKNYA sudah 7 orang. Keluarga yang dia pimpin bersama suaminya boleh dikatakan berkecukupan. Mereka menempati sebuah rumah besar di daerah pemukiman elite di Kebayoran Baru, Jakarta. Tetapi pada usia 43 tahun, Kusmiyati masih merasa kekurangan. Ia ingin langsing, kelihatan cantik dan muda kembali. Cita-citanya itu sampai ke telinga teman sepergaulannya. Mereka menganjurkan agar Kusmiyati minta nasihat pada seorang dokter yang memimpin klinik "Kesehatan dan kecantikan" tak jauh dari tempat tinggalnya. Mereka memuji kebaikan dokter wanita itu. Antara lain mau mengantar pulang kalau tak ada yang menjemput. Pembayaran pun tak begitu ketat. Boleh mengutang. Kusmiyati mula-mula menolak. Dia takut kalau-kalau dijadikan kelinci percobaan oleh dokter yang belum dikenal punya keahlian khusus kecantikan itu. Lagipula baru dibuka selama 2 bulan waktu itu. Tetapi karena kuatnya ajakan teman, dan rupanya dia tak mempunyai pilihan lain, akhirnya dia berangkat juga Agustus tahun lalu. Mula-mula dia mendapat suntikan pengurus di paha. Karena Kusmiyati ingin langsing dan singset, dia minta pula suntikan penghancur lemak. Obat-obat disuntikkan pada bagian-bagian tubuhnya yang banyak dibalut lemak. Satu ampul obat dibagi-bagikan dengan suntikan ke bagian pinggang dan perutnya. Menurut dokter, obat itu akan menguruskan bagian tubuh tadi. Untuk satu ampul obat ia membayar Rp 2.000. Berat badannya memang tidak langsung turun. Tetapi dia sudah puas karena perutnya pelan-pelan tambah kempis. Kulit yang longgar dan kering di bagian perut itu kemudian diremajakan dengan suntikan "awet muda" 2 kali seminggu. Kulit itu segera segar, sekalipun hanya bisa bertahan selama 3 hari. Bobotnya yang 53 kg (tinggi 158 cm) tidak langsung melorot. Namun Kusmiyati merasa ada sesuatu yang lain sesudah suntikan demi suntikan tadi. Badannya terasa ringan. Perasaannya cerah. Ia selalu bersolek, sekalipun mau berangkat tidur. Satu perubahan yang lama-lama membikin mual suaminya. Saban hari dia berangkat ke klinik "Kecantikan" untuk memperoleh suntikan. Ia benar-benar kecanduan. Sebab tanpa suntikan dia merasa lesu dan gelisah. Memasuki bulan ketiga pengobatan, dokter mengurangi frekuensi suntikan dari tiap hari menjadi 2 kali seminggu. Sejak saat itu, kegairahan hidup yang diperolehnya dari suntikan-suntikan tadi tiba-tiba berubah. Suatu hari, sepulang dari "klinik" tiba-tiba dada kirinya terasa nyeri. Begitu perihnya hingga dalam beberapa detik dia langsung pingsan dan dilarikan ke rumahsakit sebagai pasien serangan jantung. Selain dari penyakit jantung ternyata dia juga menderita sakit ginjal. Menurut dokter spesialis yang memeriksanya, kantung kencingnya juga luka. Di samping kaki dan tangannya sering semutan. Urat-urat darah di kaki dan tangannya bengkak membiru. Semua itu membuat tampangnya kini lebih tua dibandingkan sebelum mendapat obat-obat langsing dari "klinik kecantikan" tersebut. Menjadi langsing dan awet muda, buat wanita menjelang usia tua, tentu bukan cita-cita yang salah. Namun Kusmiyati ingin pengalaman pahitnya ini jangan terulang lagi. Karena itu dia menceritakan pengalamannya kepada sebuah majalah keluarga Kartini, agar mereka yang mencari-cari kecantikan tidak tersesat. Dia juga mengadukan nasibnya kepada pihak kepolisian, untuk meminta pertanggungjawaban dari dokter yang menyuntiknya. Pihak berwajib kini rupanya sedang memproses kasus ini. Shirley Haryanto, dokter yang menangani Kusmiyati di "Ideal" Health, Acupuntur & Beauty Centre, menolak keluhan bekas pasiennya itu. "Dari sekitar 200 pasien cuma dia sendiri yang mengeluh. Ia sebenarnya tidak kegemukan. Dia hanya mau ikut-ikutan saja," katanya kepada TEMPO. Dia juga menolak keterangan telah menyuntik Kusmiyati dengan obat pelangsing dan awet muda. "Saya suntik dia dengan vitamin," sanggahnya. Dan mengakui bahwa di tempat prakteknya itu hanya ada obat-obatan penekan nafsu makan. Dalam bentuk tablet dan tidak dengan suntikan. Kusmiyati sendiri menyebut obat-obat suntik yang diperolehnya dari Shirley dalam bentuk cairan dalam ampul tanpa merk. Kalau ditanya Kusmiyati, dokter itu menyebutkan obat itu sebagai rahasia. "Dan obat saya tidak bisa dipromosikan," demikian Kusmiyati menirukan keterangan Shirley Haryanto. Belum bisa dipastikan obat apa yang dipergunakan dokter itu. Kepala Bagian Farmakologi Universitas Indonesia, dr. Iwan Darmansyah memperkirakan obat suntik Ampbetamin telah dipergunakan dalam kasus Kusmiyati itu. Waluyo Soeryodibroto dari Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UI juga menduga begitu. Menurut mereka, pemakaian yang berlebihan dari obat itu memang bisa mengakibatkan gangguan jantung. Dan kalau obat lasix yang dipakai, bisa mengakibatkan kerusakan ginjal. Kulit juga menjadi kering. Berlainan dengan pengalaman Kusmiyati, Alia Hadi, 39 tahun, mendapatkan tubuhnya jadi langsing setelah diobati dr. Shirley. Tetapi selain diit Alia juga bersenam. "Kalau ada yang mengeluh, karena mereka tetap mau disuntik meskipun badan mereka sedang kurang sehat," katanya. Kalau kasus Kusmiyati ini sempat masuk ke pengadilan, nampaknya akan menarik perhatian. Dan menjadi jelas obat apa yang disuntikkan ke badannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus