ANAKNYA sudah 7 orang. Keluarga yang dia pimpin bersama suaminya
boleh dikatakan berkecukupan. Mereka menempati sebuah rumah
besar di daerah pemukiman elite di Kebayoran Baru, Jakarta.
Tetapi pada usia 43 tahun, Kusmiyati masih merasa kekurangan. Ia
ingin langsing, kelihatan cantik dan muda kembali.
Cita-citanya itu sampai ke telinga teman sepergaulannya. Mereka
menganjurkan agar Kusmiyati minta nasihat pada seorang dokter
yang memimpin klinik "Kesehatan dan kecantikan" tak jauh dari
tempat tinggalnya. Mereka memuji kebaikan dokter wanita itu.
Antara lain mau mengantar pulang kalau tak ada yang menjemput.
Pembayaran pun tak begitu ketat. Boleh mengutang.
Kusmiyati mula-mula menolak. Dia takut kalau-kalau dijadikan
kelinci percobaan oleh dokter yang belum dikenal punya keahlian
khusus kecantikan itu. Lagipula baru dibuka selama 2 bulan waktu
itu. Tetapi karena kuatnya ajakan teman, dan rupanya dia tak
mempunyai pilihan lain, akhirnya dia berangkat juga Agustus
tahun lalu.
Mula-mula dia mendapat suntikan pengurus di paha. Karena
Kusmiyati ingin langsing dan singset, dia minta pula suntikan
penghancur lemak. Obat-obat disuntikkan pada bagian-bagian
tubuhnya yang banyak dibalut lemak. Satu ampul obat
dibagi-bagikan dengan suntikan ke bagian pinggang dan perutnya.
Menurut dokter, obat itu akan menguruskan bagian tubuh tadi.
Untuk satu ampul obat ia membayar Rp 2.000.
Berat badannya memang tidak langsung turun. Tetapi dia sudah
puas karena perutnya pelan-pelan tambah kempis. Kulit yang
longgar dan kering di bagian perut itu kemudian diremajakan
dengan suntikan "awet muda" 2 kali seminggu. Kulit itu segera
segar, sekalipun hanya bisa bertahan selama 3 hari.
Bobotnya yang 53 kg (tinggi 158 cm) tidak langsung melorot.
Namun Kusmiyati merasa ada sesuatu yang lain sesudah suntikan
demi suntikan tadi. Badannya terasa ringan. Perasaannya cerah.
Ia selalu bersolek, sekalipun mau berangkat tidur. Satu
perubahan yang lama-lama membikin mual suaminya.
Saban hari dia berangkat ke klinik "Kecantikan" untuk memperoleh
suntikan. Ia benar-benar kecanduan. Sebab tanpa suntikan dia
merasa lesu dan gelisah. Memasuki bulan ketiga pengobatan,
dokter mengurangi frekuensi suntikan dari tiap hari menjadi 2
kali seminggu.
Sejak saat itu, kegairahan hidup yang diperolehnya dari
suntikan-suntikan tadi tiba-tiba berubah. Suatu hari, sepulang
dari "klinik" tiba-tiba dada kirinya terasa nyeri. Begitu
perihnya hingga dalam beberapa detik dia langsung pingsan dan
dilarikan ke rumahsakit sebagai pasien serangan jantung.
Selain dari penyakit jantung ternyata dia juga menderita sakit
ginjal. Menurut dokter spesialis yang memeriksanya, kantung
kencingnya juga luka. Di samping kaki dan tangannya sering
semutan. Urat-urat darah di kaki dan tangannya bengkak membiru.
Semua itu membuat tampangnya kini lebih tua dibandingkan sebelum
mendapat obat-obat langsing dari "klinik kecantikan" tersebut.
Menjadi langsing dan awet muda, buat wanita menjelang usia tua,
tentu bukan cita-cita yang salah. Namun Kusmiyati ingin
pengalaman pahitnya ini jangan terulang lagi. Karena itu dia
menceritakan pengalamannya kepada sebuah majalah keluarga
Kartini, agar mereka yang mencari-cari kecantikan tidak
tersesat. Dia juga mengadukan nasibnya kepada pihak kepolisian,
untuk meminta pertanggungjawaban dari dokter yang menyuntiknya.
Pihak berwajib kini rupanya sedang memproses kasus ini.
Shirley Haryanto, dokter yang menangani Kusmiyati di "Ideal"
Health, Acupuntur & Beauty Centre, menolak keluhan bekas
pasiennya itu. "Dari sekitar 200 pasien cuma dia sendiri yang
mengeluh. Ia sebenarnya tidak kegemukan. Dia hanya mau
ikut-ikutan saja," katanya kepada TEMPO.
Dia juga menolak keterangan telah menyuntik Kusmiyati dengan
obat pelangsing dan awet muda. "Saya suntik dia dengan
vitamin," sanggahnya. Dan mengakui bahwa di tempat prakteknya
itu hanya ada obat-obatan penekan nafsu makan. Dalam bentuk
tablet dan tidak dengan suntikan.
Kusmiyati sendiri menyebut obat-obat suntik yang diperolehnya
dari Shirley dalam bentuk cairan dalam ampul tanpa merk. Kalau
ditanya Kusmiyati, dokter itu menyebutkan obat itu sebagai
rahasia. "Dan obat saya tidak bisa dipromosikan," demikian
Kusmiyati menirukan keterangan Shirley Haryanto.
Belum bisa dipastikan obat apa yang dipergunakan dokter itu.
Kepala Bagian Farmakologi Universitas Indonesia, dr. Iwan
Darmansyah memperkirakan obat suntik Ampbetamin telah
dipergunakan dalam kasus Kusmiyati itu. Waluyo Soeryodibroto
dari Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UI juga menduga begitu.
Menurut mereka, pemakaian yang berlebihan dari obat itu memang
bisa mengakibatkan gangguan jantung. Dan kalau obat lasix yang
dipakai, bisa mengakibatkan kerusakan ginjal. Kulit juga menjadi
kering.
Berlainan dengan pengalaman Kusmiyati, Alia Hadi, 39 tahun,
mendapatkan tubuhnya jadi langsing setelah diobati dr. Shirley.
Tetapi selain diit Alia juga bersenam. "Kalau ada yang mengeluh,
karena mereka tetap mau disuntik meskipun badan mereka sedang
kurang sehat," katanya.
Kalau kasus Kusmiyati ini sempat masuk ke pengadilan, nampaknya
akan menarik perhatian. Dan menjadi jelas obat apa yang
disuntikkan ke badannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini