SEBENTAR lagi bisa dilihat Warung Serba Ada KUD di berbagai
pelosok menawarkan sabun Lux, Rinso atau Pepsodent -- produksi
PT Unilever Indonesia. Dan barang-barang itu tidak datang dari
toko, melainkan dikirimkan langsung oleh Puskud (Pusat Koperasi
Unit Desa), yang menerimanya dari Unilever.
Dengan kata lain Puskud kini menjadi salah satu dari distributor
Unilever. Inilah gagasan Menteri Muda Koperasi Bustanil Arifin.
Ya, mengapa tidak? "Menurut undang-undang koperasi itu unsur
ekonomi yang berstatus swasta," kata Moh. Yahya Suryanagara,
Ketua I Inkud (Induk Koperasi Unit Desa). Maksudnya, tak ada
salahnya Puskud menjadi salah satu distributor PT Unilever
Indonesia.
Dan Dewan Direksi PT Unilever Indonesia yang diketuai Yamani
Hasan menyambut gagasan menteri itu dengan hangat. Soalnya,
sistem distribusi Unilever memang tak langsung, tapi lewat
sejumlah distributor. Baru setelah itu produk itu sampai pada
pengecer. Maksudnya Puskud sebagai salah satu distributor tak
akan mengguncangkan sistem tersebut, malahan menambah jumlah
distributornya yang kini ada 250 lebih di seluruh Indonesia.
Agaknya memang ada yang sedang direncanakan Puskud. Selama ini
biasanya KUD-KUD-nya hanya sibuk menjual barang-barang yang
berhubungan dengan pertanian. "Agar Puskud belajar bisnis,
hingga kelak bisa menjadi lembaga yang memasarkan produk
anggotanya sendiri dengan baik," kata Muslimin Nasution,
Sekretaris Menmud Koperasi. Dan kalau Unilever yang dipilih,
"produk Unilever sudah dikenal dan mendapat nama baik di
masyarakat kita," sambung Ketua I Inkud. Mudah menjualnya,
itulah.
Maka para petugas KUD memang ditantang. Masalahnya, dengan
langsung mendapat barang lewat jalur sendiri, belum tentu bisa
menjualnya dengan harga lebih rendah dari toko. "Teoretis KUD
tidak bisa menjual barang Unilever lebih murah dari toko
pengecer," kata Yamani Hasan. "Dan kami akan selalu mengontrol
harga agar tidak terjadi kekacauan. "
Soalnya, nyaris di semua pelosok tak susah mencari barang
Unilever. Benar sekitar 50% produk Unilever diambil distributor
kota. "Tapi lewat perdagangan, terjadilah self distribution,
bahkan di lembah Baliem Irian Jaya pun dijual produk kami,"
lanjut Yamani. Nah, bagaimana KUD bisa membujuk anggotanya agar
suka membeli produk Unilever di koperasi sendiri, itulah
soalnya.
Sebab dulu pun pernah ada kerjasama antara Unilever dan pusat
koperasi, ialah PKPN, Inkopad dan Inkopal. "Tapi sudah lama
macet, mereka berhenti mengambil barang," kata Yamani. Menurut
perkiraan Yamani itu disebabkan "para anggota koperasi kini bisa
mendapatkan barang Unilever di mana-mana. Soalnya keadaan
sekarang berbeda dengan misalnya tahun 1964, ketika
barang-barang masih langka."
Memang ada yang akan membedakan Warung Serba Ada KUD dan toko
pengecer di desa. Warung koperasi tak akan menjual semua produk
Unilever "tapi hanya barang-barang yang menjadi keperluan
sehari-hari," kata Moh.Yahya yang sehari-hari dipanggil "Bob".
Tujuannya, "agar koperasi tidak ikut menggalakkan konsumerisme,"
katanya.
Ini dibenarkan Sekretaris Menmud Koperasi: "Lipstick dan
lain-lain semacam itu, tidak akan disalurkan Puskud." Keterangan
tersebut agaknya belum menjawab tantangan koperasi, apa bisa
bersaing dengan toko dan warung di desa.
Ada contoh sukses. Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPN) Jakarta
Raya misalnya. PKPN Jakarta ini telah menjadi distributor
Unilever sejak 20 tahun yang lalu. Dan "hanya menyalurkan
kebutuhan primer. Sedangkan produk semacam Rexona pengharum
badan itu tidak kami salurkan," tutur Ketua I-nya, H. Nursalim
Rendusara.
Ada 11 Puskud, ditambah dengan Pusat Koperasi Pasar DKI Jaya dan
Pusat Koperasi Serba Usaha DKI Jaya yang segera menjadi
distributor Unilever. Modal pusat-pusat koperasi itu diperoleh
dengan kredit dari BRI atas jaminan LJKK (Lembaga Jaminan Kredit
Koperasi). Menurut Ketua I Inkud, Puskud sudah siap baik dari
segi organisasi maupun transportasi. Seperti dikatakan Moh.
Yahya, kini Puskud siap membangun gudang, soal transportasinya
kerjasama dengan Koperasi Angkutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini