Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Aman Melancong di Dunia Maya

Penggiat wisata menawarkan piknik aman di tengah pandemi.

17 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah siswa SD Al-Azhar Kelapa Gading, Jakarta tampil di layar monitor saat wisata virtual study tour di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Senin (28/9/2020)./ ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUT saja namanya Jamaludin, 40 tahun. Sebelum pandemi Covid-19, saban bulan dia meluangkan waktu untuk berdarmawisata bersama keluarga. Kota Bandung dan sekitarnya, Yogyakarta, Bali, dan Singapura adalah tempat favoritnya untuk melepas penat. “Tempat itu jaraknya dekat dengan Jakarta dan menyenangkan,” tuturnya, akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, sejak terjadi pandemi, aktivitas rekreasinya terhenti. Jamaludin tidak mau mengambil risiko dia dan keluarganya tertular virus corona. Kegiatannya kini lebih banyak dilakukan di rumah. “Ke luar rumah hanya sesekali, itu pun tidak keluar dari kendaraan,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesekali Jamaludin mengikuti piknik virtual yang banyak ditawarkan agen wisata. Dia berharap pandemi segera berakhir. “Saya sudah kepingin piknik,” ujar pria yang berprofesi sebagai penasihat investasi ini.

Sejak pandemi merebak, aktivitas industri pariwisata nasional menurun. Banyak tempat wisata dan usaha turunannya nyaris bangkrut. Angka kunjungan wisatawan merosot tajam. Salah seorang pelaku usaha wisata yang terkena dampak adalah pendiri Outing.id, Irwan Thamrin. “Begitu pandemi, bagaimana caranya tetap bisa wisata walau di rumah. Maka ketemu tur virtual,” katanya dalam Ngobrol @Tempo bertajuk “Saatnya Kembali Berwisata”, Kamis petang, 15 Oktober lalu.

Tur virtual, Irwan menjelaskan, dapat memberdayakan masyarakat sekitar destinasi dan komunitas pemandu wisata. Kegiatan ini sangat membantu memberikan penghidupan pada masa pandemi Covid-19. “Malah jadi viral dan banyak diikuti pihak lain untuk membuat virtual tur,” ucapnya.

Tren tur virtual saat pandemi, menurut Irwan, masih sangat menjanjikan. Irwan mengungkapkan, sekali mengadakan tur virtual, ia dapat menggaet sekitar 50 wisatawan. Bahkan dalam satu momen ia bisa mengajak 140 orang dalam sekali piknik.

Irwan mengatakan saat ini pihaknya sedang berfokus memfasilitasi tur virtual bagi siswa sekolah. Beberapa sekolah kini masuk daftar tunggu berwisata virtual. “Animonya (tur virtual) sudah banyak setiap hari, tinggal kita, sedang mencocokkan jadwalnya sama destinasi,” ujarnya.

Irwan menerapkan tiga aspek dalam mengelola perjalanan piknik dunia maya ini. Pertama, wisatawan dapat melihat destinasi wisata melalui siaran virtual. Kedua, pihaknya bekerja sama dengan sentra usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga wisatawan bisa membawa pulang cenderamata. Ketiga, alat peraga bisa dikirim ke rumah wisatawan dan dapat digunakan saat tur virtual. “Jadi kegiatan itu kami lakukan bersama-sama tapi secara virtual,” kata Irwan.

Pakar epidemiologi yang juga Direktur Ahlina Institute, Tifauzia Tyassuma, mengatakan tujuh bulan masa pandemi membuat banyak orang mengalami depresi. Adapun salah satu cara membuat mental kembali bugar adalah berwisata.

Namun, dalam keadaan pandemi, Tifauzia menambahkan, kegiatan itu terbatas. Adanya tur virtual, menurut dia, bisa menjadi salah satu solusi. “Jadi oleh otak seakan-seakan kita sedang melakukan betulan,” ucapnya.

Dalam ilmu kedokteran, terutama neurosains, Tifauzia melanjutkan, ada bagian otak yang belum teroptimalkan. Tur virtual dapat memanfaatkan otak untuk menciptakan fakta imajinatif. “Sehingga otak pun memprosesnya seolah-olah sedang melakukan suatu kegiatan dengan realistis.”

Pelancong sekaligus fotografer bawah air, Muljadi Pinneng Sulungbudi, mengatakan geliat pariwisata kembali walau masih dalam situasi pandemi Covid-19. “Jadi beberapa tempat sudah mengoperasikan kembali wisatanya. Kalau yang paling cepet itu Labuan Bajo, Bali, dan Pulau Komodo," tuturnya. 

Menurut dia, destinasi wisata tersebut telah beroperasi kembali dengan menerapkan protokol 3M, yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker, secara ketat. Hal itu didukung pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang sudah mengeluarkan beberapa prosedur standar operasi kepariwisataan di tengah pandemi Covid-19. Dia optimistis kegiatan melancong sudah bisa dilakukan secara individual dan tidak melibatkan orang banyak. “Protokol kesehatan 3M tetap harus menjadi pegangan utama untuk wisata,” ujarnya.

EKO WAHYUDI


Pilih Tempat Luas

PAKAR epidemiologi yang juga Direktur Ahlina Institute, Tifauzia Tyassuma, menyebutkan penularan virus corona penyebab Covid-19 terjadi antarmanusia. Karena itu, jika hendak berwisata di tengah pandemi, pilih tempat yang potensi kerumunannya kecil, bahkan tak ada. “Artinya, tempat-tempat dengan kepadatan manusia tertinggi itulah yang berpotensi menjadi sumber peningkatan kasus (Covid-19),” katanya.

Tifauzia mengatakan Indonesia mempunyai potensi wisata yang luar biasa. Di tengah kondisi pandemi Covid-19, para pelaku industri pariwisata harus putar otak agar tetap bisa menjalankan usahanya. Wisata yang menghadirkan kerumunan sudah tak relevan lagi saat ini dengan adanya perubahan peradaban. “Karena di situ kita akan kehilangan kontrol terhadap agen yang terserang virus itu,” ucapnya.

Pengunjung saat beraktivitas di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, Selasa,13 Oktober 2020. Tempo/M. Taufan Rengganis

Lokasi untuk mengembangkan wisata yang ideal, menurut Tifauzia, adalah tempat yang luas, seperti pantai atau gunung. Dengan tempat yang luas, wisatawan dapat berdisiplin menerapkan protokol 3M, yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan. Sebaliknya, tempat tertutup menjadi wadah ideal bagi virus untuk berkembang biak. Yang perlu diperhatikan saat berwisata adalah transportasi dan penginapan. Tempat yang paling baik adalah tempat dengan ventilasi udara dan cahaya matahari.

EKO WAHYUDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus