Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Penyebab Olahraga Pilates Makin Digandrungi Kaum Muda

Olahraga pilates yang sempat meredup kini kembali menjadi tren. Studio baru bermunculan.

 

14 Februari 2025 | 14.00 WIB

Siti Dinaryati (kiri) mengikuti sesi pilates di Alterra Studio, Kota Bekasi, Jawa Barat, 23 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy
Perbesar
Siti Dinaryati (kiri) mengikuti sesi pilates di Alterra Studio, Kota Bekasi, Jawa Barat, 23 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Gerakan-gerakan pilates terasa menyiksa, tapi membuat ketagihan dan sangat bermanfaat untuk kesehatan.

  • Popularitas pilates meningkat pesat berkat Jennie BLACKPINK, penyanyi asal Korea Selatan.

  • Pilates dapat menjadi alternatif olahraga bagi penderita skoliosis atau kelainan tulang belakang.

SITI Dinaryati mengawali latihan pilates dengan telentang di atas papan pada alat yang menyerupai ranjang kecil. Kedua kakinya yang tertekuk bertumpu pada palang. Perlahan dia mendorong palang itu hingga kakinya lurus. Dia lantas menekuk lagi kakinya, meluruskannya, begitu berulang-ulang. Selama melakukan itu, dia harus mengeluarkan tenaga cukup besar dan merasakan otot pahanya tertarik lumayan kencang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dinar melakukan gerakan dasar pilates yang dinamai footwork. Dia memakai alat bernama reformer. Mirip tempat tidur, alat ini punya lima pegas di bagian ujung sehingga bisa bergerak maju-mundur. Reformer berfungsi melatih otot-otot tubuh dengan memberikan resistansi terhadap gerakan mendorong atau menarik. Kekuatan pegasnya bisa diatur. "Kalau mau cobain yang lebih menantang, lebih berat tarikannya," kata Dinar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kamis pagi itu, 23 Januari 2025, Tempo bersama Dinar mengikuti sesi pilates untuk pemula di Alterra Studio, Kota Bekasi, Jawa Barat. Meski kami hanya berlatih satu jam, lelah dan cucuran peluh nyaris tak tertahankan. Padahal tak banyak variasi gerakan yang kami lakukan.

Selain mengajarkan footwork yang bermanfaat menguatkan otot kaki, instruktur di studio itu memperagakan gerakan seperti pelvic bridge buat melatih otot dasar panggul dan chest lift untuk menguatkan otot dada. Gerakannya cukup menyiksa lantaran menggunakan pegas yang tarikannya lumayan berat.

Dinar pertama kali mencoba pilates pada akhir 2023. Ia terinspirasi oleh Jennie BLACKPINK, penyanyi asal Korea Selatan yang memiliki tubuh bugar dan perut rata. Melalui akun media sosialnya, Jennie kerap membagikan momen aktivitasnya berlatih pilates yang rutin ia lakukan sejak 2019. 

Kreator konten Hanny Tan saat berolahraga pilates. Dok. Pribadi

Dinar sebelumnya hanya sesekali melakukan pilates. Baru dua pekan belakangan ia rajin berlatih di studio yang baru buka di dekat rumahnya. Warga Kota Bekasi itu mengambil paket seharga Rp 299 ribu untuk tiga sesi. Tarif tersebut masih terhitung murah mengingat biaya kelas pilates umumnya bisa di atas Rp 100 ribu per kedatangan.

Sejak rutin berolahraga pilates, Dinar merasa tubuhnya lebih fleksibel dan bertenaga. Ia, misalnya, tak lagi terlalu merasa lelah setelah bermain tenis. "Setelah dibarengin pilates jadi lebih kuat," ucap perempuan yang bekerja sebagai sekretaris ini.

•••

MANFAAT pilates juga dirasakan Annisa Budiarti, yang memiliki masalah obesitas. Dengan kondisi tubuhnya, Annisa hanya bisa berolahraga dengan intensitas rendah atau low impact. Karena itu, ia memilih menjajal pilates. 

Perempuan 35 tahun itu mulai berlatih pilates pada awal 2023 setelah mendapat undangan sebuah studio yang baru buka. Pekerjaan kreator konten yang Annisa tekuni memudahkannya memasuki berbagai jenis kelas pilates, seperti reformer, chair, dan tower. "Aku cobain semua. Ternyata enak buat badan aku," ujar Annisa.

Studio pilates yang pernah ia kunjungi antara lain The Body Project, Vorme Pilates, dan Bumi Pilates & Movement. Biayanya, Annisa mengungkapkan, sekitar Rp 250 ribu per sesi. Agar biayanya lebih terjangkau, Annisa menyarankan membeli paket latihan. "Lebih murah Rp 150-175 ribu per kedatangan," tuturnya. 

Menurut Annisa, latihan pilates mirip fisioterapi karena berfokus memperbaiki postur tubuh dan melatih otot inti. Sebelumnya, tangan kiri Annisa lebih bertenaga dibanding tangan kanan. Kini, setelah dia rutin berlatih dalam dua sesi sepekan, kekuatan kedua tangannya cukup seimbang. Postur badannya pun terasa lebih terjaga dan tegap.

Kreator konten Annisa Budiarti melakukan gerakan pilates di Vorme Pilates, Jakarta, 24 Januari 2025. Tempo/M Taufan Rengganis

Pilates yang diiringi diet defisit kalori juga berdampak turunnya berat badan Annisa dari 75 menjadi 68 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Kebiasaannya mengunjungi tempat pijat sepulang kerja atau melancong pun berkurang karena badannya tidak lagi mudah pegal. "Badan lebih segar dan mengurangi risiko cedera," ucapnya.

Hanny Tan, kreator konten kebugaran, juga kesengsem pada pilates. Dia sebelumnya mengira olahraga ini akan enteng dijalani karena sudah terbiasa berolahraga di gimnasium atau gym hingga dua jam. Ketika pertama kali masuk kelas pemula, dia masih bisa mengikuti latihan dengan santai. Tapi, dalam kunjungan kedua, instrukturnya memberikan menu latihan yang lebih berat. "Baru terasa dan ternyata seru juga," kata perempuan 29 tahun ini.

Hanny menuturkan, olahraga di gym dan pilates memiliki sejumlah perbedaan. Olahraga di gym bertujuan melatih otot besar, sementara pilates melatih otot kecil atau yang jarang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. "Jadinya cepat lemas," ujarnya.

Hanny menambahkan, latihan di gym biasanya repetitif. Sedangkan gerakan dalam setiap sesi pilates berbeda-beda sehingga lebih seru. Manfaatnya terhadap penampilan juga berbeda. Olahraga pilates rutin, Hanny mengungkapkan, bisa menguatkan otot abdominal atau membentuk perut six pack dan tubuh yang ramping. Adapun berolahraga di gym akan menghasilkan tubuh yang bulky dan berisi. 

Walau gerakan pilates cukup menyiksa, Hanny tidak kapok. Ia kini berlatih satu-dua kali sepekan. Ia merasa pilates bisa memberikan hasil yang lebih optimal ketika dikombinasikan dengan olahraga di gym

•••

PILATES diciptakan Joseph H. Pilates pada 1880 dan awalnya bernama Contrology. Dia ingin semua orang dari berbagai lapisan masyarakat dapat menyembuhkan dan melatih tubuh mereka.

Metode pilates menggabungkan gerakan tubuh, pernapasan, dan konsentrasi. Olahraga ini dapat membantu melatih otot-otot punggung bawah, pinggul, panggul, dan perut. Rangkaian latihannya dianggap cocok untuk pemula, kalangan lanjut usia, ibu hamil, dan orang yang baru pulih dari cedera karena bersifat low impact dengan gerakan yang stabil, tak terlalu berat, dan tidak membebani persendian. 

Pilates masuk ke Indonesia pada awal 2000-an dan pernah sangat populer. Tapi gaungnya kemudian meredup. Kini olahraga asal Jerman ini naik daun lagi, terutama di kalangan anak muda. Pilates kembali menjadi tren setelah terjadi pandemi Covid-19 yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan.

Kembalinya popularitas pilates tak lepas dari peran para selebritas. Jennie BLACKPINK, yang sangat populer di kalangan penggemar musik pop Korea atau K-pop, berandil besar. Ia kerap membagikan momen aktivitasnya saat berpilates. Di dalam negeri, olahraga ini juga digemari para bintang, seperti Irish Bella, Aaliyah Massaid, Fujianti Utami Putri, dan Bunga Citra Lestari yang memiliki studio pilates pribadi di rumahnya.

Media sosial turut berpengaruh membuat olahraga ini kian populer. Banyak pengguna media sosial yang membuat konten berlatih pilates. Beberapa studio bahkan memfasilitasi anggotanya dengan tripod untuk memudahkan pengambilan video. Gania Irsanti, instruktur pilates Alterra Studio, menyambut positif kegiatan pilates demi konten seperti ini. "Paling tidak mereka akhirnya bergerak," tutur perempuan 40 tahun itu.

Instruktur pilates, Gania Irsanti, di Alterra Studio, Kota Bekasi, Jawa Barat, 23 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy

Menanjaknya popularitas pilates dirasakan betul oleh Hanny Tan sebagai kreator konten. Video latihan pilatesnya selalu banyak ditonton. Videonya berlatih reformer pada 20 November 2024, misalnya, dilihat lebih dari 1 juta kali di TikTok. Ia pun memetik berkah lain dari page view yang tinggi itu berupa tawaran mengikuti kelas gratis dari berbagai studio pilates.

•••

TINGGINYA minat terhadap pilates sangat terasa di media sosial. Di Instagram, misalnya, terdapat 29,5 juta unggahan dengan tanda pagar pilates. Akun-akun milik studio pilates dengan mudah ditemukan di sana, beberapa di antaranya memiliki hingga belasan ribu pengikut. Studio itu memamerkan aktivitas mereka, juga menawarkan paket-paket kelas semiprivat dan privat. Ada juga yang menawarkan kelas daring. 

Beberapa studio pilates di Indonesia berkaitan dengan studio di luar negeri. Mereka umumnya cukup agresif melebarkan sayap. Pilates Re Bar, yang berafiliasi dengan studio di Jepang, membuka cabang ke-10 di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, pada 2 November 2024. KX Pilates, yang masuk dari Australia, juga memperluas jangkauan dengan membuka studio baru di Bintaro, Tangerang Selatan, pada akhir bulan yang sama.

Tingginya minat masyarakat memacu langkah ekspansi seperti ini, juga mendorong kemunculan studio-studio pilates baru. Di Jabodetabek, bisa dikatakan hampir tiap bulan muncul tempat latihan baru. Pada awal Desember 2024, misalnya, Ohana Pilates dibuka di Citra Raya, Tangerang, Banten. Pada 11 Januari 2025, Alterra Studio mulai beroperasi di Bekasi. Studio-studio ini berpacu memikat konsumen dengan menawarkan berbagai kenyamanan, kelengkapan fasilitas, serta tarif yang bersaing. 

Alterra didirikan oleh Fauziah Tasya, Rahmatia Amroini, dan Primatazya Putri. Berawal dari kesukaan terhadap pilates, ketiganya membuka bisnis kebugaran bersama. "Manfaatnya banyak banget ke tubuh," kata Primatazya.

Siti Dinaryati (tengah) mengikuti sesi pilates di Alterra Studio, Kota Bekasi, Jawa Barat, 23 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy

Mereka awalnya kerap berlatih pilates di area Jakarta. Karena lokasinya terlalu jauh, mereka berinisiatif membuka studio di Bekasi. Berkonsep semiprivat, Alterra dilengkapi lima alat reformer sehingga instruktur dapat lebih berfokus memperhatikan gerakan dan postur peserta satu per satu.

Selama masa awal pembukaan, Alterra memberikan penawaran khusus Rp 99 ribu untuk satu kali kunjungan. Dua pekan setelah grand opening, tercatat lebih dari 500 orang mendaftar. Selanjutnya, bagi yang ingin menjadi anggota tetap studio, tarif normalnya Rp 179 ribu per kunjungan. Namun ada promosi paket tiga sesi sekaligus seharga Rp 299 ribu. 

Primatazya alias Aya menuturkan, tarif kelas reformer cukup mahal karena harga satu alatnya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Selain itu, mereka harus menyediakan pelatih yang bersertifikat.

Gania Irsanti, instruktur di Alterra, mengatakan banyak kliennya yang berusia di bawah 20 tahun. Mereka mengambil kelas pribadi pilates untuk memperbaiki postur tubuh yang berubah lantaran terlalu lama beraktivitas di depan perangkat elektronik. "Bahunya cenderung turun karena gadget. Lama-lama berubah posturnya," ucap Gania.

Peran pilates dalam memperbaiki postur juga membuatnya bisa menjadi alternatif olahraga bagi penderita skoliosis atau kelainan tulang belakang. Meski tidak bisa mengembalikan posisi tulang secara normal, menurut Gania, pilates setidaknya bisa mengurangi ketidaknyamanan akibat skoliosis.

Beragam manfaat yang ditawarkan dan pola latihan pilates membuat olahraga ini makin diminati, terutama oleh kaum Hawa. Hanny Tan melihat sisi positif dari hal ini. Dominasi perempuan dalam pilates membuatnya lebih nyaman dan ekspresif saat mengenakan pakaian olahraga.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus