Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Memerangi ketulian

Pusat kesehatan telinga dan gangguan komunikasi (PKTGK) diresmikan di RSCM Jakarta. Diharapkan akan mengurangi keterlambatan penanganan penderita tuli.

15 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROBI kelihatan pendiam. Dan dia tampak gagu, sementara teman sebayanya sudah ceplas-ceplos bicara. Setelah dibawa orangtuanya ke dokter, ternyata anak berusia satu tahun ini tidak mampu mendengar. Sayang, dokter hanya menyarankan agar si Robi harus menunggu enam tahun lagi untuk belajar bicara di sekolah luar biasa. Penanganan yang tak cepat itulah yang ingin diterobos Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi (PKTGK) RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pusat kesehatan yang pertama di Indonesia ini diresmikan Selasa pekan lalu. PKTGK diharapkan akan mengurangi keterlambatan penanganan penderita tuli. "Orang lahir tuli, tetapi dia tidak bisu. Kalau sejak kecil tidak ditangani, dia akan bisu, gagu, atau gagap. Kita harus melakukan penanganan sedini mungkin," kata Hendarto Hendarmin, koordinator PKTGK. Di Indonesia, pada tahun 1985 lalu diperkirakan ada 600.000 penderita tunarungu dan tunawicara. Angka penderita itu terus bertambah tiap tahun. "Infeksi telinga paling banyak menjadi penyebab ketulian pada anak-anak," kata Prof. Nurbaiti Iskandar, kepala bagian THT (Telinga Hidung dan Tenggorokan) RS Cipto Mangunkusumo. Kesulitan bicara bisa oleh berbagai sebab, misalnya terjadi gangguan saraf, kurang rangsangan dalam keluarga, atau ukuran lidahnya tak sempurna. Kondisi itu makin parah karena ketiadaan informasi yang terpadu untuk seorang penderita tuli dan gangguan komunikasi, sehingga ia mendapat saran yang keliru, yang akhirnya mempengaruhi masa depannya kelak. Kelebihan pusat kesehatan ini dibandingkan dengan klinik THT yang sudah ada, menurut Hendarto, penanganannya akan terpadu. Selama ini, katanya, penanganan penderita gangguan telinga terkotak-kotak. Dokter THT, alat pemeriksa, dokter saraf, psikolog anak, dan alat bantu dengar, masing-masing terpisah-pisah entah di mana. "Khusus untuk koordinasi THT yang multidisiplin dalam satu atap, ya, baru ini," kata Hendarto, yang juga ketua Federasi Kesejahteraan Tunarungu Indonesia itu. Kalau seorang anak datang ke pusat kesehatan tersebut, ia tidak usah ke mana-mana. Di tempat ini, antara lain, ada dokter THT, spesialis saraf, psikolog, dan ada guru untuk melatih bicara. Pusat kesehatan itu dilengkapi pula dengan beberapa peralatan, misalnya Ent Treatment Unit -- komputer untuk alat periksa telinga. Rencananya, pusat kesehatan ini akan dilengkapi dengan BERA (Brain Evoked Response Audiometer), alat untuk mengetahui kemampuan pendengaran seseorang. Tak lama lagi, fasilitas ruangnya juga ditambah dengan ruang simulasi operasi telinga dan ruang diskusi. Salah satu hambatan pemeriksaan THT di daerah adalah langkanya alat BERA. Alat itu di Indonesia cuma ada dua di Jakarta dan satu di Surabaya. Lahirnya PKTGK itu langsung mendapat sambutan dari orangtua yang mempunyai anak cacat telinga. Tercatat 24 pasien yang sudah berkonsultasi. Sebagian besar pasiennya yang berusia satu sampai empat tahun itu menderita gangguan alat pendengaran dan sulit bicara. Seorang ayah, Barnas Bursyah, bergegas membawa putranya yang menderita ketulian ke pusat kesehatan tersebut. Yudha, putra ketiganya yang berusia satu tahun itu, setelah diperiksa lewat ronsen ternyata pendengarannya rusak karena kelainan saraf. Sebelumnya, ia di Palembang pernah diperiksa di sebuah klinik THT, tapi hasilnya kurang memuaskan. Kini Yudha mulai latihan bicara. "Umumnya kami di daerah kurang informasi, walaupun sudah ke ahli THT. Dan setelah itu tak ada anjuran lagi. Akhirnya kami tangani sendiri atau menunggu," kata pegawai negeri di Palembang itu. Gatot Triyanto dan Indrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus