Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Menangkal hepatitis

Mahalnya biaya vaksinasi berakibat sejumlah bayi tak sempat terbebas dari virus. pt pharos indonesia menawarkan vaksin penangkal virus hepatitis. hollinger & safary produksi smith-kline & french.

30 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HIPPOCRATES pusing. Pada 2.000 tahun yang lalu, "dokter" Yunani Kuno itu tak kunjung menemukan, apa penyebab penyakit unik yang menyerang hati manusia. Apalagi gelala yang dialami sang pasien serupa benar dengan flu. Cuma kulitnya berubah kuning. Sayang, teknologi kedokteran masa itu belum cukup canggih untuk menemukan penyebab sang "kuning". Toh Hippocrates yakin, tentu ada sesuatu yang "menggerogoti" hati, sampai organ ini membengkak. Seandainya ia hidup di era rekayasa genetik ini, bisa jadi dialah yang menemukan Virus Hepatitis B (VHB), salah satu penyebab "kuning" (alias sakit liver) pada ratusan juta penduduk dunia. Sesungguhnya bukan hanya VHB. Ada pula jenis virus A, Non-A Non-B, dan virus delta. Namun, tetaplah virus hepatitis B yang paling ditakuti, karena bisa menjadi kronis, terlebih karena kaitannya erat dengan munculnya kanker hati di belakang hari. Sekarang ini diperkirakan, sekitar satu milyar penduduk dunia pernah tercemar VHB, dan 2 juta lebih jiwa melayang setiap tahun, akibat hepatitis B. Di Indonesia, angka yang pasti belum ada. Dari beberapa penelitian, diperoleh gambaran bahwa pengidap Hbs Ag positif -- tanda adanya virus dalam darah -- mencapai angka sekitar 10 persen. Bahkan menurut Dr. Sujono Hadi, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Cabang Bandung, hepatitis virus masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. "Malah ia ditemukan terus sepanjang tahun," kata Sujono di depan peserta Simposium Pencegahan dan Penanggulangan Hepatitis Virus, Kamis lalu di Bandung. Di luar simposium, ahli liver lain menambahkan. "Sekitar 85 persen hepatitis B pada anak-anak tidak akan sembuh, melainkan menjadi kronis dan berlarut-larut," ujar ahli itu, dr. Siti Aminah Abdurachman, dosen FK Unpad, Bandung. Karena itu, Aminah dan suaminya dr. Abdurachman Sukadi -- ahli kesehatan anak -- menyarankan program pencegahan secara dini. "Pencegahan lebih diutamakan pada bayi yang di bawah usia tiga tahun, termasuk bayi yang baru-lahir," kata Aminah. "Sebab, kelompok umur itu punya sistem kekebalan yang belum sempurna. Ia agaknya benar. Lebih-lebih bila mengingat bahwa di Asia, penularan paling senng terjadi dan ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya. Sementara itu, di Afrika, penularan lebih banyak terjadi dari satu anak kepada anak yang lain. Sampai sekarang hepatitis A diketahui menular lewat tinja, hepatitis B ditularkan lewat darah yang masuk ke tubuh, termasuk lewat transfusi, tusuk jarum, atau pisau cukur yang tercemar. Selain itu, virus ganas ini bisa pula ditularkan melalui cairan tubuh lainnya seperti air liur, cairan sperma, cairan vagina, dan lendir (ingus). Dari semua ini, yang paling sering terjadi adalah penularan lewat transfusi darah. Dalam simposium yang sama di Jakarta, Sabtu pekan lalu, soal pencegahan ramai juga diperbincangkan. Dan sebagaimana di Bandung -- malah juga di Medan dan Surabaya -- simposium di Aula FK Ul itu juga menghadirkan pembicara ahli asing. Mereka adalah Prof. Dr. F.B. Hollinger, guru besar Baylor College of Medicine, Houston, Texas, AS, dan Dr. Assadollah Safary, ahli asal Iran yang kini menjadi manajer riset klinik divisi vaksin, International Smith-Kline Biological, AS. Bagi kedua ahli itu, pencegahan bisa ditempuh melalui banyak cara, termasuk pendidikan kesehatan, pemakaian alat seperti pada transfusi -- yang bebas dari pencemaran virus, dan terakhir vaksinasi. Rupanya, tema vaksinasi kini jadi semakin penting. Dan yang pertama-tama mengganjal di sini ialah tingginya harga vaksin di Indonesia. Untuk sekah vaksinasi, pasien harus membayar 50-70 ribu rupiah. Kebetulan sekali, sekarang muncul alternatif lain, yakni sebuah vaksin hasil rekayasa genetik, yang kabarnya akan dijual dengan harga jauh di bawah harga empat macam vaksin-plasma yang ada di Indonesia kini. Vaksin yang dimaksud Hollinger dan Safary itu, dihasilkan oleh Smith-Kline & French (SKF), dan didistribusikan di Indonesia oleh PT Pharos Indonesia, sebuah perusahaan yang juga mendistribusikan beberapa merk vaksin anti-hepatitis yang lain. Seperti dikatakan Hollinger, vaksin rekombinan-DNA itu telah dibuktikan aman dan efektif. "Mestinya sekaranglah saatnya untuk memudahkan perolehan vaksin dengan harga yang murah," kata Hollinger yang kini menjabat direktur medis pusat riset untuk AIDS dan infeksi virus hepatitis di RS Administrasi Veteran, Amerika. Vaksin baru ini, menurut Manajer Public Relations PT Pharos Indonesia, Drs. T. Djoharsjah M.X., sudah didaftarkan di Departemen Kesehatan. "Saya harap satu-dua bulan lagi sudah bisa beredar di sini," kata Djoharsjah. Tanpa vaksin ini, Hollinger memperkirakan, masalahnya akan semuskil AIDS, penyakit yang juga berjangkit karena sejenis virus ganas. "Bedanya adalah, untuk hepatitis kita sudah punya vaksin, sementara untuk AIDS belum ada yang memuaskan semua pihak," katanya. Maka, menurut Hollinger, di Amerika sekarang, semua bayi yang lahir dari ibu dengan Hbs Ag positif pasti tak luput dari vaksinasi. Begitu pula para dokter, dokter gigi, dan perawat. Sementara itu, kelompok risiko tinggi yang lain, seperti pecandu obat bius dan kaum homoseksual, juga diutamakan untuk vaksinasi serupa. Syafiq Basri (Jakarta), Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus