Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEKERJA di sektor pertanian menjadi pilihan masa depan Hilman Solahudin, 45 tahun. Ia menjadi perawat tanaman selada dengan sistem hidroponik di lahan milik Endang Romdon, 58 tahun, di Jalan Otista, Dusun Bunirasa, Desa Pawindan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di lahan tidak produktif milik Endang itu, Hilman mengisi waktu luang selama masa pandemi Covid-19 dengan menanam selada di 10 ribu lubang sistem hidroponik lantaran melihat potensi permintaan untuk kebutuhan pasar lokal dan rumah makan belum terpenuhi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Total permintaan pasar mencapai satu kuintal per hari, sedangkan petani hanya mampu memproduksi 33 kilogram per hari dengan harga Rp 13 ribu per kilogram,” kata Hilman kepada Tempo, Jumat, 18 Desember lalu.
Pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif pada masa pandemi Covid-19. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor pertanian tumbuh sebesar 19,24 persen pada kuartal II dan 2,19 persen pada kuartal III. Kontribusi terbesar berasal dari subsektor perkebunan.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sejumlah sektor menyumbangkan kontribusi positif terhadap produk domestik bruto di kuartal III 2020, antara lain pertanian, perkebunan, pendidikan, informasi-komunikasi, dan kesehatan. Begitu juga industri pengolahan dan perdagangan.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance Eko Listiyanto menyebutkan, jika dilihat dari indikator makroekonomi Indonesia pada masa new normal, ada beberapa sektor yang relatif meningkat. “Ini ada UMKM sektor pertanian yang juga (turut) terkena dampak,” ucap Eko dalam dialog industri bertajuk "UMKM sebagai Penggerak Kebangkitan Ekonomi Nasional" yang digelar Sampoerna untuk Indonesia bekerja sama dengan Tempo Media Group, awal pekan lalu.
Dua kali dalam setahun BPS rutin merilis angka pengangguran. Pada Agustus lalu, jumlah penganggur terbuka mencapai 9,77 juta atau naik 2,67 juta dari Agustus 2019. Tambahan angkatan kerja baru tercatat 2,36 juta orang.
Dari data BPS, secara keseluruhan jumlah pekerja yang terkena dampak pandemi Covid-19 mencapai 29,12 juta, 70 persen di antaranya tinggal di kawasan perkotaan. Sebanyak 2,56 juta menjadi penganggur dan 24,03 juta mengalami pengurangan jam kerja.
Sisi sektoral menunjukkan pergeseran alokasi tenaga kerja dalam tujuh tahun terakhir, sejak 2013 hingga 2019. Jumlah individu yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan setiap tahun rata-rata berkurang 592 ribu orang. Namun pada Agustus tahun ini jumlahnya malah bertambah 2,8 juta orang sehingga total pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan menjadi 38,2 juta, atau naik 7,9 persen dibanding pada Agustus tahun lalu.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan jumlah angkatan kerja pada Agustus lalu sebanyak 138,22 juta orang atau naik 2,36 juta dibanding pada periode yang sama 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja naik sebesar 0,24 persen poin.
Sedangkan penduduk yang bekerja sebanyak 128,45 juta orang atau turun 0,31 juta orang dari Agustus 2019. Lapangan kerja yang mengalami peningkatan persentase terbesar berada di sektor pertanian (2,23 persen poin). Sedangkan sektor yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan (1,30 persen poin).
“Sebanyak 77,68 juta orang atau 60,47 persen bekerja pada kegiatan informal, naik 4,59 persen poin dibanding Agustus 2019,” Suhariyanto menjelaskan. Dalam setahun terakhir, persentase pekerja setengah penganggur dan persentase pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 3,77 persen poin dan 3,42 persen poin.
Namun penduduk usia kerja di Indonesia naik dari 201,19 juta pada Agustus 2019 menjadi 203,97 juta pada Agustus lalu. Sebagian besar penduduk usia kerja, yaitu 67,77 persen atau 138,22 juta orang, merupakan angkatan kerja yang terdiri atas 128,45 juta penduduk bekerja dan 9,77 juta penganggur.
Untuk menarik minat generasi muda agar bersedia terjun ke sektor pertanian, pekan lalu Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar forum West Java Food and Agriculture (WJFA) Summit 2020. Acara tersebut melibatkan perbankan untuk mendukung sektor pangan dan pertanian daerah.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan forum WJFA Summit diharapkan menarik minat masyarakat, terutama kaum muda, untuk memanfaatkan lahan-lahan yang “menganggur”. Penjualan hasil pertanian juga diupayakan tidak lagi dengan cara konvensional sehingga ekspor dapat berjalan dengan maksimal.
Langkah tersebut diambil sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan akibat defisit sejumlah komoditas pangan strategis. WJFA Summit akan dijadikan forum rutin yang tujuannya menyiapkan Jawa Barat menjadi provinsi mandiri pangan. “Karena ada indikasi yang mengarah ke sana (krisis pangan). Jangan sampai Jawa Barat krisis suplai pangan pada 2021,” tuturnya.
ROMMY ROOSYANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo