INI para ahli makin yakin, ada hubungan erat antara kanker hati, sirosis, dan Hepatitis-B. Di Jepang, sekitar 85% korban kanker hati Karsinoma hepatoseluler terungkap berkaitan dengan sirosis -- peradangan kronis disertai pembentukan jaringan parut di hati. Lalu, 25% penderita kanker ganas ini terbukti pernah terinfeksi virus Hepatitis-B. Setiap tahun di seluruh dunia diperkirakan sekitar 250 ribu orang terserang kanker ini. Di Jepang, data 1985 menunjukkan bahwa 19 ribu orang mati karena kanker hati, dan 90% di antaranya penderita Karsinoma hepatoseluler. Menurut Prof. Takeo Wada, Rektor Universitas Sapporo yang jadi pembicara tamu pada diskusi ilmiah penanggulangan kanker di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, Kamis pekan lalu ada kecenderungan kanker hati lebih banyak terjadi di daerah selatan ketimbang di bagian utara Jepang. Dan di daerah selatan itu jumlah carrier (pengidap sehat) Hepatitis-B juga lebih tinggi daripada di bagian utara. "Di utara jumlah carrier satu persen, sedangkan di selatan angkanya mencapai tiga persen dari jumlah penduduk." kata Wada, sebagaimana dikutip dr. H.M. Sjaifoellah Noer, ahli liver yang jadi moderator diskusi itu. Menurut Sjaifoellah Noer, jumlah carrier di Asia tergolong tinggi. "Di Indonesia," kata Sjaifoellah, "jumlah carrier mencapai kitar lima persen dari jumlah penduduk." Hampir separuh dari sekitar 9 juta jiwa carrier mengalami sirosis hati. Nah, ini penting, 10% dari yang 4,5 juta itu akan jadi penderita kanker di belakang hari. Toh itu tidak berarti 90% yang tidak kena kanker dalam keadaan sehat. Banyak yang keburu mati digerogoti komplikasi sirosis, belum kanker hati sempat didiagnosa. Komplikasi sirosis dan kanker hati itulah yang membuat para ahli kemudian melihat Hepatitis-B menjadi masalah serius -- selain penularan virusnya sendiri. Pada konperensi internasional penanggulangan Hepatitis-B di Geneva akhir Februari lalu, Prof.B.S. Blumberg dari Pusat Kanker Fox Chase, Philadelphia, Pennsylvania, AS, memperkirakan 2 juta orang mati tiap tahun akibat Hepatitis-B, dan hampir 300 juta orang jadi carrier kronis sekarang ini. Selain itu, mirip dengan di Jepang 80% kanker hati berkaitan erat dengan infeksi virus Hepatitis-B. Untungnya, kini dunia sudah mengenal cara pencegahan terhadap Hepatitis-B secara efektif, yakni dengan vaksinasi. Ini tak lain berkat penemuan antigen permukaan virus B pada orang-orang Aborigin Australia oleh Blumberg pada 1971. Antigen Australia itu kemudian populer dengan nama Hepatitis-B surface Antigen (HBs Ag). Maka, sejak awal 1980-an, makin banyak vaksin dibuat berdasarkan HBs Ag-nya Blumberg. Belakangan, para ahli juga membuat vaksin rekombinan asal ragi. "Berdasarkan pengalaman dan riset yang cukup lama, vaksin ini terbukti sangat efektif dan aman," ujar Blumberg. Blumberg mengakui bahwa sekarang banyak vaksin dijual orang. Ini, katanya, baik saja selama hasilnya bermanfaat untuk orang banyak. "Semakin banyak vaksin dibuat, saya kira harganya bisa semakin murah," katanya. "Lagi pula, bukankah jumlah yang harus divaksinasi juga selalu bertambah dari waktu ke waktu?" Pembicara lain pada konperensi Geneva. F.E. Andre dari SmithKline Biologicals, menyebutkan sejak Juni 1986 hingga November 1988, sudah lebih dari 4 juta dosis vaksin asal-ragi dipakai. "Syukurlah, dari jumlah itu hanya terjadi 307 reaksi penolakan," ujar Andre. Dengan demikian, sebetulnya pemberantasan Hepatitis-B bukan soal yang terlalu sulit -- kalau saja ada tekad dari semua pihak. Prof. S. Sherlock, wanita yang dikenal sebagai "nabi" penyakit hati dari Royal Free ospital, London, dan juga hadir di Geneva, menambahkan "Pencegahan dengan vaksinasi jelas merupakan cara paling efektif untuk menurunkan tingginya angka Hepatitis-B di dunia." Imbauan memberantas Hepatitis-B sudah dijawab oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, yang bertekad memberantas semua kasus Hepatitis-B akut dan kronis pada tahun 2010. Untuk itu, menurut Y. Ghendon dari WHO Geneva, program global ini dibagi menjadi tiga tahap. "Tahap pertama kita mulai 1989 ini hingga 1993 nanti, antara lain dengan menggalakkan vaksinasi," kata Ghendon. Bagaimana dengan Indonesia? Syafiq Basri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini