Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Perempuan berjenggot

Disertasi M Roem Rowi dinilai cum laude di universitas al-azhar, kairo. berjudul "upaya hamka menafsirkan quran, dalam bukunya al-azhar". promotor menganjurkan rowi melakukan studi tahqiq.

6 Mei 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Universitas Al-Azhar, Mesir, nama Hamka dibicarakan. Bulan lalu sebelum Ramadan tiba, M. Roem Rowi mengajukan disertasi di sana untuk meraih gelar doktornya berjudul Upaya Hamka Menafsirkan Quran, dalam Bukunya Al-Azhar. Tim penguji memberi nilai cum laude kepada dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. Seperti dalam sidang ilmiah lain di AlAzhar, para mahasiswa berduyun menghadirinya, terutama yang dari Asia Tenggara. Rowi membacakan disertasinya selama tiga jam penuh. Tim penguji, Prof Dr. Hashem Abdel Fattah Godah dan Prof. Dr. Muhammad Amin Abubakar Muawad, serta promotor Prof. Hiabal dan Prof. Dr. Gomah Ali Abdel Qadir tenang mendengarkan dan mengajukan pertanyaan yang tak terlalu berarti. Nama Al-Azhar pada tafsir Hamka itu tentu tak berkait langsung dengan Al Azhar di Kairo itu. Nama itu lebih berhubungan dengan Masjid Al-Azhar, Jakarta, tempat Hamka (almarhum) sehari-hari berada. Dalam tafsir tersebut, menurut Rowi, Hamka menggunakan sejumlah cara. Yakni menggabungkan penafsiran secara naql dengan aql (tekstual dan kontekstual), menghindari pengaruh fanatisme mazhab, bersandar pada ayat lain, Quran dan hadis sahih, menghindari membahas hal-hal rinci. Hamka juga mengikuti metode tafsir Al-Manaar dari Muhammad Abduh dan Rashid Ridla dan Fi Zilaalil Quran oleh Sayyed Qutb. Hamka punya ciri khas. Ia selalu memulai setiap surah dengan pengantar. Di samping menyebut nama dan jumlah ayat, ia juga menyebutkan di mana ayat itu diturunkan, sebab-sebabnya apa, dan bilamana ayat itu berlaku. Ini tentu memudahkan pembaca Tafsir Al-Azhar untuk untuk memahami ayat-ayat dalam surat tersebut. Namun, cara Hamka itu "tradisional" karena selalu mendahulukan fi'il daripada ism -- sebagai cara penulisan Arab. Sedangkan kaidah bahasa Indonesia mendahulukan subyek sebelum kata kerja. Selain itu, Hamka banyak memakai kutipan yang diambil dari para ahli tafsir, mufassirin. Sayangnya, menurut Rowi, sumber kutipannya tak disebutkan nash aslilla -- bahkan di catatan kaki pun tidak. Yang diambil langsung justru tarjamahnya saja. Sedangkan dalam merujuk hadis Hamka tak melengkapinya dengan rangkaian sanad-nya, yaitu pertautan pada Rasulullah. Bisa jadi Hamka tidak suka berpanjang-panjang. Tapi Hamka memang sengaja memberi kesempatan para pengritiknya untuk merujuk sumber asli apakah sahih atau tidak. Begitulah bunyi rujukan Rowi yang dipetik dari TafsirAI-Azhar jilid 27 halaman 169. Seperti tafsir-tafsir abad ini, Tafsir AlAzhar tak memberi porsi pada cerita Israiliyat. Pada beberapa bagian, Hamka malah memperlihatkan kemandirian pendapatnya dalam memahami Quran, seperti dalam wudu. Banyak ulama memperdebatkan cara berwudu seorang wanita berjenggot lebat. Ada yang berpendapat wanita itu harus menyiram seluruh jenggotnya. Ada yang ngotot agar wanita itu cukup mengusapnya saja. Terhadap silang pendapat seperti itu, Hamka memilih pikiran sederhana tapi menyelesaikan masalah -- walau pendekatannya itu sama sekali bukan fikih. Menurut Hamka, soal wudu bagi wanita berjenggot tak perlu diributkan. Apalagi sekarang, dari tiga juta perempuan belum tentu terdapat tiga yang berjenggot lebat. Bila ada? "Dicukur saja lebih menambah wanita itu molek," ujar Hamka. Dan perkaranya selesailah sudah. Dalam menafsirkan Quran, Hamka mengambil banyak sumber. Selain Quran dan hadis, ia mengutip para sahabat dan tabi'in, mereka yang dari periode setelah sahabat. Selain itu ia juga merujuk kitab-kitab tafsir dasar, apakah Al-Ma'thur yang menafsirkan apa adanya dari nabi atawa tafsir Fil Ra'y Al Jaaiz yang mengutamakan rasio "sebatas yang boleh". Tafsir kelompok pertama yang ditoleh Hamka misalnya Al-Tabari. Sedang dari kalangan Ra'y misalnya Tafsir Al-Razi dan Qurthubi. Sebagai contoh, ketika Hamka menafsirkan Surah Thaha ayat 17. Tentang ayat ini, Hamka menerjemahkan langsung penafsiran Al-Razi. "Alangkah bagusnya penafsiran Al-Razi tentang ayat ini," puji Hamka. Sedangkan untuk ayat 9 Surah Al-Tahrim, Hamka seirama dengan Qurthubi. Bagaimanapun, menurut Rowi, Tafsir Al-Azhar adalah tafsir paling komplet dalam jajaran tafsir di Indonesia. Tafsir Al-Furqan-nya Ahmad Hassan (beredar 1928) hanya menjelaskan segi hukum serta sedikit penjelasan tentang ayat. Al-Quran dan Tarjamahannya keluaran Departemen Agama sejak 1965, lebih banyak menguraikan penafsiran dengan cara menjelaskan bentuk bangun kalimat yang menuju pemahaman ayat secara keseluruhan. Dan Tafsir Al-Bayaan dan Tafsir Al-Nuur yang ditulis Prof. Dr. Hasby Assidieqi tahun 1971 dan 1956 cenderung menjelaskan ayat dengan ayat lain. Agaknya kekurangan kajian Rowi, ia hampir tidak melontarkan kritik. Hanya pada beberapa bagian ia menyebutkan kekurangan Hamka dalam Tafsir AlAzhar. Padahal, kata Profesor Hiabal, Hamka itu manusia biasa. Artinya, bisa juga salah. Dan kecenderungan Hamka mengikut tafsir kontemporer Al-Manaar atau Al-Razi bisa merupakan kajian tersendiri. Sementara itu, ada tulisan di rubrik Ruang Tafsir buletin Intelekual yang terbit di Bogor yang mengkritik Al-Manaar sebagai tafsir yang "banyak mengandung keraguan". Sedangkan Tafsir Al-Razi diserupakan dengan Al-Jawaahir yang disebut, "Segalanya ada dalam kitab tafsir beliau, kecuali Tafsir." Promotor sempat menganjurkan Rowi melakukan studi tahqiq, yaitu menelusuri keabsahan ilmiyah Tafsir Al-Azhar. "Tapi yang penting Tafsir Al-Azhar mempunyai tingkatan yang baik sebagai pegangan," tulis Rowi. Ia sudah 13 tahun bergumul dengan buku tafsir Hamka itu, yang kini muncul juga pengakuan dari Universitas Al-Azhar, perguruan tinggi yang berdiri sejak abad X semasa Daulah Fathimiyah berkuasa.ZU dan Djafar Bushiri (Kairo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum