Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajah Profesor Sri Rezeki S. Hadinegoro, peneliti vaksin dari Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sumringah. Sambil menikmati nasi kuning di piring, lengkap dengan lauk dan urapnya, senyum Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia itu berkali-kali mengembang. “Kita belajar soal vaksin sambil makan tumpeng,” katanya renyah.
Selasa siang pekan lalu, bersama 50-an dokter anak koleganya di RSCM, plus staf medis dari lima pusat kesehatan masyarakat di Jakarta, Sri tengah menggelar pelatihan khusus. Hajatan selama tiga hari di Gedung Prodia Jakarta itu diadakan berkaitan dengan keterlibatan Indonesia untuk pertama kalinya dalam penelitian vaksin demam berdarah dengue, penyakit dengan angka kejadian cenderung tinggi di Tanah Air.
Rupa-rupa materi disampaikan dalam pelatihan, seperti prosedur kunjungan, manajemen penanganan demam dengue yang parah, dan rancangan pengawasan. Semua itu dilakukan Sri berkaitan dengan rencana pemberian vaksin demam berdarah dengue secara massal di Jakarta mulai Rabu pekan ini. Kegiatan itu merupakan bagian dari uji klinis tahap ketiga oleh Sanofi Pasteur, divisi vaksin dari Grup Sanofi-Aventis, pemilik vaksin sekaligus sponsor penelitian.
Selain di Jakarta, vaksinasi dilakukan di Bandung dan Denpasar. Total 2.000 anak berusia 2-14 tahun ditargetkan mendapat suntikan vaksin demam berdarah. Selain di Indonesia, suntikan vaksin yang sama dilakukan di empat negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia. Targetnya, sebanyak 10 ribu responden bisa dijaring dalam uji klinis ini.
Demam berdarah dengue adalah infeksi berat yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi olehnya. Jika nyamuk ini menggigit orang yang sehat, orang tersebut akan menderita demam dengue, atau demam berdarah dengue—jika kondisinya makin berat.
Di Indonesia, kasus demam berdarah dengue terus meningkat dari tahun ke tahun, meski angka kematiannya dapat ditekan. Tahun lalu, virus ini gentayangan dan mencari mangsa di 33 provinsi, merambah 400 kabupaten/kota. Kementerian Kesehatan mencatat ada 155.777 kasus dengan total kematian 1.358 orang (0,84 persen). “Sepanjang masih ada hujan, demam berdarah dengue masih mengancam,” kata Sri.
Di Jakarta, selain melibatkan para dokter spesialis anak FKUI-RSCM, vaksinasi massal gratis itu akan melibatkan tim medis dari puskesmas Pasar Minggu, Koja, Senen, Tambora, dan Jatinegara. Ditargetkan ada 800 anak yang mendapatkan vaksinasi demam berdarah. Namun, pada hari pertama, vaksinasi baru akan dilakukan di Koja dan Jatinegara, dengan masing-masing sepuluh anak saja. Evaluasi akan dilakukan setelahnya.
“Jika semua beres dan bagus, kita lakukan terus di lima puskesmas hingga dua bulan mendatang,” ujar Sri, penanggung jawab penelitian di Jakarta. Menurut dia, dalam sehari, kemampuan tim medis paling banyak menangani 30 anak. Sebab, prosedur yang harus dilakukan cukup njelimet. Misalnya, tim medis harus mengecek identitas, menjelaskan prosedur secara detail, mengajarkan penggunaan termometer bila ada anak yang demam, dan menulis laporan harian. Tak kalah penting: mengecek kemungkinan adanya penyakit serius yang diderita si anak, misalnya leukemia. “Untuk satu anak bisa habis waktu sejam,” kata Sri. “Intinya, vaksinasi hanya diberikan kepada anak yang sehat.”
Vaksinasi akan diberikan tiga kali, yakni bulan ke-0, 6, dan 12. Setelah itu, kondisi responden akan dipantau hingga 2016. Selain untuk mengetahui pembentukan antibodi, pemantauan dilakukan untuk mengetahui jika ada efek samping yang muncul. Walau hasil uji klinis tahap kesatu dan kedua dinyatakan aman, ujar Sri, “Kita tetap memantau kemungkinan adanya efek samping pada uji klinis tahap ketiga. Misalnya nyeri, bengkak, dan pusing setelah disuntik.”
Menurut Sri, vaksin yang akan dipakai kali ini menggunakan teknologi rekombinan dan rekayasa asam deoksiribonukleat (DNA). Rekombinan adalah bentuk genetis atau keturunan yang diperoleh melalui proses pemindahan dan penyusunan gen baru yang tidak terdapat pada induk. Nah, vaksin ini menggunakan selongsong virus dengue yang DNA aslinya dihilangkan, lalu diisi DNA yellow fever. Yellow fever dipilih karena sudah ada vaksinnya, sudah diketahui perilakunya, dan terbukti aman. “Teknologi ini juga lazim disebut dengan chimeric,” ujarnya.
Dokter Erma Handayani, koordinator Puskesmas Senen, optimistis vaksinasi massal akan sukses. Apalagi, sebelumnya, orang tua para responden sudah dipanggil untuk mendapat penjelasan. Yang pasti, kata Erma, vaksinasi akan diberikan secara sukarela. Pihak anak dan orang tua harus sama-sama setuju.
Optimisme juga disampaikan Kusnandi Rusmil, dokter spesialis anak yang menjadi penanggung jawab tim peneliti di Bandung. Di wilayah ini, vaksinasi akan dilakukan di Puter, Puskesmas Garuda, dan Puskesmas Kiaracondong (Ibrahim Adjie). Ketiga tempat itu dipilih karena faktor kesiapan dan keterampilan para petugasnya, plus fasilitas gedungnya yang memadai. Vaksinasi akan dilakukan pada 13-14 Juni mendatang.
“Kami juga sudah sering melakukan kerja sama penelitian dengan mereka,” ujar Kusnandi saat ditemui di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Senin pekan lalu. “Mereka siap menyukseskan program ini.” Kepala Puskesmas Garuda dokter Utus Indrawati juga menyatakan kesiapan timnya. Apalagi, sebelumnya, mereka sudah melakukan sosialisasi langsung kepada para orang tua responden. “Kalau uji vaksin ini nanti berhasil, tentu akan bisa menurunkan kasus demam berdarah di Bandung,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Gunadi Sukma.
Profesor Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, juga berharap uji klinis tahap ketiga tersebut berhasil, sehingga vaksin demam berdarah dengue segera bisa tersedia di pasaran.
Dwi Wiyana, Angga Sukma (Bandung)
Berharap Sel Memori Bagus
Setelah disuntikkan, selain menciptakan kekebalan, vaksin sangat diharapkan mampu membuat sel memori. Dengan cara itulah, jika ada virus yang sama dari alam masuk ke tubuh orang yang sudah divaksinasi, sel-sel itu akan gampang mengenali, lalu membuat antibodi, dan selanjutnya menghajar virus tersebut hingga keok.
- Virus dengue yang belum direkayasa, yang disuntikkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
- Virus dengue sebagai antigen dengan isi dalam nya diisi dengan DNA yellow fever
- Virus dengue yang masih asli terlihat dikeroyok virus dengue yang telah direkayasa hingga mati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo