Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Saat memasuki hubungan jangka panjang kebanyakan diri kita merasa bingung, apakah ini cinta atau ternyata hanya nafsu belaka? Apakah Anda masih ingin bersama dengan orang ini beberapa tahun ke depan? Bagaimana Anda tahu pasti? Apakah memang benar ada caranya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ilmuwan telah melakukan penelitian tentang otak manusia dan bagaimana reaksi tersebut saat seseorang jatuh cinta selama beberapa dekade. Ada serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Dr. Helen Fisher di Universitas Rutgers dalam ilmu daya tarik manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanda-tanda berikut ini akan mengkonfirmasi jika Anda memang sedang jatuh cinta atau hanya untuk bersenang-senang:
1. Berpikir bahwa dia adalah satu-satunya
Saat Anda sedang jatuh cinta, Anda mulai berpikir bahwa kekasih Anda adalah seseorang yang unik. Keyakinan itu ditambah dengan tidak merasakan gairah romantis pada orang lain. Fisher dan rekan-rekannya percaya bahwa pikiran kekasih Anda merupakan satu-satunya ini berasal dari peningkatan kadar dopamin pusat (bahan kimia yang terlibat dalam perhatian dan fokus) di otak Anda.
2. Berfokus pada sisi positifnya
Orang-orang yang benar-benar jatuh cinta cenderung fokus pada kualitas positif dari kekasih mereka, sambil mengabaikan sifat-sifat negatifnya. Mereka juga berfokus pada kejadian sepele dan benda-benda yang mengingatkan mereka pada orang yang mereka cintai, juga melamun tentang momen dan kenang-kenangan kecil yang dilalui bersama.
Perhatian yang terfokus ini juga dipikirkan akibat peningkatan kadar dopamin sentral, serta lonjakan norepinefrin sentral, yaitu zat kimia yang terkait dengan peningkatan ingatan akan adanya rangsangan baru.
3. Selalu memikiran dia
Orang-orang yang jatuh cinta melaporkan bahwa mereka menghabiskan rata-rata lebih dari 85 persen jam waktu mereka untuk merenungkan "objek cinta mereka", menurut Fisher. Selalu memikirkan “objek cinta” hingga mengganggu pikiran lain adalah bentuk perilaku obsesif. Hal ini disebabkan dari penurunan kadar serotonin sentral di otak, yaitu suatu kondisi yang telah dikaitkan dengan perilaku obsesif sebelumnya.
4. Memikirkan dan merencanakan masa depan
Anda ingin berkomitmen pada pasangan Anda dan memikirkan masa depan. Anda bermimpi hari tentang menikah dan memiliki anak dengannya. Anda pasti bisa melihat diri Anda menghabiskan sisa hidup Anda dengan dia. Anda ingin eksklusif dengan mereka dan bersedia melakukan apapun yang diperlukan untuk membuat hubungan bekerja.
5. Perasaan empati
Orang yang sedang jatuh cinta pada umumnya merasakan rasa empati yang kuat terhadap kekasih mereka, merasakan rasa sakit orang lain sebagai milik mereka juga dan bersedia mengorbankan apapun untuk orang lain.
6. Menyelaraskan kepentingan
Jatuh cinta ditandai oleh kecenderungan untuk menyusun ulang prioritas harian Anda dan atau mengubah pakaian, perilaku, kebiasaan, atau nilai Anda agar lebih sesuai dengan keinginan Anda.
Menurut studi Fisher lainnya, yang dipresentasikan pada tahun 2013 pada konferensi "Menjadi Manusia", dia menemukan bahwa orang tertarik pada hal yang berlawanan, setidaknya "otak-kimiawi" mereka yang berlawanan.
Misalnya, penelitiannya menemukan bahwa orang-orang dengan apa yang disebut kepribadian dominan testosteron (sangat analitis, kompetitif dan emosional) sering tertarik pada pasangan dengan kepribadian yang terkait dengan tingkat estrogen dan oksitosin yang tinggi. Individu-individu ini cenderung memiliki sifat berempati, memelihara, percaya dan prososial, dan introspektif(mencari makna dan identitas).
7. Ketergantungan emosional
Orang yang saling mencintai secara teratur menunjukkan tanda-tanda ketergantungan emosional pada hubungan mereka, termasuk sikap memiliki, kecemburuan, takut ditolak, dan kecemasan pemisahan. Misalnya, Fisher dan rekan-rekannya melihat otak individu yang melihat foto orang yang dicintai yang ditolak, atau seseorang yang masih mereka cintai setelah ditolak oleh orang itu.
Pencitraan Resonansi Magnetik Fungsional (FMRI) menunjukkan aktivasi di beberapa daerah otak, termasuk daerah otak depan seperti gyrus cingulate yang telah terbukti berperan dalam kecanduan kokain. "Aktivasi daerah yang terlibat dalam kecanduan kokain dapat membantu menjelaskan perilaku obsesif yang terkait dengan penolakan dalam cinta," para peneliti menulis pada tahun 2010 di Journal of Neurophysiology.
8. Perubahan emosi dan suasana hati yang esktrem
Studi membuktikan bahwa cinta adalah salah satu hal yang paling adiktif di dunia. Akibatnya, seseorang yang jatuh cinta menghadapi perubahan mood yang ekstrem. Orang cenderung tercampur aduk antara perasaan positif dan perasaan negatifnya, terutama jika ada set-back pada fase awal hubungan. Studi telah menemukan bahwa perilaku semacam itu serupa dengan kecanduan narkoba.
9. Merubah diri menjadi lebih baik
Anda akan melakukan apa saja untuk pasangan Anda dan benar-benar ingin menjadi orang yang lebih baik untuk menyenangkan mereka. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa orang yang sedang jatuh cinta cenderung mengubah kebiasaan dan tingkah laku mereka agar lebih sesuai dengan pasangannya. Jadi, jika Anda sudah mulai mengutamakan preferensi pasangan Anda, Anda pasti sedang jatuh cinta.
10. Memiliki rasa posesif
Sepasang kekasih yang sangat mencintai biasanya saling mengalami hasrat seksual. Namun terdapat juga ikatan emosional yang kuat, berupa hasrat seksual digabungkan dengan sikap terikat, keinginan untuk eksklusivitas seksual, dan kecemburuan ekstrem saat pasangan dicurigai selingkuh.
Kepemilikan posesif ini diperkirakan telah berevolusi sehingga orang yang memiliki rasa cinta akan memaksa pasangannya untuk menolak siapapun, sehingga memastikan bahwa hubungan mereka tidak terganggu oleh apapun dan siapapun.
FILTERCOPY.COM | LIVESCIENCE.COM