Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mi instan kerap kali dijadikan pilihan bila sedang malas memasak atau membeli makanan di luar. Selain karena sangat mudah dimasak, mi instan juga memiliki banyak varian rasa. Bahkan, salah satu produk mi instan buatan Indonesia sudah mendunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena sangat mudah disajikan dan bisa dikonsumsi oleh semua usia, muncul pertanyaan apakah anak-anak boleh makan mi instan. Untuk menjawab itu, spesialis gizi klinik Gaga Irawan menyarankan untuk melihat dulu apa isi mi dari informasi nilai gizi yang ada pada kemasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biasanya, sebungkus mi instan mengandung:
- Karbohidrat (tepung terigu) 54 gram
- Lemak 14 gram
- Protein 8 gram
- Natrium 1.070 mg (1 gram)
- Serat 2 gram
Energi total: 380 kkal
Energi dari lemak: 130 kkal
"Kalau lihat kandungannya, mi instan itu tinggi energi dari tepung terigu dan minyak, rendah protein, rendah serat, dan tinggi garam," jelas dr Gaga di akun Instagramnya.
Jadi, menurutnya mi instan boleh untuk anak yang kurus dan sulit makan sebagai variasi dari nasi. Sedangkan untuk anak obesitas sangat tidak dianjurkan karena dapat dengan mudah meningkatkan berat badan akibat tingginya kandungan karbohidrat olahan dan minyak.
Apabila mi menjadi pengganti nasi, Gaga merekomendasikan untuk menambahnya dengan makanan sumber protein hewani, seperti daging, ikan, ayam, telur, dan protein nabati seperti kacang, tahu, tempe, serta sayuran untuk menambah kandungan protein dan serat.
"Bagi anak yang kurus atau sulit makan, mi instan bisa digunakan sebagai camilan atau selingan untuk menambah asupan energi," jelas Gaga.
Akan tetapi, dia merekomendasikan hanya makan 1-2 bungkus sehari dengan catatan bumbunya dikurangi hingga setengahnya karena kandungan garam yang tinggi pada bumbu dapat meningkatkan risiko hipertensi saat anak menjadi dewasa.