Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NYONYA Murni tampak nikmat menyantap makan siangnya. Dalam piring itu terdapat nasi, bobor kangkung, perkedel kentang, serta sebutir telur yang diolesi sambal balado. Ada pula buah pisang untuk pencuci mulut. "Di sini enak. Bukan hanya makanan dan fasilitasnya, perawatnya telaten mengecek kesehatan semua pasien,'' katanya.
Rabu pekan lalu, Tempo berbincang dengan ibu dari dua anak itu. Dia berada di ruang rawat inap bersalin kelas tiga di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tebet, Jakarta Selatan. Walau dihuni tujuh pasien, ruangan berukuran 6 x 4 meter itu terasa nyaman karena berpendingin udara. Di sana juga ada sebuah televisi dan kamar mandi yang bersih.
Dulu, warga Pangadegan, Jakarta Selatan, itu juga melahirkan anak pertamanya di puskesmas tersebut. Murni selalu menyukai makanan yang disajikan. Selain makanan utama, pagi hari pasien mendapat segelas susu dan semangkuk bubur kacang hijau. Sorenya, mereka disuguhi kue serta segelas teh.
Tarifnya pun murah. Paket persalinan selama tiga hari untuk pasien kelas III seperti Nyonya Murni hanya Rp 150 ribu, ditambah biaya perawatan Rp 40 ribu per hari. Biaya ini jauh lebih kecil dengan klinik swasta di Jakarta. "Sebuah klinik swasta yang pernah saya hubungi, biayanya mencapai Rp 3 juta untuk paket serupa,'' kata Nana, seorang perawat di puskesmas itu.
Di tengah buruknya pelayanan sebagian besar rumah sakit dan klinik di negeri ini, Puskesmas Tebet memang patut diacungi jempol. Inilah satu dari empat puskesmas di Jakarta yang telah mendapat sertifikat International Organization for Standardization atau ISO 9001 dua tahun lalu untuk mutu pelayanan. "Ukurannya kepuasan pelanggan. Itulah yang dipersyaratkan ISO,'' kata dr Zulhaimi Hadi, Kepala Puskesmas Tebet.
Zulhaimi selalu melakukan evaluasi internal empat kali setahun untuk menjaga mutu pelayanan. Temu pelanggan dilakukan dua kali setahun untuk mendapatkan kritik masyarakat. Kotak pengaduan juga disediakan. Saran dan kritik lewat surat-surat yang masuk, paling tidak, sehari setelah diterima harus bisa ditemukan pemecahannya.
Untuk menjaga kebersihan, Puskesmas Tebet menyewa secara khusus biro jasa kebersihan. Lantai dipel setiap kali kelihatan kotor, sehingga bisa tiga hingga empat kali sehari. Kamar mandi pun selalu dibersihkan sehingga tidak berbau pesing.
Semua peralatan kesehatan di sana selalu dikalibrasi. Ada yang enam bulan sekali atau setiap tahun, tergantung jenis alat. Ini juga salah satu persyaratan ISO.
Puskesmas berlantai tiga di Jalan Prof Soepomo itu juga dilengkapi berbagai unit, dari unit anak-anak, penyakit dalam, penyakit gigi, sampai neurologi. Sebagian dokter spesialis di sana merupakan dokter bantu dari Dinas Kesehatan Jakarta. Ada juga semacam Unit Gawat Darurat (UGD), tapi karena perangkat peralatannya belum selengkap rumah sakit, disebut Unit Pelayanan 24 Jam. Tiga mobil ambulans siap setiap saat melayani pasien.
Membawahkan delapan puskesmas tingkat kelurahan, Puskesmas Tebet diperkuat 141 tenaga medis seperti apoteker, bidan, perawat, ahli rontgen, tenaga farmasi. Ini belum termasuk 66 tenaga honorer serta puluhan mahasiswa kedokteran Universitas Trisakti yang rutin melakukan Praktek Kuliah Lapangan (PKL).
Bukan hanya Murni, Nyonya Herna juga merasa puas terhadap pelayanan di sana. Wanita 33 tahun ini datang ke Puskesmas Tebet untuk merawat giginya. Dengan membayar karcis Rp 2.000 serta biaya perawatan Rp 6.000 per gigi, dia sudah mendapatkan pelayanan bak di sebuah klinik gigi swasta. Bandingkan dengan biaya di klinik swasta yang bisa mencapai Rp 80 ribu untuk sekali periksa. "Kalau kita berobat ke klinik swasta, kesannya sudah sangat komersial," katanya.
Semula Herna enggan pergi ke puskesmas. Dalam benaknya terbayang ruangan yang jorok, pelayanan yang buruk, dokter yang jarang bertugas. Ternyata kesan buruk itu sirna begitu ia menginjakkan kaki di Puskesmas Tebet.
Para pemegang kartu Asuransi Kesehatan (Askes) pun tidak dianaktirikan. Mereka malah diberi ruang pelayanan khusus dan dilayani lebih cepat. Yang jadi masalah justru antrean panjang pasien umum yang belum teratasi. Maklum, Puskesmas Tebet mesti melayani sekitar 800 pasien setiap hari. Memperluas bangunan terlalu sulit sebab lahan yang dimiliki cuma 1.900 meter persegi. Bangunannya pun terselip di antara kompleks perkantoran dan permukiman.
Kendati begitu, umumnya pasien puas dalam pelayanan medis. Jika giginya sakit lagi, Nyonya Herna akan datang lagi ke sana. Begitu pula Nyonya Murni. Dia ingin melahirkan anak ketiganya di Puskesmas Tebet, jika hamil lagi.
Jalil Hakim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo