Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya produksi busana batik printing membuat desainer Oscar Lawalata prihatin. Menurutnya, industri ini mematikan usaha para perajin batik.
Baca: Oscar Lawalata Serukan Gerakan I am Indonesian, seperti Apa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, kebijakan di hari tertentu bagi para pegawai negeri untuk mengenakan batik seharusnya bisa menguntungkan para perajin. "Jangan menyebut batik print kecuali cap. Orang (perajin) sudah mengerjakan 6 bulan, terus di-print beribu meter, terus dijual di pasar. Kasihan yang kerjain 6 bulan, dia yang ciptakan motif," kata Oscar Lawalata yang ditemui usai pameran Batik for the World, "Menuju 1000 Kain" hasil kerja sama dengan Bank Mandiri, di Jakarta pada pekan lalu.
Oscar Lawalata mengaku khawatir dengan industri kain di Indonesia. "Itu kan bisa mengecoh, di satu sisi bebas aja. Orang mau print apa aja. Tricky-nya adalah pecinta batik yang tadinya beli kain asli, dia bisa beranjak ke printing karena lebih murah," kata Oscar Lawalata.
Baca: Di Pekan Mode London, Ini yang Dilakukan Oscar Lawalata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Oscar Lawalata yakin masyarakat Indonesia bisa menghargai batik tulis asalkan adanya edukasi. Oscar Lawalata berpesan agar masyarakat Indonesia lebih menghargai proses pembuatan kain batik."Bukan cuma, 'duh motifnya lucu. Ini kan motif batik.' Ya, enggak apa-apa, mungkin kebetulan itu sesuai kemampuan kita. (tapi) kita juga harus mendukung dan menghargai perajin. Di situ, kita baru bangga," kata Oscar Lawalata.