Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warganet Indonesia mengkritik peserta dari Malaysia dalam ajang Miss Grand International 2018 pekan lalu. Hal tersebut karena wakil dari Malaysia ini mengenakan busana batik bermotif parang yang selama ini merupakan ragam batik Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi hal ini, desainer Oscar Lawalata mengatakan seharusnya setiap negara menampilkan budaya dan membawa nama negara masing-masing di pentas internasional. Dia menyarankan agar kita membuat dokumen khusus seluruh motif yang dipunya.
"Sebenarnya kita harus berkaca dulu, apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita sudah mem-file-kan seluruh motif kita? Kita sudah membuat buku yang benar? Apakah buku itu ada di internasional? Itu kan mau tidak mau sudah menjadi pengakuan publik," ujar Oscar Lawalat yang ditemui usai pameran Batik for the World, "Menuju 1000 Kain" hasil kerja sama dengan Bank Mandiri, di Jakarta pada pekan lalu.
Oscar Lawalata yakin dengan cara ini barulah dunia internasional tahu mengenai originalitas batik. "Kalau hanya kita yang tahu, kita yang marah-marah, di luar sana juga enggak tahu motif parang itu ada di Indonesia. Kita seharusnya yang memberi tahu dulu. Misalnya, kita tahu kimono dari Jepang. Tiba-tiba dicontek negara lain kita bisa ngomong kimono dari Jepang kok," ujarnya seraya mengingatkan pentingnya pula pembenahan museum batik yang berfungsi untuk dokumentasi.