Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada kemiringan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat tak jauh dari Gedung Sate yang terkenal itu, puluhan anak muda menguji nyali. Malam itu mereka seperti tak kenal waktu, juga lelah. Mereka tak peduli pada udara dingin dan sunyi yang membekap Bandung. Tujuan mereka hanya satu: menaklukkan monumen berbentuk setengah lingkaran itu.
Dimas, 20 tahun, terlihat menaiki monumen setinggi sepuluh meter yang bersudut kemiringan sekitar 45 derajat itu. Di atas skateboard-nya, Dimas langsung beraksi. Nahas, dia jatuh berguling-guling. Handphone di tubuhnya terpental dan hancur berantakan. Dimas tak patah semangat. Riuh sambutan penonton membuatnya bangkit dan kembali beraksi.
Dimas di Bandung, dan entah siapa lagi di kota-kota lain. Skateboard kini memang makin merebak. Pelbagai perkumpulan anak muda (umumnya didominasi para ABG alias "anak baru gede") tengah asyik bergumul dengan papan luncur beroda empat itu. Jakarta, Bandung, Surabaya, Lampung, dan Batam adalah beberapa tempat yang kini semarak dengan aktivitas skateboard.
Sebenarnya, skateboard bukanlah barang baru. Di negeri asalnya, Amerika Serikat, "olahraga" ini dikenal sejak 1950-an. Konon, skateboard diciptakan oleh para penggemar selancar air yang sedang tak melaut. Kondisi ombak laut yang sulit dikontrol memaksa para peselancar membuat alternatif arena berselancar. Dengan sedikit modifikasi alat, terciptalah "selancar darat" alias skateboard. Secara umum, ada dua jenis aktivitas skater: street skateboard (di jalanan bebas) dan court skateboard (di arena khusus).
Dari negeri asalnya, skateboard menyebar ke seantero jagat. Skateboard masuk ke Indonesia pada 1976. Ketika itu belasan "anak Menteng" di Jakarta Pusat mulai menggilai aktivitas pemacu adrenalin ini. Didi Arifin, yang sekarang Ketua Indonesia Skateboarding Association (ISA), termasuk orang Indonesia pertama yang beraksi di atas papan skate. "Skateboard pertama adalah hadiah waktu sunat," ujar Didi, bernostalgia.
Perkembangan skateboard di Indonesia cukup membanggakan. Saat ini ada sekitar 1.000 skater Indonesia yang telah mahir melakukan pelbagai aksi dan trik skateboard tingkat lanjut.
"Olahraga" dan hobi hanya sebagian sisi dari kegiatan meluncur di atas papan skate. Selain itu, "Pada sisi tertentu, skateboard adalah pemberontakan terhadap kemapanan," ujar Didi. Tak aneh bila para skater justru kerap "merendahkan" simbol-simbol ketertiban. Jangan kaget bila suatu saat Anda melihat seorang skater melompati (dengan teknik "ollie") sebuah motor polisi yang sedang diparkir menghadang arus lalu-lintas, sambil mengumpat tak keruan. Jangan pula kesal melihat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat justru menjadi ajang untuk menguji keterampilan dan nyali para skater muda Bandung.
Di Jakarta, skateboard kini telah menyebar luas. Beberapa lokasiseperti Arena Skateboard Kemang, Senayan, dan Kompleks Kelapa Gadingmerupakan ajang yang dikenal luas para skater Ibu Kota.
Cobalah tengok suasana Arena Skateboard Kemang, Jakarta Selatan. Setiap siang hingga malam puluhan anak muda tampak kongko sambil menenteng papan skate. Selain sekadar gaul, mereka bertukar teknik dengan sesama skater. Di sini tersedia pelbagai peralatanseperti vert ramp (berbentuk "lubang" setengah bola sedalam 1,5 meter)dan pelbagai arena untuk aksi melompat. Dengan hanya membayar uang sewa Rp 10 ribu, seorang skater bisa beraksi hingga kehabisan napas. Tak ada pembatasan waktu untuk berlatih.
Di Kota Pahlawan, Surabaya, skateboard juga telah menjadi aksi rutin. Sejak 1987, "arek-arek Suroboyo" penggila skateboard kerap berjumpalitan di Balai Kota dan di Surabaya Plaza. Tapi aksi para skater justru mendapat cercaan pejabat kota. Polisi Pamong Praja, dengan bersenjata pentungan, kerap melakukan aksi penangkapan dan penahanan peralatan milik para skater. Untunglah, sejak 2002 ada sebuah tempat di Pantai Kenjeran yang khusus dibangun untuk aksi skateboard.
Perkembangan pesat skateboard tak lepas dari pasokan peralatan bagi para skater. Sebuah papan skate yang berkualitas baik bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 1,5 juta (harga yang murah bagi kalangan menengah Indonesia). Dengan penggunaan normal, papan itu bisa bertahan sepuluh tahun. Tapi, bila kocek pas-pasan, banyak juga toko peralatan skateboard yang menjual papan luncur seharga Rp 500 ribu. Saat ini semua peralatan skateboard masih diimpor dari Amerika, Cina, dan Taiwan.
Meski masih terbatas, beberapa skater Indonesia kini bisa menggantungkan hidup dari "olahraga" ini. Mario Aristadi Wibowo, 24 tahun (di Surabaya), dan Indra Gatot, 25 tahun (di Bandung), misalnya, mendapat penghasilan tetap dari beberapa sponsor. Mario, yang mengelola arena skateboard di Pantai Kenjeran, Surabaya, telah menandatangani kontrak dengan Quick Silver, perusahaan penyedia peralatan olahraga. Sedangkan Indra, selain mengikat kontrak dengan Quick Silver, juga mendapat kepercayaan dari Puma dan Modsurf. Selain mendapat kucuran puluhan juta rupiah per tahun, "Saya mendapat gaji tetap satu juta per bulan dari Quick Silver," tutur Indra Gatot, yang kerap merajai kejuaraan nasional.
Bagi skater seperti Indra dan Mario, skateboard adalah napas kehidupan. "Take a bath/All my friends breakfast fast/And take my skate..." Sebait lirik It's Just Another Holliday yang dimainkan Rocket Rockers, band asal Bandung, ini menjadi "lagu kebangsaan" mereka.
Setiyardi (Jakarta), Bobby Gunawan (Bandung), dan Sunudyantoro (Surabaya)
Kamus Para 'Skater'
Pemain
Peralatan Dasar
Gaya Dasar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo