ADA tubuh kita ternyata terdapat sebelas juta jenis antibodi - zat untuk melawan penyakit dalam tubuh - yang masing-masing merupakan protein dengan perbedaan susunan molekul yang tipis saja. Maka, bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya memilah-milah jenis antibodi, apalagi mengetahui cara-caranya dalam memerangi penyakit. Hingga kini pemberian sebagian besar vaksin (vaksinasi), yang dalam ilmu pengobatan merupakan ikhtiar membantu sistem pertahanan tubuh, pada dasarnya hanya meraba cara-cara antibodi melawan penyakit. Dalam vaksinasi, suatu bibit penyakit yang dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh untuk merangsang antibodi bekerja. Setelah itu, pembentukan kekebalan tubuh diserahkan total pada antibodi. Apa yang terjadi, jenis mana dari sebelas juta jenis yang ada yang dikerahkan, masih misteri. Karena itu, banyak usaha menaklukkan penyakit - kanker misalnya - masih juga susah dilakukan kendati sudah diketahui secara teoretis, antibodi bisa dimanfaatkan. Namun, tahun lalu, tiga orang ilmuwan mendapat Hadiah Nobel (TEMPO, 3 November 1984) karena berhasil menemukan cara memilah jenis-jenis antibodi. Melalui percobaan sekitar lima tahun, ketiga ilmuwan itu - secara terpisah - berhasil mengurung suatu jenis antibodi yang khas, kemudian bahkan memproduksinya. Jenis antibodi ini dikenal dengan nama: antibodi monoklonal. Keberhasilan itu kemudian membuka berbagai harapan. Satu di antaranya, keyakinan akan bisa menaklukkan kanker. Berbagai penelitian pun disusun, dan percobaan-percobaan diselenggarakan. Akhir Agustus yang baru lalu, salah satu percobaan penggunaan antibodi monoklonal dalam usaha mengatasi kanker itu dinyatakan berhasil. Percobaan kali ini dilakukan atas kanker hati. Grow Goodwin, seorang wanita setengah baya, penderita kanker hati yang diperkirakan tak punya lagi kemungkinan hidup, ternyata mendapat harapan baru. Tadinya, sebelum antibodi monoklonal dicobakan padanya, usianya dihitung cuma tinggal 18 bulan lagi. Di rumah sakit John Hopkins, Baltimore, Amerika Serikat, Grow Goodwin mendapat suntikan antibodi yang membawa yodium radioaktif. Antibodi itu dikabarkan - antara lain oleh TVRI - langsung menuju sel-sel kanker di hati, dan melakukan penyerangan. Hasilnya: sel-sel kanker menyusut hingga setengah ukuran semula. Goodwin sendiri, katanya, merasakan kemajuan itu. "Saya merasa jauh lebih baik daripada Januari lalu," katanya. Januari lalu krisisnya memuncak. Namun, Dr. Stanley Order yang merawat Goodwin belum berani memastikan apa-apa. Yang penting, katanya, adalah percobaan menyusupkan radiasi radioaktif, langsung ke sel. "Efek kedua yang masih terus diteliti perkembangannya, reaksi kekebalan akibat pemberian antibodi," ujar Order - maksudnya, antibodi monoklonal itulah. Mengenai Goodwin, Order memperkirakan wanita itu masih akan bisa hidup beberapa tahun lagi. "ia bahkan punya kemungkinan untuk sembuh," katanya. Mengomentari hasil percobaan itu, ahli kanker Dr. Didit Tjindarbumi menilai, hasil sesungguhnya percobaan itu masih perlu ditunggu. Ia mengingatkan, masyarakat hendaknya tidak terlampau cepat menyimpulkan bahwa kanker hati (hepatoma) sudah bisa disembuhkan. Reaksi masyarakat terhadap pemberitaan hasil percobaan itu memang cepat. TVRI, setelah menyiarkan kesembuhan Goodwin, kewalahan karena masuknya telepon yang bertubi-tubi, menanyakan benarkah kanker hati sudah bisa disembuhkan. Percobaan atas Grow Goodwin, seperti diakui Stanley Order, memang tak langsung merupakan percobaan penyembuhan kanker hati, tapi salah satu mata rantai percobaan panjang. "Dan bila percobaan ini berhasil, akan terjadi loncatan besar dalam menaklukkan kanker," ujar Order. Sudah lama para peneliti mengidamkan obat kanker yang mampu menghancurkan sel kanker dari dalam, hingga tidak merusakkan sel-sel sehat di sekelilingnya. Penemuan pembuatan antibodi monoklonal membuka kesempatan itu. Dan pada percobaan pertama, dipilih kanker hati - organ ini terhitung vital. Proses pembuatan antibodi itu, pada mulanya, adalah mengembangkan sel-sel kanker hati dalam tubuh tikus percobaan. Tikus kemudian memproduksi antibodi. Sementara itu, sel-sel kanker hati juga dikembangbiakkan di luar tubuh manusia. Proses selanjutnya, antibodi yang didapat dari tikus dikawinkan dengan sel-sel kanker hati yang dibiakkan, dalam sebuah substansi mahaaneh yang disebut hybridomas (penemuan inilah yang membuahkan Hadiah Nobel). Perkawinan ini menghasilkan sejumlah sel yang disebut sel-sel hybrid dan satu jenis di antaranya adalah antibodi yang khas: antibodi kanker hati. Karena antibodi itu khas, ketika disuntikkan ke dalam darah, antibodi itu langsung menuju ke sel-sel kanker di hati, dan menyusup tanpa ragu-ragu seperti anak kunci ketemu lubangnya. Di dalam sel-sel kanker, antibodi - sesuai dengan fungsinya - melakukan perlawanan. Para peneliti membantunya: menyelipkan yodium radioaktif yang dengan radiasinya memperkuat daya gempur antibodi. Itulah yang terjadi dalam hati Grow Goodwin. Dan kesimpulan sementara sel-sel kanker terdesak, menyusut sambil mengurangi keganasannya. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini