Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca yang terus berubah tak hanya memengaruhi aktivitas kita sehari-hari, tetapi juga dapat berperan besar dalam kondisi emosional kita. Perubahan suhu, kelembapan, atau cuaca ekstrem umumnya dapat mempengaruhi mood seseorang, baik secara positif maupun negatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, sejauh mana cuaca dapat memengaruhi perasaan kita? Mari ulas tentang bagaimana cuaca berubah-ubah dan bagaimana hal tersebut memengaruhi mood kita, serta jenis cuaca apa yang paling berpengaruh.
Perubahan Cuaca
Cuaca yang berubah-ubah dapat menciptakan perasaan yang tidak menentu. Dari hari yang cerah dan hangat hingga hujan yang tiba-tiba datang, kondisi cuaca yang fluktuatif dapat membuat seseorang merasa lebih mudah terpengaruh. Beberapa orang merasakan perubahan suasana hati ketika cuaca mendung, sementara yang lain merasa energik saat cuaca cerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Psychology Today, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti BMC Psychology menunjukkan bahwa perbedaan persepsi terhadap cuaca biasanya dianggap lebih penting daripada kondisi cuaca itu sendiri. Riset tersebut menemukan bahwa banyak orang yang tidak merasa nyaman meskipun suhu sebenarnya cukup nyaman bagi kebanyakan orang.
Sebaliknya, pada hari yang sangat panas, beberapa orang tetap merasa nyaman dan tidak merasa terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi pribadi terhadap suhu dan kenyamanan bisa lebih berpengaruh terhadap mood daripada kondisi objektif cuaca itu sendiri.
Cuaca Memengaruhi Mood
Perubahan cuaca yang drastis dapat memicu perubahan mood yang signifikan pada sebagian orang. Cuaca dingin atau mendung misalnya, dapat mengurangi tingkat energi seseorang dan menyebabkan perasaan cemas atau tertekan.
Hal ini sangat berkaitan dengan fenomena seasonal affective disorder (SAD), yakni gangguan suasana hati musiman.
Menurut Healthline, orang yang mengalami SAD dapat merasa cemas hingga depresi pada cuaca dingin seperti musim hujan, dan depresi ini membaik dengan sendirinya ketika musim panas tiba, atau sebaliknya.
Lebih lanjut, mengurangi paparan sinar matahari, yang lebih sedikit di musim dingin, dapat mengubah keseimbangan kimia tubuh, terutama terkait dengan tidur dan ritme sirkadian, yang akhirnya memengaruhi mood. Sebaliknya, cuaca cerah dan hangat dapat meningkatkan suasana hati, memberi energi, dan membuat seseorang merasa lebih optimis.
Penelitian dari Konferensi Internasional AAAI Ketujuh pada 2013 menunjukkan bahwa suhu antara 10 derajat celsius hingga 21 derajat celsius sering dikaitkan dengan perasaan positif, sementara suhu ekstrem, baik terlalu panas atau dingin, dapat memicu perasaan negatif seperti kelelahan, cemas, atau bahkan marah.
Selain itu, tingkat kelembapan yang tinggi atau hujan lebat juga sering diasosiasikan dengan mood yang lebih buruk. Hari hujan atau berkabut berkaitan dengan penurunan mood yang signifikan.
Cuaca yang mendung biasanya membuat orang merasa lebih lesu dan kurang termotivasi untuk beraktivitas, memengaruhi kualitas hidup sehari-hari. Efek ini biasanya lebih kuat bagi mereka yang dikenal sebagai meteoropath, yaitu orang yang sangat peka terhadap perubahan cuaca, yang bisa menyebabkan gejala seperti sakit kepala, iritabilitas, dan kesulitan tidur.
Cuaca yang terlalu panas atau lembap dapat membuat seseorang merasa mudah lelah dan mudah marah. Panasnya cuaca ini dapat meningkatkan kecenderungan untuk merasa cemas atau marah, bahkan berpotensi meningkatkan perasaan agresif.
Sebaliknya, cuaca dingin dan hujan, yang biasanya terjadi di musim dingin, dapat memicu perasaan sedih atau tertekan. Pada saat seperti ini, orang yang menderita SAD sering kali merasa lebih terisolasi dan tidak bersemangat.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa tidak semua orang terpengaruh dengan cara yang sama. Beberapa individu mungkin merasa lebih baik di tengah hujan atau bahkan merasa segar saat suhu menurun.
Ada juga yang merasa energik dan produktif di musim panas, meskipun cuaca bisa sangat panas dan lembap. Hal ini mengarah pada pemahaman bahwa preferensi pribadi, selain faktor biologis dan psikologis lainnya, juga memengaruhi sejauh mana cuaca dapat memengaruhi perasaan seseorang.