Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pentingnya Literasi Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Ini Kata Kemenkes

Media sosial diidentifikasi sebagai salah satu pemicu masalah kesehatan mental. Kemenkes sebut enyebut pentingnya literasi.

12 Oktober 2024 | 21.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyebut pentingnya literasi dan menyaring informasi di media sosial agar kesehatan mental tetap terjaga. Pasalnya, media sosial diidentifikasi sebagai salah satu pemicu masalah kesehatan mental.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Menurut saya, sekarang kita terlalu banyak informasi. Kita justru perlu literasi dan menyaring informasi mana yang perlu kita dapatkan karena ada bermacam-macam di media sosial," kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes, Imran Pambudi, di Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, tak sedikit orang mengalami stres akibat gaya hidup mewah atau prestasi yang sering dipamerkan di media sosial. Padahal, tidak semua yang ada di media sosial merupakan fakta atau realita sehingga masyarakat perlu literasi dan melakukan verifikasi terhadap kondisi sosial yang ada.

Selain itu, pemicu masalah kesehatan mental lain adalah faktor keuangan pada  umumnya yang dinilai semakin menurun. Karena itu, ia mengimbau masyarakat agar tidak membandingkan kondisi keuangan atau kesejahteraan dengan orang lain.

"Orang gampang terpicu dengan prestasi orang lain. Jadi, hal-hal seperti ini saya kira literasi untuk menyaring informasi itu menjadi penting sehingga kita tidak stres dan sehat secara mental," ujarnya.

Upaya Kemenkes
Imran juga mengatakan Kemenkes telah melakukan upaya menyeluruh meliputi tindakan preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif untuk menangani masalah kesehatan mental di Indonesia. Upaya-upaya ini dilakukan kepada orang tua dan anak-anak, di mana orang tua dibekali pengasuhan positif agar bisa memberikan pengasuhan yang baik kepada anak.

Secara umum, upaya ini menargetkan calon Ibu memiliki kebahagiaan dan mental yang sehat. Kemudian, upaya rehabilitasi terhadap luka psikologis untuk masing-masing kelompok masyarakat, di sekolah, perguruan tinggi, dan di tempat kerja.

"Jadi, kalau ada orang yang merasa tidak sedang baik-baik saja, dia tahu kepada siapa harus bercerita atau curhat. Bagaimana memberikan rasa nyaman dulu kepada orang agar yang tadinya bermasalah tidak berkembang menjadi gangguan jiwa," pesannya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus