Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jerawat seolah tak pernah absen dari wajah Novi. Sejak kelas dua sekolah menengah atas, benjolan-benjolan kecil itu enggan meninggalkan muka nona 25 tahun itu. Pipi, dagu, hidung, dan dahi jadi agak kemerahan, meradang, dan terkadang mengeluarkan nanah. "Dulu saya pernah sampai enggak mau keluar rumah karena malu," kata warga Jakarta Selatan tersebut, Selasa pekan lalu.
Minder. Itu yang menerpa Novi akibat bintik-bintik kecil yang muncul di sudut mukanya. Berbagai cara sudah dilakukanuntuk mengusir bisul kecil berisi lemak tersebut. Tapi ikhtiarnya dengan bolak-balik ke dokter dan mencoba berbagai macam obat ternyata tetap tak membuat jerawatnya lenyap. Malah terkadang semakin banyak.
Problemnya bertambah karena jika tangannya usil mengutak-atik benjolan tersebut, jerawat menimbulkan jejak bopeng di wajah. Walhasil, kalaupun jerawatnya sembuh, bekas luka yang melekuk itu masih tetap ada. Mukanya jadi tak mulus dan terkesan kotor. "Aduh, saya sudah enggak tahu mau bagaimana lagi."
Urusan jerawat dan bopeng alias skar yang diakibatkan olehnya sebenarnya bisa lenyap dengan penanganan yang tepat. Dokter spesialis kulit dan kelamin, Titi Fauzia Moertolo, meneliti penanganan skar ini dalam disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil penelitian yang mengantarkan Titi meraih gelar doktor pada Desember tahun lalu tersebut membuktikan bahwa pegagan aliasCentellaasiaticaL. Urbanbisa mengusir timbulnya skar akibat jerawat.
Pegagan atau antanan adalah tanaman liar yang biasanya tumbuh di pematang sawah, perkebunan, atau ladang. Tanaman berdaun bulat kecil ini mempunyai efek antiradang dan antimikroba. Pegagan juga bisa menyembuhkan luka dengan merangsang sintesis kolagen-I dan efek antioksidan. "Kalau dosisnya tepat, hasilnya bisa mengatasi jerawat dan skar," ujar pemilik Klinik Kesehatan Kulit dan Kecantikan Moetee ini.
Skar terjadi akibat pertumbuhan jaringan yang tak sempurna saat kulit melakukan perbaikan diri karena ditumbuhi jerawat. Jenisnya ada tiga: skar atrofi yang berbentuk cekungan, skar hipertrofi yang berbentuk benjolan, dan keloid.
Skar hipertrofi dan keloid terbentuk karena sintesis kolagen yang berlebihan. Walhasil, bentuknya menonjol karena kulit menjadi lebih tebal. Sebaliknya, skar atrofi terjadi akibat kekurangan sintesis kolagen, sehingga bentuknya melekuk ke dalam. Skar atrofi merupakan tipe terbanyak yang dialami penderita jerawat.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, ekstrak pegagan sudah teruji mampu mengatasi masalah skar yang menonjol keluar. Dengan dosis ekstrak lebih dari satu persen, pegagan mampu menekan kelebihan kolagen. Jika masalah kebanyakan kolagen ini teratasi, perbaikan kulit bakal pas sehingga hasilnya rata alias tidak ada tonjolan.
Namun belum ada penelitian yang membuktikan bahwa ekstrak yang sama mampu mengatasi skar cekung. Selama ini skar atrofi biasanya hanya diatasi dengan filler,yakni menyuntikkan zat yang bisa mengisi lekukan. Beberapa cara lain adalah dengan roller, yaknimenusukkan jarum mikro, subsisi berupa penarikan jaringan ikat kulit dengan jarum khusus, dan dengan sinar laser. Semua cara ini bisa mengembalikan kekosongan kulit yang mencekung. Tapi berbagai metode tersebut tak bisa dilakukan semua orang karena, selain biayanya mahal, memerlukan keahlian khusus. "Enggak semua orang nyaman menggunakan cara-cara ini," kata Titi.
Karena penasaran dengan khasiat pegagan, Titi mencoba menemukan dosis yang tepat untuk mencegah terbentuknya bopeng. Dia menguji kulit yang diberi sinar ultraviolet di laboratorium. Sinar UV bisa menembus sampai ke inti sel dan membuat kerusakan yang mampu mematikan sel sehingga sintesis kolagen berkurang.
Kulit-kulit tersebut lalu diberi ekstrak pegagan dengan dosis yang berbeda. Ada yang 0,6 persen, 0,8 persen, dan 1 persen. Sebagai pembanding, dia juga meneliti kulit yang dipajan dengan sinar UV tanpa diberi ekstrak pegagan, dan kulit normal tanpa diberi sinar UV serta tak pula diberi ekstrak pegagan.
Hasilnya, sel kulit yang diberi sinar UV tanpa ekstrak pegagan rusak. Sedangkan yang diberi pegagan muncul fibroblas, yakni sel-sel yang memproduksi kolagen dan elastin. Karena produksi kolagennya lebih banyak, kulit pun jadi tetap mulus meski terpapar sinar yang merusak.
Dari berbagai ukuran ekstrak pegagan yang diberikan, Titi menyimpulkan ukuran idealnya adalah 0,8 persen. Hasil pemberian ekstrak dengan dosis tersebut ternyata bisa menyembuhkan kulit hingga hasilnya sama dengan kulit normal yang tak terpajan sinar UV.
Agar lebih yakin atas besaran dosisnya, Titi melakukan pengujian terhadap 94 wajah orang berusia15-20 tahun yangberjerawat dan memiliki sejarah skar.Ekstrak pegagan diaplikasikan ke dalam masker. Supaya hasilnya terlihat jelas, mereka diminta memakai dua jenis masker. Satu sisi wajah menggunakan masker dengan tambahan ekstrak pegagan, sisi yang lain tanpa tambahan pegagan. Selama 14 hari mereka diminta datang ke klinik Titi untuk menggunakan dua masker itu. Waktu 14 hari dipilih karena kulit memulihkan diri selama 14-21 hari. Hasilnya tinggal membandingkankemulusan wajah kiri dan kanan.
Setelah dua pekan, hasilnya terlihat bahwa jerawat yang diberi masker dengan pegagan lebih cepat sembuh dan tak meninggalkan jejak bopeng. Sedangkan pada sisi muka yang menggunakan masker biasa, jerawat perlu waktu lama untuk sembuh dan tetap menimbulkan bopeng. "Pegagan mengandung zat yang bisa menyembuhkan dan membuat jerawat jadi lebih cepat kering," kata Titi. Tapi hasil ini tak bisa diperoleh kalau bopeng sudah tercipta. Menurut Titi, ekstrak pegagan ini baru terbukti untuk pencegahan.
Guru Besar Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UI, Siti Aisah Boediardja, menilai hasil penelitian ini terbilang baru karena di dunia belum pernah ada orang yang meneliti kegunaan pegagan untuk mengatasi skar atrofi, yang melekuk ke dalam. Tapi, menurut dia, meski pegagan gampang ditemukan, aplikasinya tak boleh sembarangan.
Selain dosisinya harus pas, kata Aisah, wajah pun harus bersih saat memakai masker ini. Nanah dan semua isi yang ada di jerawat harus dikeluarkan dulu agar mendapat hasil yang diinginkan. Musababnya, jika jerawatnya masih kotor, ekstrak pegagan tak akan bisa menembus sampai ke dalam sehingga fibroblas tak tercipta dengan sempurna. "Jadi sebelum memakai, harus dibersihkan dulu."
Agar lebih gampang digunakan, dia pun berharap Titi bisa mengolah pegagan ke dalam bentuk lain. Misalnya obat oles sebelum tidur, sehingga tak diperlukan waktu khusus untuk mencegah terbentuknya skar ini.
Temuan ini tentu saja merupakan kabar baik bagi Novi dan mereka yang tengah galau akibat jerawat. Bintik kecil lenyap, kulit pun mulus kembali tanpa bopeng.
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo