DARI bicara dengan seseorang, kita bisa terkena penyakit jantung. Informasi inilah yang mencuat dalam seminar "Streptococcal Tinsillopharyngitis: Hambatan Pengobatan dan Pemecahannya". Seminar sehari di Surabaya, Sabtu dua pekan lalu, itu tentang infeksi saluran pernapasan yang bisa keterusan ke jantung. Penyakit yang disebabkan dua penyakit yang berhubungan ini -- infeksi pada amandel dan tenggorokan -- namanya jantung rematik. Penyebab infeksinya yakni kuman Streptococcus Beta Haemolyticus grup A (SBHA). Kuman ini menular melalui udara. "Bisa lewat batuk, bersin, atau percakapan," kata Atasiati Idajadi, guru besar mikrobiologi di FK Universitas Airlangga, pembicara dalam seminar tadi. Bila kuman SBHA menginfeksi dan mengalami inkubasi selama 1 - 4 minggu, si penderita kemungkinan diserang demam rematik. Gejalanya seperti rematik biasa, yaitu linu pada sendi yang berpindah-pindah. Akibatnya, ia susah menelan makanan, karena terserang radang leher, sesak napas, dan demam. Bedanya dengan flu, demam ini tidak diwarnai pilek dan batuk. Demam rematik yang terjadi berulang-ulang, khususnya bila tak diobati, lambat laun menimbulkan kerusakan otot serta katup jantung. Maka, orang ini menderita penyakit jantung rematik. Penyakit ini beda dengan penyakit jantung yang umum terjadi. Biasanya, penyakit jantung menyerang orang setengah baya, dan entah menderita stres -- atau mungkin karena ia kaya. Sedangkan demam rematik umumnya menyerang kalangan bawah. Hasil penelitian Sukardika dari FK Udayana Denpasar pada tahun 1985, misalnya, menunjukkan 11 - 14,1% anak usia sekolah dasar di Bandung dan Denpasar ternyata pembawa kuman SBHA. Jumlah ini hampir sama ditemukan di Jakarta, dan bahkan di Jepang. "Penyakit ini terutama menyerang anak usia 5-15 tahun," kata Roestiniadi Djoko Soemantri, pembicara lain pada seminar hari itu. Menurut ahli penyakit tenggorokan, hidung, dan telinga (THT) dari FK Universitas Airlangga ini, lingkungan yang padat, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan cuaca berubah mendadak, merupakan faktor yang berpengaruh dalam penyebaran kuman SBHA. Anak-anak seusia tadi, yang suka bermain secara berkelompok, adalah golongan yang punya risiko tinggi -- karena penyebaran penyakit lebih intensif. Sementara itu, anak yang sehat juga pembawa kuman SBHA, dan ia bisa menyebarkannya. Penyakit jantung rematik yang menahun tidak bisa disembuhkan. Penyembuhan tuntas dapat dilakukan bila sejak dini, yaitu dalam tahap infeksi amandel dan tenggorokan. Penisilin sudah 40 tahun berjasa meredam berkembangnya kuman SBHA. Tapi angka kegagalan penisilin untuk mematikan kuman SBHA juga meningkat. Dulu 10%, kini menjadi 30%. Peningkatan tersebut, menurut Roestiniadi, antara lain disebabkan tak sesuainya dosis dengan resep dokter. Maka, sekarang di RS Dokter Sutomo Surabaya pemakaian Cefadroxil digalakkan. Kemampuan obat ini, menurut Roestiniadi, hampir sama dengan penisilin, tetapi tingkat kekambuhan penyakit dan kegagalan bakteriologinya rendah. Keberhasilannya mencapai 90%. Upaya lain untuk penyembuhan adalah dengan operasi penggantian katup jantung. Sayang, obat maupun operasi dimaksud hampir tidak terjangkau oleh kalangan masyarakat ekonomi rendah. Padahal, merekalah yang terutama berkepentingan. Diah Purnomowati dan Kelik M. Nugroho
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini