Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terik matahari menusuk ubun-ubun ketika salah seorang peserta sedang menyelesaikan misinya dalam ajang Fornas VI Kormi-IOF Racing Adventure dan Remote Control, beberapa pekan lalu, di sirkuit offroad Lanud Sri Mulyono Herlambang, Palembang. Offroader dari Bengkulu ini sedang berupaya melintasi tanjakan dan turunan ekstrem di lintasan tanah merah itu sebagai rekreasi. Sementara pendukungnya tampak memberi semangat dari pinggir sirkuit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hajatan tersebut telah berlalu, yang diyakini oleh para pegiat olahraga rekreasi ini sebagai salah satu pemicu semakin memperkenalkan hobi RC Offroad maupun RC drift pada lintas generasi. Jhody Sucipto, pegiat RC Drift, dan Wendy, pegiat RC Offroad, di Palembang berkomitmen untuk terus bermain ditengah mahalnya harga kit maupun onderdilnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jhody dan kawan-kawan dari Sriwijaya RC Drift (SRCD) justru sering memanfaatkan sirkuit yang ada di pusat perbelanjaan, termasuk toko buku Gramedia Palembang KM7. Berawal dari saling curhat tentang hobi, akhirnya terbentuklah komunitas SRCD sejak 2010.
Jhody Sucipto dari Sriwijaya RC Drift (SRCD) tetap menyukai hobil mobil RC meskipun harganya cukup mahal. TEMPO/PARLIZA HENDRAWAN
Peminat RC drift sempat berkurang lantaran terkendala oleh harga kit yang selangit, juga adanya hantaman pandemi, karena mereka bermain di dalam ruangan sehingga banyak tempat ditutup untuk menghindari kerumunan.
"RC Drift masih menjadi hobi saya, belum kepikiran untuk mencoba yang lain.RC Drift membutuhkan biaya yang relatif mahal dengan kisaran harga Rp 6-30 juta untuk membangunnya, tapi yang namanya hobi harus sebisanya kita dapatkan,” jelas pemegang kit Yokomo yd2sx seharga sekitar Rp 25-30 jutaan dan RC rally tamiya xv01 seharga sekitar Rp 10 juta.
Ditemui di Sirkuit Gramedia Palembang KM7, Selasa, 5 Juli 2022, Jhody bersama Naufal, Riko, dan Ariandi kompak bila hobi yang digeluti dapat menghilangkan stres setelah menjalani rutinitas seharian. Bahkan, hobi tersebut dapat memacu adrenalin karena olahraga rekreasi ini juga membutuhkan keterampilan, keberanian, dan strategi jitu untuk menghadapi lawan-lawan yang ada di lintasan.
“Drift ini kita disuruh mengontrol mobil yang sedang di luar kendali, begitu juga musuh yang berada di depan atau belakang. Jadi, kalau mau belok kanan, stirnya ke kiri dengan posisi mobil yang di luar kendali atau oversteer. Menariknya, mobil yang di luar kendali tadi harus mepet sama mobil lain ataupun dinding dan jalan yang sudah ditentukan, jadi di sini main adrenalin,” paparnya.
Lintasan RC drift di Gramedia Palembang KM 7. TEMPO/PARLIZA HENDRAWAN
Wendy DC, anggota Rubicoli Club, salah seorang penggemar permainan, ini mengaku di Palembang dan sekitarnya sudah ada sekitar 120 orang peminat aktif RC. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, hingga profesional. Sedangkan kit atau unit yang dipunyai juga beragam, seperti Jimny, Land Rover, Hilux, Jeep, dan sedan untuk pegiat RC drift. Pandemi Covid 19 menurutnya tidak memiliki dampak negatif baginya dan teman-teman lantaran sebagian besar permainan ini berlangsung di alam terbuka.
“Perkembangan komunitas RC semakin maju dan semakin ramai di Sumsel ini meskipun kemarin ada pandemi,” katanya.
Untuk mengikat tali persaudaraan melalui hobi, Wendy dan kawan-kawan rutin menggelar latihan bareng atau biasa disebut trailing, mengikuti kegiatan lokal dan nasional, seperti yang diadakan PapaKean RC Hobbies setiap tahunnya. Bicara soal modal yang harus dikeluarkan untuk hobi yang satu ini, Wendy mengakuinya hal itu sering menjadi kendala bagi pegiat. Namun demikian ia memastikan masih ada produk yang bisa dijangkau. Semua itu tergantung merek dan onderdil yang digunakan.
Sebagai gambaran, kit pada skala 1:10 biasanya harus merogoh kocek dari 3 hingga puluhan juta rupiah. Tapi, ada juga RC skala 1:12 dan 1:16 dengan harga Rp 2 juta ke bawah.